Part 6

3.5K 88 12
                                    

"Semua cowok itu brengsek!"

Rena memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah. Ia sudah siap lahir batin.

"Rena, perkenalkan nak ini calon ibu mu." Ujar Bima sambil berjalan sempoyongan menghampiri Rena yang tengah berdiri didepan pintu.

Rena mundur dua langkah. Setetes air mata lolos membasahi pipi nya.

"I-ibu? Maksudnya apa, pah?" tanya Rena sambil menunjuk wanita yang sedang dirangkul oleh Bima.

"Papah akan menikah minggu depan. Rena harus kenalan dulu sama calon istri papah."

Deg. Mengapa takdir hidup Rena harus seperti ini? Apa salah Rena? Hingga ia harus menjadi korban perceraian kedua orang tuanya. Bahkan setelah perceraian tersebut, wanita yang telah melahirkannya pun tidak menganggap Rena anaknya.

"Kenapa harus minggu depan, pah?" tanya Rena sambil menangis. Bima tidak menghiraukan pertanyaan Rena. Ia malah pergi membawa wanita itu pergi. Entah pergi kemana, yang jelas Rena tidak tahu.

"Aarrggghhhhh...." geram Rena.

Dengan langkah tergesa-gesa Rena pulang ke rumah Sandra. Meskipun ada rasa takut dalam hatinya tapi ia tetap memaksakan diri untuk masuk ke rumah.

"Tumben pulang. Om Bima udah ga nganggap lo anak lagi, ya?" ujar Hana-kakak sepupu Rena yang ikut tinggal di rumah Sandra karena ia harus melanjutkan study nya didaerah tempat Sandra tinggal.

Rena hanya meliriknya sekilas tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Disana ga dikasih makan, ya? Makanya ga bisa ngomong." ucapan Hana tadi membuat Rena semakin kesal. Namun, ia masih sabar menghadapi kakak sepupu nya ini.

Tiba-tiba Hana melempari Rena dengan botol air minum sampai Rena merasakan sakit di kepalanya. Bukan kepalanya saja, tapi hatinya juga ikut merasakan sakit.

Rasa sakit di kepalanya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Berkali-kali ia mencoba untuk tidak meneteskan air mata. Tapi tetap saja, air matanya selalu menetes tanpa disadari.

***

Reyhan keluar dari sebuah cafe bersama Anya, cewek yang Rena lihat bersama Reyhan di cafe tepat dimana Rena bekerja.

Bagi anya, Reyhan itu sudah seperti pacaranya. Namun bagi Reyhan, Anya hanyalah teman biasa. Dengan terpaksa Reyhan harus menjadikan Anya sebagai pacarnya atas permintaan ayahnya. Karena ayahnya terlibat hutang dengan keluarga Anya. Ya, meskipun Reyhan tidak pernah menganggap Anya sebegai pacarnya. Ia hanya mencintai Rena.

"Mau kemana lagi, Rey?" tanya Anya saat didalam mobil.

Reyhan menengok. "Gatau, terserah."

"Aku mau pulang aja deh. Banyak tugas."
Reyhan mengangguk lalu melajukan mobilnya.

"Rey..." panggil Anya memulai percakapan.
Karena selama perjalanan hanya terdengar suara bising kendaraan tidak ada yang satu kata yang terlontar dari mulut mereka.

"Hm?"

"Mama.."

"Kenapa?"

"Mama nyuruh aku buat mampir ke rumah
calon suaminya."

"Terus?"

"Kalo kata kamu gimana?"

"Gue terserah lo aja,"

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang