Akhir

4.6K 217 21
                                    

Tuk..!

"Dira?!! Darimana kamu bisa mendapatkan barang ini?!"

Aku terus saja menatap tajam wajah kakek. Aku sama sekali tidak takut dengannya. Meski dia punya lusinan anak buah berbadan besar.

"Itu pistol beneran. Bukan pistol mainan. Kalau Kakek mau bunuh aku, sekaranglah saatnya!"

"Dira..." Kakek meletakkan pisau dan garpunya. "Dira, mana mungkin Kakek membunuh cucu satu-satunya yang Kakek miliki dan sayangi?!"

"Kalau Kakek bisa membunuh ayah, maka Kakek juga bisa membunuhku!"

"Ya Tuhan, Dira..." Kakek memegangi dadanya. Aku tidak berharap dia mati lebih dulu. Aku berharap, dia yang akan menembakkan timah panas itu ke kepalaku.

"Bunuh Dira, Kek!!"

"Ambil pistol itu, Dion!"

"Jangan macem-macem, Mas!!"

"Ambil, Dion!"

Srekss..!

"Mas Taufan..!!"

Mas Taufan malah pergi meninggalkan ruang makan sambil membawa pistol yang kubeli dari pasar gelap itu.

"Sarapan dulu ya, Dira.."

"Aden mau saya buatkan roti lapis daging?"

"Enggak!" Aku memelotot pada Sera.

Perasaanku belum tenang, kini orang itu sudah muncul lagi. Dengan wajah santai tanpa tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini.

"Pagi, Kek."

"Sudah sarapan, Ken? Sini sarapan bersama.."

"Sudah kok, Kek."

"Huh, orang tukang bohong kayak dia sih dipercaya."

"Dira..."

"Aku mau ke kamar aja!"

"Aku bawain kusakaanmu loh.."

Sekilas aku melirik pada bungkusan yang dibawa Kak Kenny. Dia pikir aku bisa dengan mudahnya disogok dengan barang murahan kayak gitu?!

"Makasih. Aku minumnya di kamar aja."

"Mau saya temenin, Den?!"

"Berani deket-deket, aku tonjok nih!"

"Ahh, tonjokkannya Den Dira kan gak sakit.."

Aku makin memelotot pada Mas Dion. Dia pikir aku akan tertawa oleh lelucon gak lucunya itu!?

Slrruppp... Ahhh...

Setidaknya perasaanku sedikit terobati dengan tiga gelas hazelnut choco milk tea kesukaanku ini.

Emang tau banget ya si Kak Kenny itu. Hhehee..

"Dira.."

"Apa?!"

"Ohh, udah habis ya?"

"Yaudahlah! Cuma tiga gelas doang! Pelit banget sih Kak Kenny!"

"Hhhmm, gimana kalau kita jalan keluar? Nanti, aku beliin deh, sampai perut kamu kembung.."

"M-A-L-E-S...!"

"Katanya tiap kali aku bawain kamu chatime, kamu mau cium aku."

"Emangnya aku pernah janji kayak gitu?"

Dan Kak Kenny pun memutar ulang rekaman suara konyolku itu. Dan itu adalah senjata mematikan yang digunakan untukku.

"Mmuacchh..!" Terpaksa aku mencium pipinya.

A PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang