HALAMAN 5 : Permintaan maaf

76 24 0
                                    

Meskipun free class, Alvan berada satu hari penuh disekolah. Ia harus mengawasi jalannya latihan dilapangan. Alvan tidak sendiri, ia didampingi oleh anggota osis lain. Dan Dev meminta Niko sebagai jurnalis untuk menggantikan Alvan sementara. Dan dimenit 16:27, ia meminta Niko untuk melaksanakan tugasnya.

"Udah lewat hampir setengah jam tapi team ini belum datang juga. Mau dicancel aja trus diganti hari, atau lanjut ke team lo?"

"Lo udah coba hubungi salah satu anggotanya?" Alvan membalas tatapan Niko tanpa perasaan apapun.

"Disini cuman ada nomor leadernya. Gue udah telpon beberapa kali tetep ga aktif," Niko beralih menatap nomor telpon yang ada dilayar ponselnya.

Alvan berpikir sebentar. Matanya melihat jam yang ada dipergelangan tangan, lalu mendengus panjang. "Sesuai aturan aja. Dicancel dulu sementara. Nanti kalau ada konfirmasi dari teamnya, langsung ganti hari aja. Sekarang lanjut dulu, yang lain udah nunggu, biar pulang ga kemaleman. Lo jaga disini, gue mau keruangan," Niko mengangguk. Alvan segera pergi dari lapangan.

***

"Sumpah ya, gue eneg ngeliat dia disana. Cari muka banget tuh curut. Sengaja lagi buat kita nunggu. Emang gapernah rela kalau kita menang, selalu aja jadi penghambat,"

"Bener banget. Kalau kita ngga butuh tuh bola, ga akan gue kesana,"

"Udah. Sekarang siap-siap, kita masih punya setengah jam kurang lagi buat latihan," Leva memasang headband dikepalanya. Kemudian mengambil grip powder untuk dioles ditangan.

"Menurut gue sih kita udah gabisa latihan," timpal Laura-anggota team Leva sambil memakai leg sleeve-nya.

"Kalau dia adil, pasti kita dikasih kesempatan buat latihan sebentar," Leva berdiri untuk men-streching-kan badannya.

"Udah pada beres kan? Yuk langsung kelapangan aja,"

***

"No, oper sini!"

Bola tergiring menuju sumber suara. Namun sayangnya tidak tertahan dikaki bagian dalam milik Karel. Bola tersebut malah berputar keluar dari area lapangan. Sekelompok perempuan memakai kaos basket berjalan menghampiri mereka. Dan salah satu darinya, menahan bola milik team Alvan dengan kakinya. Lalu dibawa ditangan.

"Apa ini? Latihan sebelum waktunya?"

Karel mendekati tubuh perempuan yang sekarang berada didepannya. Senyum miring terangkat begitu saja.
"Hei manis, jangan marah gitu dong. Kita disini ngga ngambil waktu kamu kok. Tapi maaf ya, coba kamu liat jam. Menurut kamu, kita yang salah?"

Saat yang bersangkutan ingin membela, teman yang berada dibelakang perempuan tersebut sudah angkat bicara duluan.

"Jangan macem-macem ya! Udah jelas kalian yang salah, ngapain ngambil punya orang. Disini kita bagi waktu ya. Cari alasan aja," Seseorang yang berada dibelakang perempuan itu bernama Lulu. Ia tidak tahan dengan sikap Karel yang menurutnya tidak sopan.

"Tau," ujar beberapa orang dari team Leva yang menyetujuinya.

Leva mengangkat tangan kanan agar yang lain tidak mencampuri urusan tersebut. Ia tidak mungkin membiarkan emosi temannya meluap seketika hanya karena masalah yang terlihat sepele. Namun laki-laki dihadapannya membuka suara kembali.

"Siapa yang ngajak lo ngomong? Ngaca dong siapa yang salah. Udah gue sindir masih aja buta. Eh apa tuli ya?" Sinisnya.

Penonton bersorak ria. Leva mulai tidak menyangka dengan kata-kata Karel yang dikeluarkan.

Leva menarik nafas perlahan, "Kita masih punya kesempatan buat latihan, meskipun waktunya ga lama. Tapi ini latihan gabungan, saling menghargai satu sama lain bisa?" Lanjut Leva menambah pembelaan.

Alvan yang berada jauh dari mereka pun langsung  turun tangan. Ia kira tidak akan ada masalah karena memang teamnya yang salah.

"Sorry kalau gue ngambil waktu lo. Gue disini sebagai panitia minta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Tapi lain kali kalian konfirmasi dulu jika ada keterlambatan," jelas Alvan tegas.

"Van, ini bukan salah lo, mereka yang buang waktunya sia-sia,"

Leva mengerutkan dahinya. Jadi ini yang namanya Alvan? Dev ngga salah pilih? Batinnya ketika mendengar Karel menyebut 3 huruf belakang dari nama panggilan Alvan.

"Kalau menurut kalian salah, ya gapapa, kita terima. Gue cuman mau lo ambil "

Alvan memejamkan mata sebentar, lalu mendengus pelan. "Gue ngga bermaksud saling menyalahkan, dan merasa paling benar. Kita udah dewasa, ini bukan masalah besar, jangan ribut ditengah lapangan gini. Oke gue minta maaf," Tangannya terulur kedepan.


Leva menatap malang hal tersebut. "Ck, sok suci. Gue tau ini masalah sepele, gausah sok ngajarin," Ia melirik bola futsal yang sedari tadi berada ditangannya.

Leva sedikit tersentuh. Benda tersebut membawa dirinya pada memori masa lalu. Ia benci itu.

Alvan masih menatap wajah Leva, masih menunggu jawaban maaf dari perempuan didepannya.

L

eva menarik nafasnya, tangannya terarah menggapai tangan Alvan, "Nih bolanya, gue ngga butuh. Kita belum selesai, permintaan maaf lo ngga cukup buat gue," sarkasnya berjalan meninggalkan lapangan, disusul oleh anggota teamnya.

Alvan terdiam. Ia merasa sedikit heran, mengapa perempuan tadi terliha tidak suka saat melihat bola futsal miliknya? Namun ia tidak peduli itu.

Ia segera melanjutkan latihannya. Ia tau dirinya salah. Masalah dirumah belum selesai, ditambah lagi dengan masalah yang baru saja ia perbuat tadi.


"Gue heran deh, tuh cewe kayaknya berambisi banget buat lo keliatan rendah dimata orang lain," Suara Derian membuyarkan lamunannya seketika.

"Dia Leva. Gue sering denger Diva nyebut nama dia dalam gosipnya. Keliatannya asik, dia sebenarnya dewasa sama kayak lo, tapi ego udah nutupin itu semua,"

"Sok baca kepribadian lo, anak psikologi aja belum tentu tau," Derian meremehkan ucapan Karel.

***

"Ngeselin banget sih tuh cowo, nyeletuk banget omongannya," gerutu Lulu. Ia masih tidak terima dengan perlakuan cowo tadi.

"Siapa? Si Alvan?"

"Bukan, cowo kampret yang ngegoda Leva tadi. Gue tau aturannya, kita bisa konfirmasi ke panitia lain kalau mau ganti hari. Tapi kan bisa dibicarain baik-baik, ga gini," Lulu menyela ucapan Donna.

"Iya sih. Setau gue, si Alvan tuh sebenarnya dingin ke siapapun bentuk cewe. Dan cuman ke Leva aja dia ngomong panjang,"

Leva terkekeh, "Kok jadi bawa-bawa nama gue,"

_

_

_

***

Vote and comment for support me. Thank u guys!

***

LevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang