Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Rena. Hatinya hancur saat perkataan Sandra terus mengiang difikirannya. Rena mengurung diri di kamarnya, hanya sebuah isakan yang memenuhi kamar tersebut.
Hatinya hancur ditambah pipinya yang merah akibat tamparan ibunya membuat tangisan gadis itu semakin pecah.bSekitar 1 jam gadis itu menangis, karena kelelahan gadis itu berhenti menangis. Ia teringat bahwa kegiatan yang akan dilakukannya satu jam kedepan adalah bekerja.
Gadis itu mengusap air matanya kasar. Rena bergegas membersihkan dirinya lalu pergi ke tempat ia mencari uang. Tak heran baginya diumurnya untuk mencari uang. Rena sudah terbiasa seperti ini, pukul 5 sore ia akan berangkat bekerja dan pulang pukul 9 malam, itu pun jika ia tidak lembur. Jika ia lembur, ia akan pulang sekitar pukul 10 malam. Sangat melelahkan baginya, jika ia akan terus seperti ini. Tapi, ia tidak putus asa untuk mencari penghasilan sendiri .
Sesampainya di cafe, tempat ia bekerja. Rena bekerja sebagai pelayan di cafe tersebut. Saat Rena hendak mengantarkan makanan, matanya tertuju pada sosok pria yang wajahnya tampak familiar bersama gadis yang tidak ia kenali.
"Rena, liatin apa sih lu? cepetan anterin ini!" pinta Sarah yang melihat Rena tidak fokus saat bekerja.
"Hah? Ah iya," Rena mengantarkan makanan tersebut, ia melirik sekilas pria tersebut saat melewatinya. Hatinya sakit saat melihat Reyhan bersama gadis selain dirinya. Ia berusaha untuk berfikir positif tentang apa yang dilihatnya, meskipun hatinya sakit. Setelah mengantarkan pesanan tersebut, ia pun kembali melewati Reyhan. Tampaknya Reyhan tak melihat dirinya.
Rena berjalan dengan cepat, hingga akhirnya ia sampai di kamar mandi. Disana ia kembali menangis. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sesak. Memang gadis itu sangat lelah, kenapa setiap harinya ia selalu terlibat dalam masalah yang membuat hatinya terluka. Ia mengambil 2 pil obat yang penenang yang ada didalam sakunya. Dengan tujuan agar dirinya kembali tenang dalam melakukan pekerjaannya.
Setelah merasa tenang, Rena pun keluar dari kamar mandi dan melanjutkan pekerjaannya.
"Lu abis nangis ya Ren? Matanya merah gitu," ucap Sarah.
"Hah? Engga. Cuma kelilipan doang kok." ucapnya sambil mengucek-ucek matanya.
"Ohh.. gitu. Nih anterin di meja itu," pinta Sarah dengan jari telunjuk yang menunjuk kearah meja Reyhan.
"Ah jangan, lo aja. Kepala gue masih sedikit pusing," tolak Rena. Rena tidak ingin hatinya sakit lagi melihat Reyhan bersama gadis lain sangat dekat. Itu yang membuat dirinya tersakiti dan menangis.
"Lo istirahat aja sono. Biar gue yang anter,"
"Maaf, udah ngerepotin lo. Makasih ya.."
"Tidak apa apa."
Rena menyamar di kasir dengan menggunakan topi dan masker, agar ia bisa memantau apa yang dilakukan Reyhan paa gadis itu. Matanya membulat seketika saat mereka tengah bermesra-mesraan. Dadanya sesak, seperti dihimpit oleh dua batu besar. Pipinya sudah basah karena butiran-butiran air mata lolos dipipi Rena.
Mereka berdua berhenti bermesra-mesraan saat Sarah datang ke mejanya mengantarkan pesanan mereka. Rena sudah membayangkan betapa sakitnya dia, jika dia yang mengantarkan pesanan tersebut. Rena menghapus air matanya kasar. Lalu mengambil tas dan izin pulang pada bos nya.
"Pak, hari ini saya ada urusan penting. Saya boleh pulang nggak pak?"
"Boleh. Hati-hati di jalan Ren," Bos nya memang baik. Ia juga sering membantu Rena saat Rena kesusahan.
"Makasih pak. Saya pergi dulu" Rena keluar dari cafe tanpa sepengetahuan Reyhan. Ia
Berjalan kearah yang tidak diketahui akan kemana. Sepanjang jalan Rena tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Ia terhenti pada sebuah kursi di taman. Ia duduk disana, melamun dengan pikiran yang kosong dengan tujuan menenangkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAku lelah berpura-pura kuat meskipun aku lemah. Aku juga lelah harus menanggung semua pelampiasan ibuku. Tolong bantu aku bagaimana caranya aku terlepas dari semua sandiwara ini.