Menyebalkan!
Elina segera menutup sambungan teleponnya lalu meletakkan ponselnya asal di dekat bantal. Ia menyesal sudah merasa degdegan dengan chat itu. Seharusnya Elina tidak perlu berpikir yang iya-iya karena yang baru saja meneleponnya adalah istri dari Alexander D'caprio alias Ujang, sales bublewrap yang kemarin.
Istrinya itu menelepon Elina sekadar mengucapkan terima kasih karena gadis itu sudah mau membeli bublewrap melalui suaminya. Ya, bublewrapnya kini sudah berdiri di ruang kerja Elina setelah sepasang suami-istri itu mengantarkan sore harinya. Yang benar saja?! Elina pikir siapa yang menelepon.
Tak mau mengurusi itu, Elina bergegas ke dapur. Pemandangannya masih sama seperti tadi pagi yakni bak cuci piring yang penuh dengan piring dan gelas kotor. Bahkan di rak semua perabotan itu nyaris kosong, hanya tersisa hanya baskom plastik. Elina pun dengan sangat terpaksa mencuci piring dan gelas kotor tersebut. Sempat terbesit untuk mencari asisten rumah tangga, setidaknya yang datang seminggu 2 sampai 3 kali tapi jelas saja niatnya itu tidak akan mendapat acc dari sang Mama. Sembunyi-sembunyi? Itu sangat tidak mungkin karena Mamanya itu seolah punya indra keenam yang akan dengan mudah tahu sesuatu yang Elina sembunyikan.
"Kamu itu harus belajar mandiri, Elina! Nyuci, masak, beres-beres, dan semuanya harus kamu yang handle! Silakan mau urus jualan online kamu, tapi sebagai seoarang perempuan, jangan sampai melupakan kodratnya. Mama nggak mau pendamping hidup kamu kelak menyesal udah nikahin kamu!"
Ya, itu adalah ucapan Mamanya yang selalu terngiang di telinga Elina. Lagipula siapa yang mau menikah sekarang-sekarang, sih? Sungguh Elina merasa yang namanya pernikahan itu masih jauh dalam jangkauannya. Ditambah lagi ia sedang berstatus jomblo sekarang. Elina juga masih menikmati hari-harinya mengurusi bisnis online yang kata orang sepele tapi sebenarnya sangat menjanjikan.
Pokoknya Elina tidak mau mengurusi nikah dulu. Ya, Elina tidak mau menikah sekarang-sekarang kecuali yang mengajaknya menikah adalah Mahesa Ramaditya Hasan! Tokoh yang ada di novel Oh, Jodoh!
Novel itu Elina baca di wattpad, ia sendiri lupa siapa penulisnya yang pasti entah kenapa Elina menyukai sosok lelaki seperti Mahesa. Andaikan ada di dunia nyata dan mengajaknya menikah, tentu saja Elina akan langsung berkata iya!
Setelah mencuci piring, Elina membereskan seluruh ruangan di rumah ini. Untung saja rumah yang ia beli ini sangat minimalis sehingga tidak menguras seluruh tenaga untuk merapikannya. Beberapa saat kemudian, giliran ruang tamu yang harus dibereskan. Perhatian Elina tertuju pada kantong plastik yang ada di meja. Tidak salah lagi, itu adalah pemberian Lingga. Jujur saja Elina memang langsung ke kamar sepulang dari acara kondangan sehingga sama sekali tidak memperhatikan plastik tersebut. Mendekat, Elina mencoba melihat apa isinya.
Elina tidak menyangka ternyata isinya setengah lusin donat berukuran sedang di dalam kotak. Entah kebetulan atau apa akibat membereskan seluruh ruangan dan mencuci semua piring membuat Elina merasa lapar. Tanpa ragu, ia pun memakannya sembari memikirkan apa alasan Lingga memberinya donat.
Setelah menghabiskan tiga potong donat dan minum, Elina kemudian kembali melanjutkan membereskan ruang tamu. Di tangan kanannya sudah ada sapu yang siap membawa debu-debu di lantai menuju ke luar rumah.
Setelah selesai semua, fokus Elina tertuju pada deretan sandal dan sepatu yang berantakan di beranda. Ia pun menatanya di rak sampai akhirnya secara tidak sengaja matanya menangkap seseorang yang sangat familier. Elina yakin tidak salah orang karena lelaki itu masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang digunakan tadi di acara pernikahan Isabella dan Erik.
Ya, dia adalah Lingga. Sedang apa di sini? Menguntitnya?
Elina menggeleng, untuk apa menguntitnya? Atau jangan-jangan ... Erik yang menyuruhnya? Pikiran Elina jadi memikirkan yang tidak-tidak.
"Lingga!" teriak Elina spontan membuat lelaki itu menoleh.
Tersenyum, Lingga mendekat ke arah Elina. "Iya?"
"Kamu ngapain di sini? Lebih tepatnya di depan rumah saya! Apa yang kamu cari? Terus maksudnya apa ngasih donat? Jangan bilang ada racunnya!" Rentetan pertanyaan dan pernyataan terus Elina lontarkan.
"Ya udah kalau kamu ngerasa ada racunnya, bawa sini aja. Biar saya bawa pulang lagi."
Ekspresi Elina langsung berubah. Tidak mungkin ia mengembalikannya karena donat itu sudah ia makan tiga potong. Tiga potong!
"Baru tahu ada orang ngasih sesuatu malah diambil lagi. Saya kan cuma nanya, maksudnya apa? Tinggal dijawab aja apa susahnya," balas Elina.
"Itu sebagai salam kenal dari saya, soalnya kamu kemarin langsung tutup pintu pas saya mau tanya alamat."
"Hah?!" Elina terkejut, ia berusaha mengingat-ingat sesuatu. Jadi Lingga dan sales panci kemarin adalah orang yang sama?
"Oh, jadi kamu sales panci yang kemarin? Ini tindakan suap, ya, biar saya ambil pancinya?" tanya Elina lagi.
"Tuhkan, kamu judge saya lagi!"
"Ya terus apa maksudnya dong kasih donat, kalau bukan bertujuan supaya saya jadi mitra panci di kamu?"
"Kan tadi udah dijawab sebagai salam perkenalan. Terserah deh mau berpikiran gimana. Suka-suka kamu aja, Elina. Saya pamit ya!" Lingga baru saja akan pergi namun Elina kembali memanggilnya.
"Lingga, tunggu!" teriak Elina lagi. Lingga pun kembali menoleh.
"Kamu mau pulang ke mana? Kok jalan kaki?" tanya Elina yang terkejut sekaligus penasaran.
"Jarak lima meter aja masa naik mobil?" Lingga malah balik bertanya.
Ucapan Lingga semakin membuat Elina terkejut. "Ka-kamu ... rumahnya di situ?" Elina menunjuk rumah yang ada di samping rumahnya.
Lingga mengangguk.
"Sejak kapan?" Elina masih tampak tidak percaya.
"Sejak kamu judge saya sales panci," jawab Lingga.
Jadi, Lingga adalah lelaki yang kemarin pagi datang setelah sales bublewrap pergi? Lelaki yang bahkan tidak Elina beri kesempatan bicara karena gadis itu mengira Lingga itu sales panci.
"Saya kemarin mau nanya alamat, tapi kamu langsung masuk dan tutup pintu," lanjut Lingga.
"Jadi kita tetanggaan?" tanya Elina setelah kesadarannya pulih. Tadi ia benar-benar terkejut.
"Bukan cuma tetanggaan, tapi rumah kita dempetan!" jawab Lingga kemudian memutar tubuhnya lalu pergi meninggalkan Elina.
Elina masih memperhatikan punggung Lingga yang mulai menjauh. Awalnya ia ragu dan mengira itu hanya lelucon namun saat kaki Lingga benar-benar menginjak teras rumah itu, sontak keraguan Elina memudar. Ditambah lagi sekarang Lingga benar-benar masuk ke rumahnya.
Serius kan, ini beneran?
Bersambung ...
Yeay, update lagi. Makasih semangatnya. Semoga besok bisa update lagi wkw Tapi kalau kalian bosen, besok nggak usah update deh #ditampolmassal :D
![](https://img.wattpad.com/cover/161675922-288-k503756.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Butuh Pendamping?!
Romance"Cium saya!" potong Lingga. "APAA?!" "Kalau kamu nggak mau, baiklah biar saya yang cium kamu." "Jangan coba-coba!" ucap Elina namun wajah Lingga malah semakin dekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan. Elina memejamkan mata, selama beberapa saat...