MASIH
Just only you
''ya! Ini aku Nurma , orang yang ada dimasa lalumu , orang yang selalu menangis disetiap malamnya , meratapi seorang pria yang menyedihkan..''
''tutup mulutmu , jalang!!''
...
Tubuh ini , perasaan ini , pikiranku .. aku masih menginginkanmu , orang yang telah menjadikan diriku sampah , atau bahkan lebih rendah daripada sampah...
Cinta ku tak pernah membencimu , aku ingin semua itu , aku ingin memilikimu, menjadikanmu milikku adalah suatu impian keduaku setelah melawati masa-masa sulitku.
...
Betapa menyedihkannya aku , menjadi bodoh karena perasaan dan seseorang yang telah berbuat seenaknya melanda perasaanku. Kau tau sambaran petir yang langsung akan menghancurkan bangunan saat itu juga? Ya!itulah perbuatannya . aku tak tau bagaimana aku memberikan seluruh perasaanku dan hampir merenggut harga diriku. Aku wanita jalang yang masih tau arah pulang , namun itu hanya persepsiku , bukan pandangnya dalam lingkar hidupku. Inilah kisah , kisah seorang pemuda yang salah memperlakukan seorang wanita. Tidaklah wanita itu gila hormat , namun berbicara tentang kodrat dan filsafat sebuah moral , kau memang perlu menghormatinya layaknya kau menghormati seseorang yang telah menunjukkanmu rumitnya dunia.
Inilah kisahku , dimana setelah bertahun-tahun kami tak saling tau, dan aku telah bersumpah enggan menemuinya entah itu sengaja atau tidak , walau aku menyadari bahwa aku memang masih menginginkannya. Tetapi prediksiku selama ini salah. Aku membenarkan ucapan orang-orang tentang dunia itu begitu sempit , dan ya! Memang benar dunia ini sempit , sampai-sampai aku kembali mengingat bahkan bertemu dengannya dan saat hal itu terjadi , wanita hanya bisa berusaha untuk memenangkan dan mengambil hatinya ,namun dengan tetap menangis disela-sela malamnya, sampai mautnya benar-benar berada didepan mata.
--
Hari itu kota semarang benar-benar sangat panas , matahari mempertontonkan semua energinya , angin membawa debu jalanan menerpa semua sudut muka para pejalan , menahan haus dalam kerongkongan dan mengernyit bermaksut untuk tetap terjaga dalam pandangan. Berlibur dikota ini rupanya harus menyiapkan berbagai pasokan uang untuk membeli sebotol minum , "oh astaga panas sekali" keluhku
"kau yang mengajakku kemari Nurma" ucap Wilona sarkastik
"aku tau , mana tau kalau akan seterik ini."
"bahkan kau tidak menyiapkan keberangkatan!"
Aku hanya terdiam , karena menurutku tak perlu membalas ucapan temanku ini , pantas saja semua pemuda manjauh darinya , aku tak tau bagaimana mereka semua bertahan dengan celotehan Wilona.
Dering telefon membuyarkan apa yang telah kami lakukan barusan
"ya ada apa?" ucapku mengawali
"maaf nona , ada seorang pasien yang ingin bertemu denganmu segera"
"kau tau aku sedang berlibur bukan? Catat saja didaftar pasien " ucapanku yang sedikit kesal
"baiklah nona, maaf menganggumu" ucapan Rara terdengar begitu getir , bagaimana tidak? Aku memang kesal dan hampir ingin marah. Namun kembali lagi pada tugas dan kesadaranku. Aku adalah seorang psikiater yang memang harus bersabar dalam menanggapi seorang pasien , namun apa salahnya jika aku egois untuk kali ini saja? Aku juga ingin beristirahat , menghadapi para orang yang terkena gangguan mental memang terlihat mudah , namun tidak rupanya bagiku , pasienku adalah diriku , sebisa mungkin aku harus ikut andil dalam larutan masalah yang sedang ia rasakan , walaupun sejatinya seseorang tidak akan pernah bisa masuk dalam aliran hasrat permasalahannya , well aku menikmatinya sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASIH [Revisi] SEGERA TERBIT
General FictionSUDAH DIREVISI -- MASIH DALAM PROSES DIBUKUKAN