aku terjatuh dalam rasa, menyelam dalam tatap mata
lentik matamu, menggeser pondasi kokoh masa lalu
mengikis bagian demi bagian, hingga semua mulai merapuh
hei, tangan ini ingin mengucapkannya tapi ini terlalu menyiksa
tersibak sebuah kata, dan nada sendu dibalik balutanmu
menyambut senja dan pagi yang menggertak
menyeret rasa ke titik paling tidak rasional, memancing emosi dan diri
kali ini tenggelam lagi, menyentuh dasar yang sama
entah apa gerangan yang kan tiba, dikau selalu saja bisa
menarikku kedalam lentik tarian bulu matamu, menghujankan rindu ke dalam sukmaku
sembilu dan harmoni, tak ada yang berkata mereka sejalan
hei kau yang bermata indah, bolehkahku sentuh hati terdalammu?
ah, dikau membuatku terpesona
mencandai waktuku, hasratku , dan egoku hanya ingin mencumbumu
langit tetap tak ingat akan kata rindu
semua tertuang dalam bait dan baris puisi tentangmu
awan dan hujan, siapa yang kan mengira mereka seirama
memancing sendu kepuncak kegalauan
meneriaki, hei kamu pasti rindu dia bukan?
persetan dengan rasa, aku hanya ingin terbang dan terlelap bebas
mencintai tanpa ada beban, menrindui tanpa ada kata resah
disetiap pelik masalah, selalu ada jalan penengah
mengubah setiap partikel menjadi sebuah rasa bahagia
mengekstra feromon menjadi sebuah zat candu
lembut tarian baumu, menghantarkanku kegerbang rindu
memecah segalanya, hingga aku tenggelam dalam kata sayang
ya semua kan bahagia, mencintai dan merindui dengan bebas
sampai batasan pun kan dilepas, seperti hewan yang ingin mencumbui dunia
resah, itulah kata untuk memaknai kisah
ada duri yang menghujam jiwa
mengoyak lalu menjahit luka, seperti sedia kala
ya semua orang bahagia, bahagia dalam setiap kekang kata cinta
ya aku bahagia, bahagia dengan setiap hisapan asap bakaran
menabur bius untuk kata cinta, namun tidak untukmu puan
kini hanya ada secangkir kopi yang menawarkan pahitnya
tapi tetap aku bahagia, tak ada masa lalu yang begitu indah