kala, demikian kau berkata
ketika rambut hitammu mengibarkan sebuah rasa
kemudian meronta dan menjalar diantara seluk beluk tubuh tua
menimbun sejuta kesedihan yang merembes disana
kala, aku tak tau tentang apa yang kau mimpikan
namun tangan hangatmu menggenggam tangan dingin ini
yang mulai merapuh dimakan rayap sang waktu
tenggelam dalam mimpi buruk bersamanya dulu
kala, tak ada yang dapat daku katakan
dikau yang memulangkan kata jiwa kepada raga yang memudar
mengembalikan rasa yang telah lama binasa
dan senyum indahmu , tak ada yang bisa daku katakan
senyummu membuat raga tak berkutik,memaku dilantai bumi
matamu, menjerat siapa saja yang melihatmu
namun kau datang menemui pria ini, yang tak telah lama dipenjara masa
kau menemukanku, kau berhasil menemukanku
kala, aku tak tau apa yang terjadi
bila kau pergi, meninggalkan berjuta rantingmu yang menopang ini
menyangga pori-pori dan rmahan tulang ini
seakan layu dan mati sekali lagi, menjadi racun pengantar tidur ini
kala, jika semua harus bersembunyi ijinkan aku menemukanmu
menangkapmu dibalik tirai -tirai katamu, ataupun topengmu
kemana pun kan daku cari, aku kan menemukanmu
menangkapmu dengan tubuh rapuh, dan membiarkanmu masuk dan menyatu
kala, tak ada yang ingin aku sampaikan
hanya sedikit kata cinta dan rindu
memeluk wangimu saja membuat syaraf ini bekerja
membuat reaksi feromon yang terlalu kencang
kala, ijinkan aku menyatu denganmu
menemanimu hingga hari tuamu, menikmati secangkir kopi
bercerita tentang indahnya pertualangan kita
hingga kau menemukanku, menemukanku
dan kala, bila kau terlelap nanti
ijinkanku meletakkan bunga dan air mataku disampingmu
mempersembahkan rasaku untukmu selamanya
hingga kita bertemu lagi, entah disana ataupun dikehidupan berikutnya
aku kan mencarimu, tetap menemukanmu
seperti dikau saat menangkapku, menemukanku
dibawah langit yang tak bertuan, diantara ladang sepi manusia
tempat dimana aku tak bisa bersembunyi dari matamu