3

1.3K 94 9
                                    

Claw duduk disalah satu kursi sembari memandang gelapnya hutan dari dalam rumah. Gadis itu termenung memikirkan nasibnya sekarang. Dalam hati Claw terus bertanya mengapa ia harus berurusan dengan orang kejam berhati dingin itu. Claw sama sekali tidak tahu apa salahnya sehingga harus menjadi tawanan pria iblis itu.

Sudah satu minggu Claw menjadi tawanan Rave. Dan selama itu pula Claw tinggal dirumah kaca bersama Lusy. Hari hari yang Claw jalani hanya memasak, membersihkan rumah, mengobrol dengan Lusy dan menyiram bunga bunga yang ia tanam bersama Lusy untuk membuang rasa jenuhnya, dan tentu saja Lusy selalu melayani dan membantu Claw. Lusy sangat menyayangi Claw, bahkan Lusy sudah menganggap Claw seperti adiknya sendiri.

"Permisi nona." suara lembut Lusy mengintrupsi Claw dari lamunannya. "Maaf Nona, anda diminta Tuan untuk segera kemansion dan Marco sudah menunggu Nona didepan." seketika tubuh Claw gemetar dan Lusy tahu jika Claw sedang ketakutan.

Kekejaman Rave minggu lalu masih terngiang diotaknya. Claw sangat takut jika harus berhadapan dengan pria kejam itu. Dengan terpaksa Claw pergi kemansion bersama dengan Marco. Gadis itu ingin tahu mengapa Rave mengurungnya seperti seorang tawanan. Dan Claw sudah menyiapkan diri jika Rave akan menyiksanya kembali.

Gadis yang ditunggu tunggu Rave telah datang. Rave mulai menampilkan senyum iblisnya membuat Claw merasa takut dan lebih memilih untuk menunduk. Masih dengan senyum khasnya Rave berjalan pelan menghampiri Claw tanpa melepas pandangannya dari gadis itu. Claw semakin ketakutan saat Rave berada dihadapannya tanpa melepas tatapannya dari Claw dan masih setia dengan senyum iblisnya.
Apa yang akan pria itu lakukan kembali?

"Sepertinya kau sedang ketakutan gadis manis." suara dingin Rave membuat Claw semakin takut dan menunduk.

"Angkat kepalamu."
Claw bergeming. Gadis itu benar benar takut jika menatap mata biru milik Rave.

Merasa gadis dihadapannya tak mengindahkan perintahnya, Rave menjambak rambut Claw dengan kasar hingga Claw mendongak keatas. Claw merasa rambutnya sangat perih dan seperti lepas dari tempatnya. Tanpa rasa kasihan Rave mendorong Claw hingga gadis itu tersungkar kelantai.

"Apa kau bahagia tinggal disini gadis manis?." Rave berjongkok menatap Claw yang sedang menangis sembari memeluk lututnya.

"Ku akui kau sangatlah cantik, tetapi aku lebih suka menyiksamu daripada menidurimu." lagi lagi Rave menampilkan senyum yang selalu membuat Claw ketakutan. Mendengar perkataan Rave, Claw semakin memeluk lututnya erat.

"A- apa salah saya, tuan?." kalimat itulah yang terlintas dipikiran Claw sehingga gadis itu mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

Rave tersenyum sinis. "Akhirnya suara sexymu itu keluar." tangan Rave mencengkeram rahang Claw dengan kasar tanpa merasa kasihan pada gadis cantik itu.

"Kau masih bertanya apa kesalahanmu?." kini suara Rave meninggi hingga semua pelayan yang berada disana merasa takut. Mereka menatap Claw dengan iba, para pelayan dan penjaga mansion Rave sangat tau apa yang akan majikannya itu lakukan jika sudah sangat marah. Dan kini Claw sedang dalam bahaya.

"Kau harus membayar semua kesalahan yang dia lakukan padaku." Rave melepas cengkramannya dari rahang Claw lalu berdiri.

Lagi lagi kata 'Dia' yang keluar dari mulut Rave membuat Claw semakin bingung. Siapa yang Rave maksud dengan 'Dia'?
Jika Rave mau menjelaskan apa kesalahannya Claw akan meminta maaf pada pria itu, namun sayangnya Rave enggan untuk menjelaskan apa kesalahannya dan maksud dari 'Dia'.

"Maafkan saya jika saya berbuat salah, tuan." kini isakan Claw mulai terdengar dipendengaran Rave namun pria itu acuh.

"Saya mohon lepaskan saya." mendengar ucapan Claw membuat Rave semakin tersulut. Rave menyeret paksa Claw menuju sebuah ruangan. Gadis itu merasa seluruh badannya seperti remuk karena diseret Rave menuju sebuah ruangan.

About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang