Aditya Mahardika

0 1 1
                                    

Tendangan ke 7 tepat berhenti ketika kaleng bekas soda itu mengenai seseorang.

"Maaf"

Kata tersebut menjadi kata pembuka sekaligus penutup. Tanpa melihat siapa yang membuat kalengnya terhenti, perempuan itu langsung mengambil kaleng ringseknya dan membuangnya ketempat sampah.

Dia terlalu sibuk melamun sembari mendengarkan musik dari alat kecil pemutar musik yang praktis. Dengan langkah santai, perempuan itu meninggalkan sesorang yang dari tadi diam tak berkata.

"Tunggu" suara seorang lelaki yang menghentikan langkahku. Mungkin dialah yang membuat tendangan kalengku berhenti.

"Jangan melamun, berbahaya" tambahnya

"Hm baiklah" sahutku pelan dan melanjutkan langkahku.

Angin meniup hoodie yang melindungiku dari tatapan orang-orang. Kali ini angin berhasil membuat wajahku terlihat oleh sekitar. Sial. Tanpa membenarkannya, aku terus melangkah dan akhirnya sampai di tujuanku. Kursi taman dipinggir sungai.

Sunyi.

Tepat untuk saat ini. Duduk diam melamun sampai tiba tiba sekeliling gelap dan akhirnya pulang. Tiada yang spesial setiap harinya. Hanya kebencian dan penyesalan yang ada.

Mendung seakan tahu kapan harusnya dia datang untuk menemaniku. Dia mencurahkan semua yang dia simpan untuk sekedar membasahi diriku agar tersamarlah air mata yang jatuh.

Senang rasanya bisa menangis bersama hujan yang merindukan bumi. Terjun dengan beraninya hanya untuk melebur bersama tanah. Aku sangat menikmatinya.

"Pulanglah" suara itu terdengar tak asing.

Seketika air yang jatuh dari atas terhenti, tergantikan oleh payung bening yang dibawa seorang perawakan tinggi ideal dan suara beratnya.

"Bawa ini dan pulanglah, besok kamu sekolah, sebentar lagi ujian tiba" tambah lelaki itu.

Aku hanya melihatnya dengan tatapan kosong. Dia melihatku dengan tatapan hangat.
Air mataku kembali turun namun kali ini dapat dilihat oleh lelaki itu.

"Mari kuantar, sudah 3 jam kamu disini melamun" katanya sambil tersenyum hangat dan menarik tanganku.

'Siapa dia? Apa aku ini mimpi?' Batinku. Aku pun menampar diriku sendiri agar sadar.

"Hei, kamu ini kenapa? Kamu ini kesurupan?" Tanya lelaki senyum hangat itu dengan wajah terkejut.

"E-enggak kok, tadi ada tomcat"

Lelaki itu tersenyum sembari menggandengku pergi dari tepi sungai, sementara itu aku masih berpikir akankah rohku sudah keluar dari tubuhku dan menjadi orang lain.

☕🍵

Dalam sekejap, aku sudah ada didalam cafe hangat dan ada lelaki itu didepanku.

"Ya! Kenapa aku disini? Apa kamu itu menghipnotisku?" Kataku spontan yang terkejut karena tiba tiba dia sudah meminum minumannya sembari bermain smartphonenya.

"Hahaha, minum dulu coklatnya, terus nanti ganti. Kasian kamu kalo kedinginan." Kata lelaki itu sambil tertawa.

Setelah berpikir lama dan mengingat hal kucoba ingat namun gagal, satu cangkir coklat jadi jalan temunya.

"Jadi, kamu tadi sepanjang jalan hanya diam melamun. Aku tanya dimana rumahmu, kamu hanya diam. Aku tanya siapa namamu, kamu diam. Yasudah aku bawa kamu kecafe ini sambil menghangatkan tubuh kamu haha"

"Aku? Melamun? Sejak kapan? " bantahku

"Hahaha sepanjang jalan kamu hanya melamun dan diam. Oh iya ini pakai saja hoodieku, ganti bajumu ditoilet, pasti dingin."

"Eum.. tidak terimakasih. Aku sudah lumayan hangat--hachii" bantahku lagi karena melihat merk hoodienya yang terbilang mahal dan berakhir dengan bersinku.

"Udah pake aja, besok kalau kita bertemu. Kembalikan saja. Namun aku yakin kita pasti bertemu lagi haha. Oh iya, kenalkan namaku Taehyung Kim, panggil saja Dika"

Dengan mata terkejut aku menatapnya lagi. Pantas dari tadi aku berpikir, karena orang berupa asia timur bisa berbahasa lancar dan namanya pun bisa sangat berbeda.

WE•IRDOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang