Saat ini Elina menyetir mobil dengan santai. Jangan ditanya bagaimana Mamanya mengomel tadi. Elina sampai ingin menenggelamkan diri di rawa-rawa. Ini semua gara-gara air sialan itu! Tapi, rasanya Elina jadi berutang pada lelaki tadi. Bisa-bisanya Elina mengira itu tukang keran yang menggantikan Mang Bana.
Arrghh, kenapa jadi mikirin orang tadi? Kalau ketemu kasih gocap, beres!
"Kamu kok diem aja?" tanya Ami tiba-tiba.
"Konsentrasi nyetir, Ma. Biar nggak nabrak debu. Nanti mobilnya kotor," jawab Elina spontan.
"Kamu ngeledek Mama, ya?"
"Bukannya Mama ngomel, kan, kalau mobilnya kotor?" tanya Elina masih bersikap tenang. Ia tahu pertanyaannya akan menciptakan omelan baru, tapi mau bagaimana lagi? Diam hanya akan mengumpulkan rasa kesal. Sekali-sekali menjawab tidak apa-apa, bukan? Meskipun hasilnya sama. Ibu-ibu selalu maha benar.
Tadi sebelum berangkat, setelah Mamanya mengomel panjang kali lebar kali tinggi, timur ke barat dan selatan ke utara. Elina mendapat bonus omelan. Betapa tidak, sang Mama yang merasa sudah sangat rapi dan cantik tidak mau naik motor matic milik Elina. Akhirnya, seperti inilah sekarang. Mereka naik mobil Ami dan Elina yang menyetir.
"Ya udah, nyetir yang bener!"
"Rumahnya masih jauh nggak, sih? Kok nggak nyampe-nyampe?" tanya Elina mengalihkan pembahasan yang tadi.
"Itu sebentar lagi belok kiri, ya. Langsung nyampe," jawab Ami kemudian mengeluarkan cermin di dalam tas untuk memeriksa riasan wajahnya.
"Masih cantik, Mama," ucap Elina.
"Mama emang selalu cantik kali, El. Ini cuma mastiin aja," jawab Ami yang membuat Elina menggeleng-geleng kepala. Mamanya itu memang benar-benar.
Berselang beberapa menit, Elina memarkirkan mobil yang ia kendarai. Rumahnya tenyata sangat besar. Pekarangannya bahkan bisa menampung banyak mobil. Pantas saja acara pernikahan ini tidak dilakukan di gedung mewah. Faktanya rumahnya juga jauh lebih mewah.
Jujur saja Elina bingung terhadap apa yang harus dilakukan. Betapa tidak, dirinya datang ke acara Mamanya. Bisa dipastikan rasa bosan akan menyelimutinya. Sialnya baterai ponselnya tidak dalam keadaan 100 persen.
"Kamu nanti salaman yang bener ke pengantin, ya," ucap Ami mengingatkan.
"Tunggu, emang salaman yang salah itu gimana, Ma?"
"Mesti-lah bikin Mama emosi! Maksud Mama yang ramah dong, itu mukanya jangan ditekuk-tekuk begitu!"
"Iya, Ma. Nih senyum!" Elina menunjukkan senyum palsunya. "Lagian nggak logis kan kalau aku happy, aku ke sini bukan kehendak aku alias cuma buat nemenin Mama. Aku bahkan nggak kenal sama temen Mama."
"Ya ampun, padahal Tante Syahrina sering ke rumah lho. Malah sama Isabella juga."
"Nah, terus Isabella siapa?" tanya Elina polos.
Mamanya tampak menghela napas frustrasi.
"Ya pengantinnya! Kalau punya mata baca dong, jangan bilang tadi kamu juga nggak perhatikan foto besar depan pintu masuk? Itu foto Isabella sama suaminya. Mama mau nanti kamu nikah pasang itu juga, bagus gitu kelihatannya."
Menikah? Elina bahkan tidak berpikir sejauh itu.
"Aku nggak pernah merhatiin orang, Ma."
"Ya udah deh jangan ngajak Mama ribut. Mendingan sekarang kita ke sana!"
***
Benar kan dugaan Elina, acara seperti ini akan membuat dirinya bosan. Sangat bosan.
Sementara Mamanya sibuk berkumpul dengan kaum ibu-ibu glamor yang lain, Elina memilih menyendiri.
"Nanti, kalau pengantin selesai dirias, kamu wajib salam dan kasih ucapan selamat!" Itu kata Mamanya tadi sebelum bergabung dengan teman-temannya.
Ya, sejak Elina ke situ, ia belum melihat wujud dan bentuk kedua mempelai karena mereka masih sibuk berganti pakaian dan membetulkan riasan. Akhirnya demi membunuh rasa bosan, Elina membuka aplikasi wattpad dan mengecek library. Siapa tahu saja author favoritnya update. Sayangnya ia harus kecewa, cerita yang ia tunggu-tunggu tak kunjung ada lanjutannya.
Duh, ini author ke mana ya? Kok tega banget nggak update-update!
Tiba-tiba Elina jadi haus. Ia mencari-cari letak hidangan dan tak butuh waktu lama Elina segera menemukannya.
Tapi tunggu ... ada satu hal yang membuat Elina terdiam selama beberapa detik. Bukankah itu adalah tukang keran tadi pagi?
Elina sangat jarang memperhatikan wajah orang tapi berhubung tadi ia bertatap muka langsung, tentu saja Elina masih ingat.
Ya, tidak salah lagi. Itu adalah lelaki yang memperbaiki kerannya tadi pagi."Hei! Tukang keran!" teriak Elina spontan.
Bersambung.
Jangan ngambek karena gantung. Kalau sempat Gia dobel update. Kalau nggak sempat ya besok. Atau nggak usah? Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Butuh Pendamping?!
Romance"Cium saya!" potong Lingga. "APAA?!" "Kalau kamu nggak mau, baiklah biar saya yang cium kamu." "Jangan coba-coba!" ucap Elina namun wajah Lingga malah semakin dekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan. Elina memejamkan mata, selama beberapa saat...