Family ❤

1.3K 123 22
                                    

Takk

Hanbin menoleh, mendapati botol sabun tergeletak di depan istrinya yang kini sedang kesusahan mengambil nya.

"Jatuh, sayang?"tanya Hanbin sembari memungut botol sabun nya.
"Iya. Maaf. Tangan ku licin"
"Butuh bantuan?"tawar Hanbin.
"Memang sudah tidak sibuk?"tanya Jinhwan.
"Tidak. Untuk kalian mana bisa sibuk"jawab Hanbin sembari mencium pelipis Jinhwan dan tangan yang mengusap perut buncit istrinya.

Ya. Jinhwan sedang mengandung, sudah memasuki usia 8 bulan. Sudah sulit beraktivitas, sudah tidak nyaman untuk tidur dan sudah minim sekali gerakan nya. Hanbin kasian tapi kadang ia juga merasa gemas jika melihat istri mungil nya yang kesana kemari dengan perut buncit nya.

"Aga, ayah gombal. Iya kan?"canda Jinhwan sembari mengusap perutnya.
"Mana bisa gombal. Ini tulus, sayang. Tulus"
"Iya, iya. Jadi bisa ayah tolong kami?"pinta Jinhwan dengan tatapan memelasnya.

Cupp

"Tidak perlu menatap begitu juga pasti ku tolong"jawab Hanbin setelah mengecup bibir Jinhwan.
"Terima kasih, ayah. Tolong pindahkan persediaan sabun dan pasta gigi yang ada di rak atas itu ke bawah ya?"
"Sudah tidak kuat jinjit ya?"tanya Hanbin.
"Iya, aga sudah berat. Bunda tidak kuat"jawab Jinhwan.

Hanbin mengangguk dan segera melaksanakan titah dari sang istri. Semua barang yang ada di rak atas ia pindahkan ke bawah agar istri nya tak perlu memanjat bangku kecil lagi. Terlalu berbahaya sekarang.

"Sudah, bunda. Sekarang apa lagi?"tanya Hanbin.
"Eumm itu saja. Ingin makan sekarang?"tawar Jinhwan.
"Aku saja yang memasak ya?"
"Kenapa?"
"Kita kan baru saja pulang belanja bulanan. Lelah kan? Biar aku saja yang masak"
"Begitu?"tanya Jinhwan dengan tatapan polosnya.
"Ah kenapa istri ku sangat menggemaskan? Aku tidak tahan!"seruan Hanbin tertahan lalu mengecup wajah istrinya berkali-kali.

Jinhwan terkekeh geli merasakan kumis tipis Hanbin yang menggelitik wajahnya. Suami nya belum bercukur.

"Sudah!"seru Jinhwan.
"Hehehe, salahmu kenapa menggemaskan"
"Apa aku boleh duduk?"
"Oh tentu saja. Maaf ya, sayang"

Hanbin menuntun istri nya duduk di sofa ruang tengah lalu ia berlalu menuju dapur setelah lagi-lagi mengecup seluruh bagian wajah sang istri.

"Sayang, aku mandi dulu ya?"ijin Jinhwan.
"Ya, aku akan menyusul nanti"
"Cih dasar mesum"keluh Jinhwan.

Dan memang setelah Jinhwan setengah mandi pintu kamar mandi di ketuk pelan, suami nya benar-benar menyusul nya. Acara mandi kali ini berakhir lebih cepat karna Jinhwan yang merengek lapar.

"Terima kasih, ayah"ucap Jinhwan setelah acara makan malam nya selesai.

Jinhwan menghampiri suami nya yang masih duduk lalu memberi kecupan di bibir tipis Hanbin beberapa kali.

"Tunggu ayah di ranjang ya, biar ayah yang mencuci piring"
"Tapi, Hanbin-ah-"
"Sudah, biar aku yang mencuci. Cepat masuk kamar, ayah akan mendongeng untuk aga"

Jinhwan mengangguk lalu berjalan perlahan menuju kamar mereka. Hanbin meringis kala melihat sulit nya Jinhwan berjalan dengan perut yang sudah membesar. Tangan yang selalu berada di belakang pinggang sudah cukup menggambarkan bagaimana pegal nya tubuh mungil itu membawa satu nyawa lagi dalam perut nya.

"Jadi biarkan ayah mendongeng tentang.... "

Jinhwan hanya terkekeh kala sesekali Hanbin menirukan suara hewan yang terdengar tidak mirip.

"Sekarang biarkan ayah memberikan ciuman selamat malam untuk aga"pinta Hanbin.

Jinhwan yang mengerti pun segera menyingkap baju tidur nya sehingga perut besar itu terpampang di hadapan suami nya. Hanbin merebahkan diri, menyejajarkan wajah nya dengan perut Jinhwan, memberi kecupan bertubi-tubi hingga Jinhwan mengeluh geli.

Binhwan - ikon 💗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang