My Demon Have Your Smile

787 83 28
                                    


Satu Tahun Kemudian.


Musim dingin yang sama kelabunya kembali datang. Matahari masih sama enggannya berada terlalu lama di antara awan-awan kelabu yang muram. Salju masih sama memenuhi emperan toko yang jarang dibersihkan, pot-pot bunga yang meranggas dan taman yang terbengkalai. Jalanan masih sama dipenuhi oleh orang-orang yang memakai mantel, terburu-buru dan kedinginan.

Namun bagi Lee Jihoon, tidak akan ada lagi sesuatu yang berjalan sama seperti setahun yang lalu. Selama setahun belakangan dan seterusnya kisah hidup Jihoon ditulis di lembaran kertas yang lusuh, berlubang dimakan rayap, dan apak oleh jamur, karena begitulah hidup yang dia jalani selama ini.

Semuanya berubah, bahkan hal kecil sekalipun, seperti cara dia bangun di pagi hari tidak lagi sama. Tidak ada satupun yang berjalan sama apalagi membaik.

Lebih lagi, Jihoon tahu ada hal yang berubah darinya lebih dari sekedar tempat tinggalnya dan ketiadaan Choi Seungcheol yang telah membekaskan sesuatu di dalam dirinya. Yaitu mimpi buruk yang sudah sering dia alami berubah semakin aneh bahkan tidak wajar.

Mimpinya selalu seputar tempat yang dilalap api, api yang meretih-retih, api di mana-mana hingga tempat itu terkesan berwarna merah, merah nyalang dan tampak marah-tapi mana mungkin sebuah tempat bisa marah-. Terkadang ada beberapa orang di sana, menjerit-jerit dengan sekujur tubuh dilahap kobaran api namun Jihoon hanya bergeming memandangi, tidak bisa berpaling ataupun memaksa otaknya untuk bangun bahkan saat dia sadar itu hanya sebuah mimpi. Saat Jihoon akhirnya bangun sekujur tubuhnya selalu basah oleh keringat seolah dia berada di sauna.

Namun siang ini justru lebih parah. Jihoon tak sengaja jatuh tertidur di ruang santai asrama Wonwoo dengan TV yang menyala menampilkan acara masak membosankan ketika dalam tidurnya dia bermimpi melihat seorang pria terikat di tengah-tengah kobaran api. Tubuh bugilnya bukanlah satu-satunya hal yang membuat Jihoon tak nyaman, tepat di atas kepala pria itu seekor ular melingkar di pasaknya, bisa menetes dari mulutnya dan setiap cairain itu mengenai tubuh si pria kulit itu akan meleleh bak lilin.

Jihoon melihatnya cukup lama hingga seluruh wajah bagian atas sang pria cukup lembek hingga kedua bola matanya dengan mudah memgelincir dari rongganya, baru lah Jihoon terbangun dengan rasa sengatan terbakar di dada yang datang dari liontin yang dia kalungkan di lehernya, bahkan benda itu pun akhir-akhir ini terasa aneh.

Jihoon bangkit dari tidur sambil memekik. Di luar jendela burung-burung terbang dari pohon ke segala arah seolah sama terkejut dan ketakutan seperti Jihoon.

***

"pulang lah, nak, kau pucat sekali," Paman pemilik toko berkata. "istirahat lah di rumah. Kau justru akan membuat toko ku ditutup karena membiarkanmu bekerja dengan kondisi seperti ini."

Jihoon menghentikan kesibukannya: memasukan minuman soda ke dalam mesin pendingin. "saya baik-baik saja." Dia memaksakan tersenyum walaupun bibirnya kaku luar biasa.

Air muka paman pemilik toko berubah semakin tidak enak. Wajahnya yang gemuk mengerut, kekhawatirannya berubah menjadi kengerian. Ngeri membayangkan Jihoon bisa pingsan kapanpun mengingat betapa mengerikannya penampilan pemuda itu. Kulitnya yang biasanya hanya putih pucat nampak keabu-abuan sekarang. Tubuhnya yang mungil semakin menyusut kehilangan bobot. Matanya yang kecil berkedip dengan malas seolah ingin terlelap kapanpun.

"istirahat lah hari ini atau selamanya kau tidak boleh bekerja di sini lagi."

Ultimatum itu membuat Jihoon mendelik. "paman..."

"ini, bawa ini." Pria itu memasukan beberapa makanan ke dalam kantong plastik yang kemudian dia berikan pada Jihoon. "makanlah yang banyak."

Jihoon tersenyum kecut menerimanya. Ironi sebab tak ada satupun saran pria itu yang akan membuat jihoon terlihat lebih baik. Istirahat justru membuatnya lebih tertekan sebab mimpi-mimpi yang dia alami, sedangkan makanan sebanyak apapun tidak akan memuaskan nafsunya karena yang Jihoon butuhkan adalah darah, darah segar seseorang, bukan darah hewan dari tempat penjagalan yang sering Wonwoo bawa untuknya.

Prey (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang