Enam

36 3 2
                                    

Sendra melewati pertigaan tempat biasa ia nongkrong. Hanya lewat. Pikirannya sedang kacau saat ini, entah apa yang sedang membebani pikirannya. Hari itu rasanya ia ingin buru-buru pulang.

Sesampainya di rumah, ia langsung merebahkan diri sebentar di ranjang king size nya dan menarik diri ke kamar mandi.

Air dingin dari shower seakan menghipnotis dirinya. Beban yang daritadi menumpuk, rasanya hilang begitu saja.

Ia menyambar handuk di hadapannya, memakainya, kemudian keluar dari kamar mandi. Setelah berpakaian, ia mengecek ponselnya. Berharap ada notifikasi pesan dari orang yang ia tunggu, Audy Safira.

5 menit.. 10 menit.. 25 menit..

Tidak ada tanda-tanda ponsel nya bergetar atau menampakkan notifikasi.
Ngapain coba tuh orang berdua kerja kelompok lama-lama? Lagi asik berduaan kali, batin dirinya.
Pikiran negatif menguasai dirinya.
Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke SMA Pelita untuk menjemput Safira.

***

"Makasih ya, kak." ucap Safira setelah Aldi membukakan pintu mobil untuknya.

Aldi tersenyum. "Sama-sama. Oh iya, nanti malem kamu ada acara gak?"
Safira menggeleng pelan.

"Bagus! Nanti malem temenin aku jalan-jalan mau?"

"Hmm.. Boleh deh kak!"
Aldi membelai puncak kepala Safira.

Tanpa mereka sadari, Sendra melihat semua kejadian itu.
Sebenarnya saat ia ke SMA Pelita, ia tidak melihat tanda-tanda keebradaan Aldi dan Safira. Kemudian ia berpikir menyusul Safira ke rumahnya, dan benar dugaannya.

"Oh jadi gini kelakuan lo dibelakang!" Safira dan Aldi sontak menoleh ke sumber suara.
Laki-laki berperawakan tinggi dengan kaos hitam polos dan rambut berantakan itu mendekat ke arah mereka.

Tidak, lebih ke arah Aldi.
Sendra mencengkram kerah baju Aldi. Membuat nafas Aldi sedikit sesak.
Satu bogeman mentah mendarat di pipi mulus Aldi.

Safira terlonjak kaget. Ia agak menjauhkan jarak dari mereka berdua. Ia ingin memisahkan mereka, tapi rasanya tidak mungkin. Apalagi melihat Sendra yang sudah tidak dapat lagi membendung emosi. Melawannya sama saja bunuh diri.

"Eh bocah! Lo sadar ya! Jangan mentang-mentang kekuasaan lo di sekolah, lo bisa dapetin semua yang lo mau!" ucap Aldi dengan nada meremehkan.

Sendra semakin emosi dibuatnya. Ia terlihat seperti sedang kerasukan. Matanya merah dan menatap tajam. Seakan menusuk mata orang yang sedang dipandangnya.

"Brengsek!" ucapan Aldi tadi dihadiahi satu bogeman mentah lagi dari Sendra.

"DAN LO KIRA DENGAN HARTA LO, LO BISA MILIKIN SEGALANYA HAH?!"

"Sendra udah!" Sendra berpaling ke sumber suara. Safira terlihat bingung dan ketakutan. Kaki nya bergetar dan bibirnya terisak.

Separah itukah Sendra sampai ia sendiri tidak mendengar Safira menangis?

Sendra melepaskan cengkramannya. Tetapi matanya masih menatap tajam ke Aldi.

"Jangan deketin cewek gua lagi, bangsat!"

***

Safira meletakkan kepalanya diatas lipatan kedua tangannya. Headset serta iPod nya masih setia di telinga dan saku bajunya. Mood cewek itu benar-benar sedang hancur. Apalagi karena kejadian kemarin. Sungguh ia ingin sekali membenturkan kepalanya dan amnesia.

Mengenal Sendra membuat hidupnya terasa jauh berbeda. Dulu ia hanya dibuat pusing oleh pelajaran, bukan masalah cinta-cintaan. Belum lagi, ia tidak tau apa maksud Sendra yang tiba-tiba mengakui Safira sebagai pacarnya. Sumpah. Pusing!

Ting!
Notifikasi pesan. Ibu jarinya membuka pesan tersebut.

+08962376****:
Saf?
P

Me:
Ya? Ini siapa  ya?

+08962376****:
Ini aku, Aldi :)

Ia agak kaget setelah membaca pesan terakhir dari pengirim tersebut. Aldi.

Me:
Kak Aldi? Kenapa kak?

Safira segera me-rename kontak Aldi.

Kak Aldi:
Gimana keadaan kamu? Kamu gapapa kan?
Aku khawatir soalnya kemarin kamu pucet banget Saf

Me:
Aku gapapa kok kak:)
Harusnya aku yang minta maaf karena nganterin aku, kak Aldi jadi berantem sama Sendra.
Maafin Sendra juga ya kak

Kak Aldi:
Iya gapapa kok.
Yaudah ya nanti lagi
See you Saf! :)

Aldi Areega. Laki-laki yang sudah lama menaruh perasaan pada Audy Safira. Tetapi ia tidak berani menyatakan nya, karena ia takut persahabatan mereka akan hancur karena salah satunya melibatkan perasaan.

Diam-diam, Aldi selalu menjaga Safira. Walaupun tidak secara langsung. Aldi berjanji kepada dirinya bahwa ia akan selalu membuat perempuan manis itu bahagia dan terlindungi. Walaupun ia tidak melakukan itu secara langsung.

Aldi mencintai Safira. Tanpa Safira ketahui.

***
KEEP VOMMENTS !! :)

ARANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang