Kalandra tersenyum sambil memeluk Latisha dengan erat. Ia bahagia saat mendengar bahwa wanita itu mau menjadi kekasihnya. Seminggu terakhir, ia memang sengaja tidak menghubungi Latisha sama sekali. Memberikan waktu untuk berfikir bagi Latisha. Dan berharap wanita itu akan merasa kehilangan dan mencarinya.
Namun, ternyata Latisha tidak mencarinya. Bahkan untuk sekedar menelponnya pun tidak. Jadi dia memutuskan untuk membuang rencana itu dan menemui Latisha dikampusnya.
"Jadi sekarang kita pacaran ?" Tanya Kalandra, mengelus rambut Latisha.
Latisha mengangguk dipelukan Kalandra. Ia masih menikmati kenyaman yang ia rasakan saat memeluk pria yang sekarang berstatuskan pacarnya.
Sudah waktunya untuk membuka hati bagi pria lain selain Gandhi. Toh pria itu sudah memiliki kekasih. Dia hanya akan menganggap Gandhi sahabatnya saja. Bukan lagi pria yang memiliki ruang khusus dihatinya.
Latisha melepaskan diri dari dekapan Kalandra. Menatap pria itu dengan senyum sumringah serta mata yang berbinar.
"Lo cantik banget kalo lagi senyum gini." Ucap Kalandra.
Latisha mencibir. "Gombal !"
Kalandra terkekeh pelan. "Masuk ke mobil yuk. Gak enak diliatin orang-orang." Ajaknya.
Latisha mengedarkan pandangannya. Benar saja, orang-orang lewat pada melirik kearah mereka. Mungkin karena mereka baru saja berpelukan ditempat umum, di kampus pula.
Latisha mengangguk antusias. "Yuk, pacar." Ucapnya dengan senyum lebar.
Kalandra menyipitkan matanya, memberikan tatapan menggoda. "Gemesin banget sih." Ucapnya lalu mengacak pelan rambut Latisha.
***
"Wuidiiih. Ada yang bawa gandengan nih." Ucap seorang pria yang seumuran dengan Kalandra. Dia adalah Seno. Temen Kalandra.
Kalandra mengangguk bangga. "Emangnya lo, bersolo karir terus." Ejeknya.
"Kamvret emang lo." Umpat Seno. "Btw, gue ga dikenalin nih ?"
Kalandra mendengus. "Jangan macem-macem lo ya. Pacar gue ni."
Seno berdecak. "Tau gue tau."
"Sha, kenalin ini Seno. Jangan terlalu deket sama dia. Otaknya rada ga beres."
Latisha tertawa pelan lalu mengulurkan tangannya. "Latisha." Ucapnya kepada Seno.
"Seno. Lo yakin pacarnya si kutu kupret ini ? Ga mau berubah fikiran ?"
Kalandra menjitak kepala Seno. "Sembarangan aja lo !"
Seno tertawa. Sepertinya dia akan punya hobi baru setelah ini. Apalagi kalau bukan menjahili Kalandra.
"Anak-anak yang lain pada kemana sih ?" Tanya Kalandra karena hanya ada mereka bertiga sekarang.
Mereka sedang berada disebuah gedung lapangan futsal. Kalandra memang rutin bermain futsal sekali dalam seminggu. Dan karena dia tadi bertemu Latisha, ditambah lagi dengan status mereka yang naik satu tingkat, maka Kalandra memutuskan untuk mengajak Latisha menemaninya disini.
Lagian dia masih ingin berlama-lama dengan kekasihnya itu.
"Lagi pada dijalan mereka. Bentar lagi juga sampe." Jawab Seno.
Kalandra mengangguk. Lalu menoleh kearah Latisha. "Kamu mau minum apa ? Biar aku pesenin." Ucapnya.
"Anjaayyy. Geli banget dah gue denger lo ngomong sok manis gitu." Ucap Seno. "Gue menjauh dulu deh ya. Takut muntah soalnya." Ucapnya lagi, lalu beranjak pergi. Meninggalkan Kalandra yang mengumpat kesal.
Ngomong-ngomong, Kalandra dan Latisha sudah sepakat mengganti panggilan mereka dari 'lo-gue' ke 'aku-kamu'. Biar terdengar lebih sweet kalo kata Kalandra.
"Terserah kamu aja, yang penting dingin."
Kalandra mengangguk. "Oke."
***
Latisha mematikan laptopnya. Menyusun berkas yang berserakan lalu meletakkan diatas meja. Ia baru saja merevisi beberapa bagian di bab IV skrispinya.
Sekarang pukul satu dini hari. Latisha meregangkan badannya. Menggelengkan kepala ke kanan dan kiri. Mencoba mengusir penat yang terasa.
Ia mengambil ponsel yang dari tadi sengaja ia letakkan didalam lemari. Karena jika benda itu berada didekatnya, ia pasti akan susah mengontrol diri untuk tidak memainkan ponsel itu.
Latisha membuka aplikasi whatsapp diponselnya, lalu membaca pesan dari Kalandra.
'Sudah tidur ?'
Begitu isi pesan yang dikirim Kalandra. Dilihat dari jamnya, pesan itu kirim sejak dua jam yang lalu
'Belum'
Balas Latisha singkat.
Ponsel Latisha berdering. Bukan notifikasi whatshapp, melainkan telepon dari Kalandra.
'Kalaku ♡'
Nama yang tertulis dilayar ponsel wanita itu.
Latisha menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponsel ketelinganya.
'Halo'. Sapanya.
'Kenapa belum tidur ?' Tanya Kalandra, langsung.
'Ngerjain revisian dulu tadi."
'Udah kelar ?'
'Belum Ka. Dilanjut besok aja. Capek soalnya.'
'Love you.'
Pipi latisha bersemu. Ia tersenyum sumringah.
'Apaan deh Ka. Bilang love you tiba-tiba."
Kalandra terkekeh. 'Tapi kamu seneng kan ?'
'Lebih seneng lagi kalo ketemu kamu'. Ucap Latisha, jujur.
'Pinter banget nih bikin aku makin rindu.'
'Emang kamu lagi rindu ?' Tanya Latisha seraya merebahkan badannya diatas kasur.
'Rindu banget.'
Latisha tertawa pelan. 'Gombal ih.'
'Lah gak percaya. Beneran rindu lho ini.'
Latisha tertawa pelan. 'Iya-iya. Percaya kok. I miss u too.'
'Ya udah, mending kamu tidur sekarang.'
'Baiklah. Kamu juga tidur kan ?'
'Iya, biar lebih cepet bangun terus ketemu kamu.'
'Teruus aja terus bikin aku senyum-snyum sendiri."
Kalandra tertawa. 'Udah tugas aku itu sayang. Ya udah, sana tidur. Good night , Tishaku.'
'Good night Kalaku.'
***
Bersambung ~