Once again (4)

1.8K 203 9
                                    

Yunhyeong menatap lalu tersenyum saat Jinhwan datang ke rumahnya pagi ini, rencanya mereka akan membeli hiasan kamar untuk bayi Yunhyeong.

"Dimana June?"tanya Jinhwan.
"Di rumahnya, kami belum resmi jika kau lupa"
"Belum resmi tapi sudah ada adik manis di dalam sini. Hebat"sindir Jinhwan sembari mengusap perut rata Yunhyeong.
"Kau menyindir ku ya?!"amuk Yunhyeong.
"Tidak. Kita jadi pergi kan? Aku yang pilih wallpaper kamar untuk adik bayi ya?"rengek Jinhwan.
"Iya, boleh"

Jinhwan kembali terdiam, sebenarnya ia ingin bertanya pada Yunhyeong tapi gadis itu ragu.

"Yoyo-ya"
"Hm?"
"Apa Hanbin tidak kemari?"

Yunhyeong menatap Jinhwan dengan tatapan bingung nya.

"Kau belum tau?"tanya Yunhyeong serius.
"Tau apa?"
"Hari ini Hanbin pulang ke Amerika, dia bilang tidak bisa menghadiri pernikahan ku karna ada urusan"terang Yunhyeong.
"Pulang? Hari ini? Hanbin?"
"Iya. Kau tidak tau? Dia tidak bilang padamu?"
"Dia tak bilang apa-apa padaku"

Jinhwan termenung, ia merasa dejavu. Hanbin yang pergi tanpa mengatakan apapun padanya dan Yunhyeong yang menjelaskan semuanya.

"Jinani?"
"Kapan Hanbin berangkat?"
"1 jam lagi kurasa"

Jinhwan berdiri, panik, takut dan sedih.

"Apa aku boleh menyusul Hanbin ke bandara? Apa tak apa jika belanjanya kita tunda sampai besok?"tanya Jinhwan.
"Eum, pergilah. Aku tidak mau kejadian beberapa tahun lalu terulang. Kau sudah cukup menderita. Pergilah"

Jinhwan segera berlari, memasuki mobilnya lalu melajukan nya menuju bandara yang bisa memakan waktu hingga 30 menit dari rumah Yunhyeong.

"Ku mohon jangan pergi dulu, Hanbin-ah. Tolong. Jangan tinggalkan aku dengan cara seperti ini lagi"racau Jinhwan panik.

Dan waktu 30 menit kali ini adalah 30 menit terlama dalam hidup Jinhwan. Jalan menuju bandara terasa lebih jauh dari biasanya, tangis gadis itu juga sudah mulai deras.

"Hanbin, ku mohon"lirih Jinhwan.

Gadis Kim itu segera berlari mencari sosok Hanbin yang ia harap masih berada disana, kakinya berjalan tak tentu arah dengan mata yang terus berusaha mencari hingga manik itu menemukan namja yang ia cari sejak tadi.

"Kau mau pergi dengan cara seperti ini lagi?"

Langkah Hanbin terhenti, ia berbalik dan terkejut saat mendapati Jinhwan berdiri di belakang nya dengan wajah yang kacau.

"Jinani"
"Apa tidak cukup menyiksaku selama 7 tahun? Apa kau benar-benar ingin melihatku gila? Huh? Jawab aku!"seru Jinhwan, ia sudah tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
"Aku bisa jelaskan"ucap Hanbin.
"Apa aku tidak ada artinya untukmu? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa harus Yoyo yang mengatakan padaku? Kenapa? Hiks, hiks, kau hiks, jahat sekali hiks hiks"

Hanbin melepas koper dan ranselnya lalu bergegas memeluk gadis mungil itu. Hatinya terasa sakit saat melihat Jinhwan menangis seperti ini. Hanbin tidak bisa. Dia terlalu menyayangi Jinhwan.

"Maafkan aku. Aku hanya tidak mau merusak bahagiamu"bisik Hanbin.
"Tapi bahagia ku itu kau!!"seru Jinhwan.

Hanbin terdiam, bolehkah ia merasa senang? Apa ia boleh berharap lebih?

"Kau dan Bobby-"
"Kami sudah berakhir!!"seru Jinhwan kesal.
"Be... Berakhir? Bagaimana bisa?"
"Dia tau jika aku hanya mencintai mu"jawab Jinhwan lirih.

Hanbin tersenyum, pelukannya ia pererat lalu bibirnya memberi kecupan ringan pada pucuk kepala Jinhwan yang masih terisak.

"Maafkan aku, maafkan aku"
"Jangan tinggalkan aku lagi, aku menderita, aku tidak mau terpuruk lagi. Kumohon"racau Jinhwan.
"Iya, iya, tidak akan. Aku akan tetap bersama mu. Maafkan aku, maafkan aku"

Binhwan - ikon 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang