Braakk....
Bugh...
"Brengsek!! Berani-berani nya lo sentuh anak gue,"
Bugh...
Rena keget mendengar suara pukulan itu. Hati Rena lega saat pria yang menculik dirinya tidak sadarkan diri karena mendapat pukulan yang cukup keras dibagian kepalanya. Rena samar-samar melihat wajah ayahnya yang mendekatinya untuk menyelamatkannya.
"Rena, kamu harus kuat nak." tegas ayahnya yang bernama Bima. Badan Rena goyah karena lemas dan sakit dibagian perutnya.
Bima semakin khawatir akan Rena. Bima melepas semua ikatan yang mengikat ditubuh anaknya. Setelah itu, dia membawa Rena yang sudah tidak sadarkan diri ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Bima terus menghubungi Sandra agar dia tahu keadaan anaknya. Namun, tidak ada jawaban saat Bisma berkali-kali menghubungi Sandra. Dasar ibu tidak berguna cih batinnya.
Bima mengacak rambutnya frustasi karena 1 jam ini dokter belum selesai mengoperasi Rena. Dia semakin khawatir dengan keadaan putrinya. Putri semata wayangnya yang menjadi kebanggaannya kini harus menjadi korban perhutangan dirinya. Rasa bersalahnya semakin besar pada putrinya hingga dia meteskan air mata.
Kini, gadis yang biasa terlihat ceria sedang terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit. Sudah satu hari dia belum tersadarkan juga. Sahabat-sahabat, dan kekasihnya tidak ada yang mengetahui tentang keadaannya. Bahkan wanita yang melahirkannya pun tidak. Sudah berkali-kali Bima menghubungi Sandra namun hasilnya nihil. Bima sudah menyerah, tidak akan menghubungi mantan istrinya lagi. Biarkan Sandra menyesali dirinya sendiri.
Lamunan Bima terhenti saat jari Rena bergerak dan perlahan mata Rena membuka. Bima segera mendekati Rena, dipanggilnya dokter untuk memeriksa keadaan putrinya.
"Nak, kamu sudah sadar heum?" tanyanya seraya mengelus surai rambut putrinya.
Rena mengangguk lalu tersenyum. Detik selanjutnya ia meneteskan air mata karena teringat apa yang terjadi kemarin."Hey... Mengapa kau menangis sayang?" ucapnya lembut.
"Hiks hiks aku takut hiks diculik lagi pah," ucapnya sendu.
" Tenanglah, ada papa disini. Kau akan baik-baik saja." Ucapnya lalu membawa putrinya kedalam dekapannya. Bima mengelus punggung putri agar ia merasa tenang.
"Dimana mamah? apakah dia datang menjenguku?" Bima menghela nafas mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut putrinya. Ia bingung harus menjawab apa. " Sudahlah, pikirkan keadaanmu dulu lalu baru memikirkan yang lain."
"Apakah kau ingin makan apel? Biar papa yang mengupas kulitnya." Rena mengangguk. Sebenarnya hatinya sakit ketika ia mendengar jawaban ayahnya itu tidak sesuai dengan apa yang ditanyakannya. Ia yakin bahwa Sandra tak kunjung menjenguknya.
Bima dengan telatennya menyuapi putrinya. Sesekali ia menghibur putrinya dengan segala lelucon nya agar putrinya tidak terlihat sedih lagi.
"Rena, papa mau keluar sebentar. Kau disini sendirian tak apa kan?"pamitnya.
" Hmm.. Tidak apa-apa," jawabnya sambil mengangguk.
Kini Rena sendirian di ruangan, Rena melamun memikirkan Sandra yang tak kunjung datang menjenguknya. Rena menghela nafas kasar. 'jangan fikirkan dia, fokuslah pada kesehatanmu' kuatnya dalam hati. Dia mengambil 2 pil obat penenang, agar dirinya kembali tenang.
Penasaran dengan kondisi teman-temannya, ia mengambil ponsel dan mengecek pesan dari teman. Namun hasilnya nihil, tidak ada satu pun yang mengirimkan pesan padanya. Dia berfikir, tidak ada lagi yang menyayanginya didunia ini.
Ia merasa kesepian dan bosan didalam ruangan, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman rumah sakit.
Gadis itu mendorong kursi rodanya sendiri. Sampailah di taman, gadis itu tersenyum lebar dapat menghirup udara yang segar. Ia juga merasa tenang disana. Terbebas dari makian ibunya.
Sudah setengah jam ia menghabiskan waktunya hanya untuk menghirup udara segar di taman. Gadis itu kembali menuju kamar inapnya. Saat dia melewati lorong rumah sakit, dia mendengar percakapan dua orang yang salah satu suaranya ia kenali.
Ia semakin mendekati sumber suara tersebut. Betapa kagetnya dia saat melihat kekasihnya sedang bergandengan tangan dengan gadis yang ia lihat kemarin di cafe.
Hatinya rapuh, mengapa sulit sekali baginya untuk hidup bahagia. Selalu saja ia mendapat hal yang membuat hatinya sakit.Rena kecewa pada Reyhan karena berani menduakannya. Pantas saja, jika dia tak menghubungi Reyhan, Reyhan pun tidak menanyakan kabarnya. Rena rindu Reyhan yang perhatian pada dirinya. Yang selalu menanyakan kabarnya lewat sms ataupun telepon dan selalu menghubunginya.
Tetapi apa yang dirindukannya tidak akan terjadi lagi. Dia yakin, suatu saat nanti dia akan diputusi oleh Reyhan. Rena berfikir bahwa dia harus siap mental dan fisik saat diputusi oleh Reyhan. Dia juga berfikir, apa gunanya memikirkan cowo yang berani menyakitinya.
Rena menuju ke kamarnya dengan keadaan menangis. Tangisan kembali pecah saat dia masuk ke kamar inapnya. Ia segera mengambil obat penenang dan meminumnya. Karena efek obat penenang, Rena akhirnya tertidur pulas dan tak lagi memikirkan kekasihnya.
Disisi lain, kedua sahabat Rena yaitu Putri dan Dina khawatir akan keadaan Rena. Sudah 3 hari lebih Rena tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas. Mereka pun ingin bertanya pada Reyhan tentang keadaan Rena. Mereka mencari keberadaan Reyhan dengan melacak GPS nya. Akhirnya dia menemukan Reyhan yang sedang berada di Mall. Dia bergegas menuju ke mall dimana Reyhan berada. Dan mereka menemukan Reyhan yang sedang menggandeng gadis yang tidak mereka kenali. Mereka menghampiri dua orang tersebut.
"Dimana Rena?!" tanya Dina.
"Gue gatau. Dia ga ngehubungi gue dari kemarin," jawabnya santai membuat Dina dan Putri semakin geram.
"Lo ini cowo bukan sih?!"ucap Putri.
"Ya cowo lah. Kalo gue cewe mungkin sekarang gue pake rok." ucapnya. Sedangkan gadis yang digandeng Reyhan hanya diam memandang pertengakaran kecil diantara mereka.
"BRENGSEK!! MANA JIWA LO SEBAGAI PACARNYA RENA HAH! KALO RENA GA NGEHUBUNGI LO, HARUSNYA LO YANG USAHA NYARIIN DIA, NGEHUBUNGI RENA." bentak Putri.
"Lo juga sahabatnya. Kenapa ga lo aja yang nanyain kabarnya?" ucapnya santai.
"LO UDAH PACARAN SAMA RENA TIGA TAHUN. KENAPA LO GA PEDULIIN DIA??" bentak Dina.
"oh... Gue tau. Lo selingkuh dari Rena ya? Makanya lo ga ngabarin Rena. Gue salut sama lo Han, Lo udah berani kecewain kami. Cewe ini siapa Han?" lanjut Dina.
" Gue ga selingkuh. Ini cuma tem---"
Plaakk..
"APA? LO BILANG TEMEN HAH? KENAPA KALO TEMEN SAMPE GANDENG TANGAN SEGALA?" Bentak Putri memotong perkataan Reyhan. Reyhan hanya diam meringis kesakitan karena mendapat tamparan keras dari Putri.
"Terserah gue. Ini hidup gue. Kenapa kalian yang ngatur?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAku lelah berpura-pura kuat meskipun aku lemah. Aku juga lelah harus menanggung semua pelampiasan ibuku. Tolong bantu aku bagaimana caranya aku terlepas dari semua sandiwara ini.