kau tau tentang seorang pria tua?
yang berjalan diantara telaga, memanjakan tubuh rapuhnya
ketika umur mulai menua
hanya ada sebuah ingatan dalam singgasana hatinya
dia berjalan, tepat diperantara gerbang waktu
kemana pun, tak ada yang mengingatntya
hanya coretan darah di baju usangnya
membekas dikulit usangnya
dan pria tua itu hanya tersenyum
memandangi langit biru tua
mendapati burung yang beriringan
seperti masa lalunya, ketika jiwanya tak sekuat tekadnya
kini, kenangan itu seperti mengoyaknya
dibalik tubuh abadinya, tak ada yang paham
tentang penderitaannya, tentang hembusan nafas tuanya
yang memalingkan mata, memalingkan hasratnya
dia bersandar disana. dipelantaran hati yang terluka
meminum air telaga penenang jiwa
berharap keabadian itu sirna
lalu terlelap di ladang indah penuh bunga
jika kayu menjadi sirna, kenapa tidak dengan rasa?
menjebak seseorang datang, lalu meninggalkannya
terluka, merana, dan tertawa
rantai itu mulai memanjakan sesak didada
desiran darah mulai berteriak
aliran udara mulai memberontak di paru-parunya
memori yang terputar jelas
membutakan hatinya
oh tuhan, selamatkanlah jiwanya
keluarkan semua kutukannya
biarkan jiwa tuanya bersemayam
diantara pohon tua penuh duka
bila kau kembali, jangan kau tangisi
memori yang kau punya, memori diantara kita
jiwa dalam tubuh berbeda, jiwa tua yang kembali kedunia
jiwa yang mengingat segalanya
kini bisakah kau lihat rembulan?
dia yang menerangi jejak tuanya
kini hembusan nafas ini tak ada
denyutnya pun mulai sirna
tersenyum dengan wajah pucat pasi
terkubur dedaunan yang menua
kini tak ada yang kan ku tangisi
semuanya kembali kejalanya
mengisi semua cerita berbeda
dan kau kini, kembali mengingatnya
jangan kau terluka oleh sepi
peluk erat dirinya, kekasih yang tuhan pertemukan
sesak ini mulai sirna, resah ini mulai tiada
hanya mimpi indah yang menantiku pulang
diantara ladang mimpi yang indah
tak bersekat , hanya ketenangan yang menyembuhkan jiwa