Sorry

831 110 4
                                    

Jinhwan masih sibuk menengok kanan kiri mencari kakaknya yang katanya akan menjemput nya, sudah setengah jam gadis itu menunggu di pos satpam sekolahnya bersama sang satpam namun tanda-tanda kakaknya akan datang masih belum ada.

"Apa kakak mu sedang sibuk?"tanya sang satpam.
"Tidak, paman. Oppa bilang akan segera menjemput ku"
"Coba kau hubungi lagi, mungkin lupa"

Jinhwan mengangguk lalu mulai mencari nomor ponsel kakaknya.

Tutt tutt tutt

"Oppa"
"Iya, sayang. Oppa hampir lupa, sebentar ya. Oppa sedang ada rapat"
"Aku pulang sendiri saja ya?"
"Tidak! Tunggu sebentar ya, Jinan. Oppa akan kirim seseorang untuk menjemput mu"
"Takut merepotkan"
"Tidak akan. Tunggu ya, sayang"
"Ya"
"Duduk yang manis bersama paman Lee ya"
"Iya, oppa"
"Anak manis. Oppa harus kembali masuk ruang rapat. Sampai bertemu di rumah. Maaf oppa tidak bisa menjemput mu"
"Iya, tak apa. Semangat, oppa"
"Eung, saranghae. Kkeutno"
"Nado~"

Pipp

"Bagaimana?"tanya paman Lee.
"Sedang rapat tapi mungkin teman oppa akan menjemput"jawab Jinhwan.
"Minho sejak dulu sama saja. Sering lupa"ujar paman Lee lalu terkekeh.

Jinhwan juga tertawa karna apa yang satpam sekolah nya katakan itu memang benar. Oppa nya sering sekali melupakan sesuatu. Bahkan pernah Minho lupa membawa tas kantor nya karna terburu-buru.

Tin tin

"Itu jemputan mu"tunjuk paman Lee.

Jinhwan menoleh lalu mendengus kala mendapati teman oppa nya yang paling menyebalkan kini menjemput nya. Tau begitu Jinhwan memilih pulang sendiri.

"Halo, cantik. Ayo pulang"
"Paman, aku pulang dulu"
"Ya, hati-hati"
"Paman Lee, lama tidak bertemu. Kami pulang dulu"pamit sang namja setelah menyalami satpam sekolah nya dulu.
"Kim Hanbin, semakin tampan saja"
"Iya, paman. Tapi gadis ini masih tak mau padaku"keluh Hanbin sembari menunjuk Jinhwan menggunakan dagu nya.
"Memang siapa yang mau dengan pemuda tengil seperti mu? Jika aku yeoja, aku juga tidak mau"balas paman Lee yang mampu membuat Jinhwan tertawa keras.
"Paman, aku pulang dulu. Pemuda tengil ini sudah menjemput ku"

Jinhwan segera masuk ke dalam mobil di susul Hanbin, tawa gadis itu masih saja belum berhenti bahkan setelah mobil yang ia naiki ini melaju.

"Sudah, Jinan. Kotak tertawa mu bisa habis"keluh Hanbin.
"Kau pikir aku squidward?"
"Kau tau? Kau juga menonton nya?"
"Tentu saja"
"Kita sama"
"Kebetulan"

Hanbin merengut. Adik sahabat baiknya ini memang susah sekali di dekati. Tapi sikap ketusnya hanya pada Hanbin. Pada sahabat Minho yang lain Jinhwan sangat dekat.

"Kau sudah makan?"tanya Hanbin.
"Belum. Oppa kan baru saja menjemput ku"
"Lapar tidak?"
"Tidak terlalu"
"Mau makan?"tanya Hanbin lagi.
"Apa?"
"Krabby patty"jawab Hanbin lalu keduanya tertawa.
"Apa kita harus ke bikini bottom?"tanya Jinhwan.
"Ya, karna krusty krab ada disana"jawab Hanbin.

Keduanya kembali tertawa.

"Perutku kram"keluh Jinhwan.
"Kau terlalu banyak tertawa"
"Menurut mu karna siapa?"
"Bikini bottom"

Jinhwan kembali tertawa namun kini dengan tangan yang memukul lengan Hanbin kesal.

"Sudah!"
"Baiklah, aku kalah. Jadi mau makan?"tawar Hanbin lagi.
"Ya"
"Burger?"

Jinhwan menatap Hanbin sembari menahan tawanya.

"Ya. Ayo makan krabby patty, oppa"
.
.
.
"Oppa"

Minho menoleh lalu tersenyum, hari ini ia harus berangkat awal dan ternyata adiknya sudah bangun pagi di hari libur.

"Sudah bangun ternyata"ucap Minho.
"Oppa ada rapat pagi?"tanya Jinhwan.
"Iya, keluar kota"
"Pulang tidak?"
"Pulang, sayang. Tapi malam"

Jinhwan mengangguk mengerti, kasihan juga pada oppa nya karna harus mengurus perusahaan ayah nya sendiri. Orang tua mereka menetap di Jepang, mengurus perusahaan mereka yang lain. Jadilah Minho si anak sulung yang harus bertanggung jawab mengelola perusahaan keluarga mereka.

"Kasian oppa, memang tidak lelah ya?"tanya Jinhwan sembari memeluk kakak nya.
"Coba tersenyum"
"Untuk apa?"
"Tersenyum dulu"

Jinhwan menurut, tersenyum semanis mungkin pada kakak nya.

"Nah, sekarang lelah oppa sudah hilang"ucap Minho.
"Hanya dengan senyum ku?"
"Iya. Senyum mu itu penyemangat oppa, ayah dan ibu. Jadi kau harus selalu tersenyum ya? Untuk kami"

Jinhwan mengangguk, lalu menangis karna haru.

"Hei, kenapa menangis?"tanya Hanbin yang entah sejak kapan sudah ada di dalam ruang keluarga rumah Jinhwan.
"Bukan urusan mu"sahut Minho seraya mengusap punggung sang adik.
"Jinan, kau baik-baik saja?"
"Iya"
"Ingin sesuatu?"tanya Hanbin lagi.
"Ya"
"Apa?"
"Dorayaki"jawab Jinhwan jahil.
"Kalau begitu aku harus menggunakan pintu kemana saja?"balas Hanbin.
"Gunakan baling-baling bambu saja"
"Aku tidak ingin terlihat giant dan zuneo"

Jinhwan tertawa dalam pelukan kakak nya. Hanbin selalu bisa mengimbangi nya jika mereka berbicara tentang film kartun kesukaan nya.

"Kalian ini sama saja"keluh Minho.
"Itu tanda nya kami sehati"
"Hanya kebetulan"ralat Jinhwan yang berhasil membuat kakak nya terbahak.
"Sudah ya, oppa berangkat. Baik-baik di rumah ya, sayang"pesan Minho sebelum menepuk pundak Hanbin lalu pergi.
"Hati-hati di jalan"seru Jinhwan.

Mata gadis cantik itu melirik pada Hanbin yang sejak tadi diam saja.

"Oppa"panggil Jinhwan.
"Hm"
"Kenapa kemari?"tanya Jinhwan.
"Main saja, tidak boleh?"
"Boleh"

Jinhwan yakin jika namja di samping nya ini sedang merajuk. Tapi karena apa? Ah, apa karna "kebetulan" yang sering Jinhwan katakan?

"Mau minum apa?"tanya Jinhwan lagi.
"Terserah saja"

Jinhwan membawa segelas jus lalu duduk di samping Hanbin yang tengah serius menonton film animasi dengan tokoh utama ikan berwarna orange putih itu.

"Oppa marah ya?"
"Tidak"
"Yakin?"goda Jinhwan.
"Iya"
"Yasudah"

Hanbin menatap Jinhwan tak percaya. Hanya begitu? Tanpa rayuan?

"Kau ini membuat ku gemas, kau selalu bilang kebetulan-kebetulan. Aku kan senang jika kita sehati, sepemikiran. Kita sama-sama suka kartun kan?"gerutu Hanbin dengan satu tarikan nafas.

Bukannya takut atau kasihan, Jinhwan justru tertawa keras karna omelan Hanbin yang terdengar seperti rengekan anak kecil.

"Jangan tertawa"omel Hanbin.
"Jangan tertawa"ulang Jinhwan.
"Aku tidak bercanda"
"Aku tidak bercanda"
"Kim Jinhwan"
"Kim Jinhwan"

Jinhwan kembali terkikik karna wajah Hanbin yang semakin tertekuk. Lucu sekali.

"Dasar anak kecil"seru Hanbin.
"Dasar anak kecil"
"Mau sampai kapan mengikuti ku?"
"Mau sampai kapan mengikuti ku?"
"Oh, baiklah"
"Oh, baiklah"
"Aku mencintai mu"
"Aku mencintai mu"

Hening.

Hanbin tertawa keras.

"Kau mencintai ku, jadi sekarang kau sudah jadi kekasih ku. Jadi sekarang kita adalah sepasang kekasih. Yesssss! Akhirnya aku jadi kekasih Jinan juga!! Senangnya!!! Yeaaayyyy!!"

Jinhwan diam, wajahnya sudah sangat merah setelah menyadari apa yang sedang terjadi padanya.

"Sialan"umpat Jinhwan.
"Aku juga mencintai mu, Jinan"

Hanbin menari di depan Jinhwan setelahnya, tarian abstrak yang sialnya mampu membuat Jinhwan tersenyum.

Tidak ada salahnya terjebak dalam sebuah hubungan dengan namja abstrak ini - KJH.

END

Binhwan - ikon 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang