Semua ini Membingungkan!

2.7K 194 6
                                    

Mulai dari keberangkatanku malam itu, sampai aku sudah kembali lagi ke apartemenku di Jakarta, Kak Arga masih saja belum bisa kuhubungi. Dia lenyap bak ditelan bumi. Yang aku khawatirkan, takutnya terjadi sesuatu dengannya.

"Udah siap, Dir?" Tanya Kak Kenny.

"Iya." Aku menyengir lebar. Meski aku harus kehilangan Kak Arga, tapi sekarang aku bahagia sekali. Karena aku dan Kak Kenny benar-benar telah jadian. Berpacaran. Dan aku juga sudah dikenalkan kepada ayahnya, yang baru kuketahui kalau ayahnya Kak Kenny itu juga gay. Hhheehee...

Sore ini, kakek memintaku untuk pulang. Kangen katanya. Ia juga memintaku untuk mengajak turut serta Kak Kenny. Dan aku dengan senang hati menyambutnya.

"Silahkan, Den.."

Aku melengos saja saat Mas Dion sudah membukakan pintu mobil untukku.

"Naik mobil kakak aja deh.." Ujarku. Dan Kak Kenny langsung menyanggupi.

Sejak Mas Dion tidak mau memberitahukanku apa yang sebenarnya sedang terjadi, aku sama sekali tidak menegurnya. Kubiarkan saja ia bercuap-cuap sendiri.

"Kamu masih mikirin Arga?" Suara Kak Kenny memecah keheningan diantara kami.

"Enggak. Ngapain aku harus memikirkan orang yang menghilang tiba-tiba?!"

"Dir, aku sayang kamu.." Kak Kenny meraih tanganku. Menciumnya dengan lembut.

"Aku juga. Apalagi sama yang ini..." Kuremas selangkangan Kak Kenny. Rupanya benda pusakanya itu sudah mengeras. Mungkin karena sejak semalam, dan kemarin aku selalu menolak saat dia mengajakku untuk melakukan hubungan intim.

Aku buka reseleting perlahan. Untungnya lampu merah sempat menghambat sejenak. Dan dia pun mengeluarkan penisnya yang sudah tegak mengacung ke atas itu.

"Dira..."

Aku tahu kalau ini kedengarannya sangat gila. Tapi sendiri sudah tidak sabar. Jadi, kulahap habis saja penisnya yang putih kemerahan itu.

"Shit..., Dira -- kamu --"

Aku senyum-senyum sendiri aja, mendengar Kak Kenny meracau. Apalagi eksrpesi wajahnya itu. Antara dia sedang menahan kenikmatan yang dihasilkan mulutku, dan juga konsentrasi pada jalanan didepannya.

"Dira, aku --- lepasin...!!"

Jelas aja aku gak mau! Aku makin memasukkannya lebih dalam dan dalam lagi. Kurasakan cairan panas itu menyembur juga berkali-kali dalam mulutku.

"Sayang, kamu..."

"Aku kan haus, Kak. Butuh asupan.."

"Aku udah dua malam menginap di apartemenmu, dan kamu selalu menolaknya. Salah siapa coba?"

"Hheehee..,aku kan mau coba suasana yang baru."

"Hmmm.., kalau gitu -- dudukkin aku.."

"Hah?!" Aku melongok sejadinya.

"Bercanda." Kak Kenny memang suka sekali menggodaku. "Apa di setiap sudut rumah kakekku terpasang cctv?"

"Iya."

"Termasuk di kamarmu?"

"Iya."

"Tapi ads sih yang enggak. Kamarnya Mas Dion sama kamarnya bodyguardnya kakek."

"Berarti nanti kita gak bisa..."

"Sekarang aja, Kak.."

"Yakin?"

Aku mengedarkan pandanganku. Aku agak merasa bersalah juga padanya. Sebab aku sudah menolaknya hasrat seksualnya itu. Tapi aku menolak bukan karena aku memikirkan Kak Arga, tapi karena aku memang benar-benar capek sekali.

A PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang