Hubunganku dengan Ibu

1K 57 9
                                    


          Semenjak keterlibatanku pada dunia 'perang' dan medis tingkat dasar yang mendatangkan keuntungan sekaligus kesialan, aku semakin tertarik untuk tidak mundur untuk sementara waktu. Mendengarkan music klasik ditemani secangkir greentea panas memandang langit senja segar.


          Ngomong-ngomong aku masih ada di Inggris tinggal bersama ibuku. Bukan bermaksud tak mandiri di usia 26 tapi setelah peristiwa kemarin, ibu mengirim surat agar aku rehat sejenak dikediamannya mengingat apa yang aku alami sangat tidak biasa dan menguras emosi hingga kering. 


         Oh tidak.. aku tinggal terpisah dengan ibuku bukan berarti hubungan kami buruk. Hubungan kami masih terjalin dengan baik. Kami bertukar surat dan kadang menelpon jika ibu sedang senggang. Maklum, dia adalah salah satu sosialita yang berpengaruh di Inggris. Dia wanita yang sangat elegan dan berkelas, bahasa tubuhnya juga anggun syarat dengan gelar bangsawan yang ia sandang. Cara bicaranya pun menggambarkan kecerdasan dan keluwesan. Dan sayangnya hanya sedikt sifat-sifat anggun itu menurun padaku.


          Dia juga tak pernah mengungkungku dalam lingkaran sosialita yang terlihat sangat menggiurkan karena tampak sangat mewah dari berbagai sudut. Dia melepaskanku dengan hasratku asalkan selalu menjaga hubungan dengan keluarga.

Mungkin salah satu kesamaan kami adalah masih bertukar surat dan menggunakan telepon putar klasik khas Inggris.


Pelayan segera membereskan cangkir teh beserta tekonya sesaat setelah aku berdiri dan berjalan menuju ruang baca keluarga. Aku melihat ibuku masih membaca buku yang aku tak mau tanya judulnya. Ruangan ini sangat besar dan rapi khas gaya ibu. Ada 2 rak buku setinggi 2 meter dengan lebar 3 meter. Belum menghitung buku yang ada di 4 rak kecil 1 meter dan yang ditumpuk. Ada Monica si asisten pribadi berdiri 1 meter dari ibuku.


"Kau mau baca apa sayang??" tanyanya padaku sambil memakan kue cookies yang masih hangat. Aku menelusuri rak dengan jariku dan mendapat 1 yang menarik lalu memperlihatkannya pada ibu.

"Buku ini."

"Masih hal yang sama seminggu ini"

"Aku belum bisa melupakanya begitu saja." Aku duduk di sofa diagonal dari meja ibu.

"Berapa lama kau akan membaca?? Nicolai menyiapkan kalkun panggang untuk kita."  Ibuku berdiri setelah menyerahkan buku pada Monica untuk dikembalikan pada tempat semula.

"Sesaat setelah kalkunnya terhidang." Jawabku antusias. Ibuku tersenyum menepuk kepalaku pelan lalu pergi diikuti Monica.

'

'

Kalkun malam ini dipanggang dengan sempurna. Aku sangat kenyang dan tak sabar menuju kamarku menyambut purnama.  

Kamar luas dengan bau terapi campuran lavender & mahony pudar tak menenangkanku sama sekali. Bahkan tak mampu membelai mimpiku. Aku memutuskan keluar kamar menelusuri rumah yang sangat mewah dan luas. Lorong panjang nan bersih serta epic. 

Aku berhenti di paviliun. Ingatan dan emosiku seketika tak terbendung. Aku ingin mengamuk!! 

"LADY LIEN..!!!"


______TBC_______

Hay hay I am back with new style (gak ada yang tanya)

kali ini Inspirasi terbesarku adalah Miss Anna Green hohoho

DAN terimakasih pada para seniorku baik bidang menulis juga non-menulis  yang memberi wejangan sangaaattt penting. 

Hope ya like it


Silahkan VoMent (Vote & Coment) kalau kalian suka.

Silahkan tinggalkan kalau tak suka, saya ikhlas T_T

Lien's Adventure Time - RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang