Life

1.8K 155 31
                                    

Hanbin masih terkikik geli kala istrinya yang sedang membersihkan rak berisi album foto di sebelah televisi itu menggerutu sesekali. Bukan hanya itu, bibir mengerucut dan pipi yang menggembung lucu milik istrinya juga salah satu kesukaan Hanbin. Dan akhir-akhir ini kesukaannya bertambah lagi. Perut Jinhwan, perut buncitnya. Ya, istrinya itu tengah mengandung, sekarang sudah memasuki bulan keenam dan sudah mulai terlihat membesar. Jinhwan dengan perut buncit dan mengenakan baju hamil adalah yang paling disukai Hanbin sekarang.

"Sudah, sayang. Itu sudah bersih"ucap Hanbin.
"Tapi sepertinya masih ada debunya"jawab Jinhwan dengan nada kesal.
"Tidak, tidak. Sudah bersih, biar nanti aku yang bersihkan jika masih kotor. Sekarang kemari, duduk di sebelah ku"

Jinhwan menurut, ia mengembalikan kemoceng lalu mencuci bersih tangannya sebelum masuk ke dalam pelukan suaminya yang sudah membuka tangan lebar di atas sofa.

"Cantiknya istriku, manisnya istriku, rajinnya istriku"puji Hanbin seraya menghujani kepala Jinhwan dengan ciuman.
"Kau sudah mandi kan?"
"Sudah, sayang. Memangnya tidak wangi?"

Jinhwan mencium beberapa bagian tubuh suaminya itu lalu mengangguk santai. Selama mengandung, Jinhwan jadi seseorang yang gila bersih. Kadang Hanbin akan dibuat pusing karna Jinhwan meminta Hanbin membersihkan tempat yang sama beberapa kali. Tapi ia senang-senang saja, karna itu tidak merugikan dan karna Jinhwan akan terlihat ribuan kali lebih manis saat bersih-bersih. Itu menurut Hanbin.

"Wangi, wangi sekali"jawab Jinhwan.
"Jangan terlalu lelah, kasian dirimu, kasian adik kecil di dalam sini juga"pesan Hanbin dengan tangan yang mengusap lembut perut buncit Jinhwan.
"Aku juga heran, kenapa aku bisa jadi sebersih ini sih? Tapi setiap melihat sesuatu yang kotor, tanganku gatal ingin membersihkan nya"gerutu Jinhwan.
"Bersih-bersih itu tidak apa, tapi jangan sampai kau kelelahan"ucap Hanbin.
"Iya, sayang"
"Bagaimana keadaan jagoan appa hari ini?"tanya Hanbin.
"Baik, tidak nakal, tidak menyusahkan eomma"jawab Jinhwan.
"Apa selama appa kerja, jagoan appa menginginkan sesuatu?"tanya Hanbin lagi, kini posisinya kepalanya sudah berada tepat di depan perut buncit Jinhwan seolah benar-benar sedang berbicara dengan calon bayinya itu.
"Tidak, jagoan appa benar-benar menjadi anak yang baik selama appa bekerja"jawab Jinhwan dengan jemari yang setia mengusap rambut Hanbin.
"Kau tidak mual, sayang?"tanya Hanbin pada istrinya.
"Sudah mulai berkurang, mungkin karna sudah memasuki bulan keenam"
"Syukurlah, kedua kesayangan appa benar-benar hebat karna melewati masa-masa sulit dengan baik"puji Hanbin.
"Kalau begitu mana kado untuk kami?"tagih Jinhwan.
"Huh?"

Jinhwan berhenti mengusap surai Hanbin saat suaminya itu beranjak lalu menatap matanya dengan tatapan teduhnya.

"Bagaimana dengan ini?"tanya Hanbin lalu memeluk tubuh Jinhwan.
"Kurang. Bagaimana jika seperti ini sampai pagi?"
"Call!"
.
.
.
"Appa, sayang, bangun. Hari ini kita akan check up"bisik Jinhwan tepat di telinga suaminya.

Hanbin menggeliat di atas tempat tidur lalu menatap istrinya dengan mata yang masih setengah tertutup.

"Kau sudah mandi, sayang?"tanya Hanbin.
"Sudah. Cepat mandi, appa"bisik Jinhwan yang membuat Hanbin tersenyum.
"Sini sebentar, sayang"pinta Hanbin manja.
"Ada apa? Kita masih harus ke rumah sakit untuk melihat jagoan appa"
"Iya, tapi ini masih sangat pagi. Jadi biarkan appa tidur di dalam pelukan eomma sebentar lagi"rengek Hanbin.
"Manja sekali"canda Jinhwan sambil mengusap surai Hanbin yang sudah berada dalam pelukannya.
"Aku masih sangat mengantuk, sayang"gumam Hanbin.
"Iya, iya. Tidur sebentar lagi ya"

Hanbin tak menjawab namun mengangguk dalam pelukan Jinhwan.

"Aigoo, bayi besarku"
.
.
.
"Sayang, coba liat. Jagoan appa benar-benar sudah semakin besar"seru Hanbin antusias saat foto hasil USG sudah ada di tangannya.
"Kita sudah melihatnya tadi"
"Tapi coba lihat lagi, dia sehat"
"Appa, jangan berisik. Kita masih ada di rumah sakit"ucap Jinhwan.

Binhwan - ikon 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang