12. Let's Rock

189 23 2
                                    

"SH*T..!!! RUN!!"

----------

Aku reflek bersembunyi dibalik pilar besar, apa itu?? Jika aku berpikir sok pintar, kenapa virus ini efeknya berbeda??

Mungkinkah??

Diantara orang-orang yang berlari menyelamatkan diri aku mendengar suara geraman dan langkah berat dari zombie obesitas itu. Aku menoleh ke pilar kananku ada Billy yang baru selesai reload mengangguk padaku, dikiri ada Leon melirikku telah siap, aku pun mengangkat kedua pistolku.

Leon memberi isyarat hitungan 3, 2, 1

=

=

Kami berempat keluar pilar menembaki zombie obesitas yang ternyata lincah dan kebal peluru. Kami maju perlahan tapi dia malah berlari kearah kami. Aku melompat kesamping mendarat miring diantara bangku gereja. Jika tidak bisa dengan peluru harus dengan cara lain. Aku masih merunduk menoheh kesegala arah, harus cepat sebelum ..

Ada 3, 4, 6 orang yang sudah terinfeksi. Makhluk itu harus berhenti bergerak. Sebelum menginfeksi lebih banyak orang lagi.

Disana!

Baru saja berdiri, aku disambut wanita yang tadi memberikan P3K padaku. Aku langsung menembaknya dengan tangan bergetar. Aku berlari melompati bangku2 gereja dengan sangat sebal, T-Virus ini sungguh membuatku marah. Orang2 yang terinfeksi juga punya jalan hidup pilihannya sendiri.

Aku memanjat ke balkon lalu berbalik menatap si gendud menyudutkan ke 3 temanku (setidaknya aku menganggap mereka teman). Pria yang baru saja kutembak memegang shotgun entah jenis apa. Aku segera mengambilnya mengingat cara Angela dan Billy menggunakan benda yang serupa.

DDOR!!!

Aku tidak mengenai kepalanya tapi menarik perhatiannya. Lantai balkon tempatku berpijak runtuh cepat. Aku tersengal-sengal diantara reruntuhan. Benda berat ini cocok untuk lengan besar Billy. Makhluk itu sudah melihatku, aku berdiri perlahan membuang shotgun berat itu menodongkan pistolku.

"Lien!! Run!!" seru Leon berlari kearahku, dia kehabisan amunisi.

"Ayo kesini." Tantangku mencoba bermain keberuntungan seadanya. 8 meter, 7 meter, 6 meter, 5 meter 

DOR!!     klang       Jragh.

=

=

Semua terhenti, aku terengah-engah melihat kepala zombie itu hancur tertimpa lampu gereja seberat 20kg. Dia berakhir.

"Are you okay??" tanya Leon menghampiriku. Ku jawab dengan anggukan pelan.

"Tempat ini sudah tidak aman. Kita haus pergi dari sini" usul Angela tak kuhiraukan.

"Darimana dia datang??" bisikku menoleh pada perapian tempat pertama makhluk itu muncul dan mendekatinya perlahan.

"Kita tak punya waktu untuk ini!!" Angela menarik bahuku kasar.

"Menurutku kau satu-satunya yang tak punya waktu. Kita semua lelah dan amunisi sudah menipis." Aku menatap balik mata Angela tanpa ekspresi. Angela menoleh pada Leon, ibuku benar, tidak ada yang tahan ditatap dengan mata seperti ini.

"What now?" tanyanya.

"Apapun yang akan kita lakukan, aku butuh amunisi." Jawab Leon.

Lien's Adventure Time - RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang