13

541 61 10
                                    

“Claw kita harus keluar dari mansion ini.” Vince menarik Claw dibalik dinding.

“Vince berapa kali aku ucapkan padamu jika aku tak akan meninggalkan rumah ini.” tegas Claw sekali lagi pada sahabatnya.

Vince mengusap wajahnya frustasi. “Claw tempat ini tak aman untukmu dan juga bayimu.”

“Tuan Rave tak akan menyakitiku Vince. Ia menyayangi anak ini.”

Vince menatap Claw tajam. Ia tak suka Claw menyebut nama Rave. Karena pria itu Claw selalu menderita. Vince memejamkan matanya mencoba meredakan amarahnya. Vince mengusap pipi Claw dengan sayang, ia menatap Claw penuh cinta.

“Jika seseorang rela membuang waktunya hanya untuk menunggu, yakinlah bahwa ia mencintaimu dengan tulus.”

Claw diam, ia mencoba memahami apa yang Vince ucapkan. “Maksudmu apa Vince?.”

Pria itu tersenyum tulus menatap Claw. “Jika mencintaimu tak sesakit ini maka aku tak akan melakukannya Claw.”

Claw tertegun. Tak percaya dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. Selama ini Vince memendam perasaan untuknya. Claw tak pernah berpikir jika perasaan Vince tak akan berubah, perasaan sayang seorang sahabat. Dan kini semuanya berubah. Perasaan sayang itu berubah menjadi cinta. Claw tak tahu harus berbuat apa. Ia benar benar terkejut dengan apa yang Vince ucapkan.
Suara tembakan menggema didalam mansion itu. Claw berteriak ketika Vince tergeletak dilantai. Claw bersimpuh mencoba menyadarkan Vince. Vince tersenyum menatap Claw yang masih memperdulikannya.

“Vince kau harus bertahan. Aku tak ingin kelilangan kau.” Claw menangis dihadapan Vince.

Vince tersenyum. Dengan sisa tenaganya pria itu mengusap air mata Claw. “Jangan menangis Claw. Aku akan pergi dengan tenang karena aku sudah mengungkapkan perasaanku padamu.”

“Kau tak boleh pergi Vince. Aku menyayangimu.” Claw masih menangis sambil memeluk Vince.

“Aku mencintaimu Claw.”

Claw terkejut ketika seseorang tiba tiba menarik Vince yang dalam kondisi lemah. Luka tembakan yang ada pada perut Vince mengeluarkan banyak darah. Tanpa kasihan orang itu menginjak dada Vince hingga Vince terbatuk menahan sesak. Claw menangis memohon pada Rave agar Vince dilepaskan. Namun bukan Rave Jefferson Wesley jika melepaskan orang begitu saja. Rave menembak Vince sekali lagi tepat di perut pria itu. Claw berteriak melihat ketidakberdayaan Vince. Dan Rave meminta Marco untuk membuang jasad Vince detik itu juga.

Rave menatap Claw dengan kemarahannya. Ia menarik Claw menuju kamar pribadinya. Sesampainya disana Rave melempar Claw diatas ranjang. Lagi lagi Rave menampar Claw hingga sudut bibir gadis itu berdarah. Claw mencoba memberanikan diri untuk bangkit dan berdiri menatap Rave.

“Apa yang kau lakukan pada sahabatku!!.” teriak Claw tepat dihadapan Rave.

Rave tersenyum bak seorang iblis. “Aku telah membunuhnya Claw. Karena dia berani mengajakmu untuk meninggalkan mansionku.”

“Kau benar benar seorang iblis. Kau tak mempunyai hati nurani.”

“Beraninya kau membentakku dan membela pria sialan itu dihadapanku.” Rave mencengkram rahang Claw keras.

“Karena kau bukanlah manusia.” desis Claw dihadapan Rave.

Rave mendorong Claw hingga kepala gadis itu terbentur meja. Tanpa rasa kasihan Rave pergi meninggalkan Claw sebelum ia gelap mata lalu membunuh Claw. Claw menangis memikirkan Vince. Kilasan masalalunya bersama Vince mulai teringat diingatan gadis itu. Dari awal pertemuan mereka hingga Vince yang selalu membantunya dalam segala hal. Claw berteriak menginggat semua hal tentang Vince. Ia merasa jika Vince celaka karenanya. Claw begitu terpukul melihat jasad Vince sahabat terbaiknya. Dan Claw tak menyangka jika hal ini akan terjadi pada Vince.

About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang