Deru motor terdengar jelas di telinga Safira.
'Pasti itu Sendra,' batinnya.
Memang benar dugaannya. Sendra memarkirkan motornya di depan gerbang rumah Safira, kemudian masuk dan berpamitan dengan tante Rini–mama Safira.
15 menitan perjalanan dari rumah Safira ke SMA Pelita.
Mereka memasuki area parkir sekolah. Sedaritadi, banyak mata yang memandangi mereka. Entah itu tatapan bingung, aneh, atau tidak suka. Tatapan tajam mereka tertuju pada seorang cewek yang dibonceng Sendra.
Terlebih saat cewek itu membuka helm nya dan menampakkan wajah Audy Safira.
Kini mereka berdua benar-benar seperti pasangan selebriti yang dikelilingi paparazzi.Safira sedikit risih dengan pemandangan itu. Sendra yang mengetahuinya, berbisik kepada Safira.
"Udah, nggak papa."
Kemudian Sendra menggandeng tangan Safira melewati orang-orang yang menatap bingung kepada mereka. Sementara Safira terus menunduk.
"Eh gila! Most wanted nya SMA Pelita jalan sama tuh cewek!"
"Beruntung banget parah!"
Ya, kira-kira seperti itulah perkataan yang dilontarkan oleh orang-orang tadi. Sendra
mendengarnya biasa saja."Ew! Mendingan Sendra jalan sama gua, deh! Tuh cewek gaada apa-apanya!"
"Cewek kayak begitu mah ga pantes tuh dapetin Sendra!"
Sendra menghentikan langkahnya. Emosi nya terpancing saat mendengar ucapan Siska.
"Jaga omongan lo ya!" seketika, Sendra menyiram air seragam Siska dan membuat heboh koridor sekolah.
Siska kaget dengan bentakan Sendra. Detik selanjutnya, ia dan teman-temannya pergi meninggalkan Sendra dan Safira.
Siska adalah salah satu dari sekian banyak cewek yang suka sama Sendra. Tetapi, dia menunjukkan rasa suka nya secara blak-blakan, yang malah membuat Sendra risih.
Bel sekolah membubarkan kerumunan di koridor. Sendra dan Safira berpisah di kelas 11 Ipa 2, kelas Safira.
***
Safira mengacungkan jarinya seraya meminta izin untuk ke toilet sebentar.
Sepertinya ia salah waktu. Karena kebetulan, di toilet ada Siska dan teman-temannya.
Tatapan sinis Siska tidak ia hiraukan.Ia keluar dari bilik wc hendak keluar toilet tetapi Siska menahan langkahnya.
Keringat dingin mulai bercucuran di pelipis Safira dan firasat nya mulai tidak enak."Udah berapa lama lo jadi pacar Sendra?" tanya Siska to the point.
"JAWAB!" Siska menjambak rambut Safira.
Safira merintih kesakitan.
"DENGER GAK LO? LO TULI YA? ATAU BISU?" bentak Siska sekali lagi.
"Gua..Gua bu-bukan pacarnya Sendra," ucap Safira terbata-bata.
Siska menjambak rambut Safira semakin kuat, "JUJUR LO BANGSAT!"
Pipi Safira perlahan mulai basah, air matanya turun, nafasnya tidak beraturan.
Sella–teman Siska mengguyur badan Safira dengan air minumnya.
"Le-pasin gua, please.. S-Sakit.."
Siska dan teman-temannya malah tertawa seakan keadaan Safira saat ini memang pantas untuk ditertawakan.
Sella mengambil gunting dan hendak menggunting rambut Safira, tetapi–
Brakkk!
Sendra berhasil mendobrak pintu toilet wanita yang tadi dikunci oleh Siska.
Melihat kedatangan Sendra, Siska segera melepas jambakan nya kemudian mundur perlahan dengan keadaan panik.Sendra menarik pelan tangan Safira ke belakang punggungnya. Tatapannya tajam menusuk mata Siska. Terlihat sekali bahwa ia sangat marah besar karena ulah biang onar saingan nya ini.
"Lo apain dia?!" kata Sendra.
Baik siska maupun teman-temannya hanya bungkam sambil menunduk. Tak satupun dari mereka yang berani menatap Sendra saat sedang kesetanan begini.
"JAWAB! PUNYA MULUT GAK?!" amarah Sendra semakin menjadi-jadi.
Sementara perempuan dibelakang Sendra hanya menunduk dan terisak. Sesekali ia mengusap air mata yang mendarat mulus di pipi nya."LO APAIN DIA BANGSAT?!" tangan Sendra bersiap untuk menampar pipi Diska tetapi ditahan oleh Safira.
"Ja-jangan Dra."
"Apa lo bilang? Setelah lo diginiin sama mereka, dan lo masih bisa nahan gua buat balikin apa yang udah mereka perbuat ke elo?!"
Safira diam. Masih menunduk.
"Kalo bukan karena dia nahan gua, udah abis lo semua sekarang!" Sendra menatap bengis ke wajah Siska dan teman-temannya.
"Satu lagi. Kalo lo semua berani ngapa-ngapain dia lagi, jangan harap masih bisa hidup dengan tenang!" ancam Sendra.
Kemudian ia berbalik dan mengangkat tubuh Safira menuju ruang UKS.
***
"Baju lo basah. Nih pake baju gua dulu," ucap Sendra lembut sambil menyerahkan kantong plastik berisi baju seragam miliknya.
Safira menerimanya secara ragu-ragu. Ia masih shock dengan kejadian tadi.
Sendra membelai pelan rambut Safira, mencoba menenangkannya."SAFIRAAA!!" Anita berteriak sambil berlari menuju UKS–yang disambut tatapan tidak suka dari Sendra.
"Safira lo kenapa? kok bisa gini? Lo diapain?" Anita langsung memburu Safira dengan rasa penasarannya.
"Jagain Safira, gua masih ada urusan," Sendra bangkit dan hendak keluar dari UKS sebelum suara seseorang menghentikannya.
"Sendra.. Makasih."
Sendra membalasnya dengan anggukan dan tersenyum lembut.
***
Keep vomments:)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARANDRA
Teen FictionBagaimana bisa permainan semacam "Truth or Dare" mengubah takdir cinta seseorang? Tapi bagi Safira dan Sendra, permainan konyol itu lah yang mempertemukan cinta sejati mereka. Kalian pernah dengar istilah "Cinta akan datang karena terbiasa" ? Apa...