Part 9

846 99 12
                                    

Latisha menatap nanar layar laptopnya. Dari tadi tidak satupun yang bisa ia ketik. Ia sibuk memikirkan hubungannya dengan Kalandra. Sudah tiga hari dia tidak bertemu Kalandra, dan sejak itu pula pria itu mengabaikan semua pesan-pesan yang ia kirimkan.

Latisha mengerti akan kekecewaan Kalandra. Ia menyesal telah menyakiti pria itu. Namun dia juga tidak berani bertindak lebih sekarang. Dia belum berani untuk menemui Kalandra. Dia masih menunggu, paling tidak sampai Kalandra membalas pesan singkatnya.

"Sha."

Latisha menoleh saat seseorang memanggilnya. Ternyata orang itu adalah Gandhi. Dia sudah pulih pasca kecelakaan beberapa hari yang lalu.

"Kenapa lo ? Sakit ?" Tanya Gandhi heran. Tidak biasanya Latisha terlihat murung. Ia bahkan menempelkan telapak tangannya ke dahi Latisha. Mengecek suhu tubuh wanita itu.

Latisha menepis tangan Gandhi. Lalu kembali fokus dengan laptopnya.

Gandhi semakin heran. Apalagi dengan Latisha yang bungkam. Biasanya wanita itu pasti akan mengomel tidak jelas.

"Kenapa lagi sih ?" Tanya Gandhi, kepo.

Latisha masih diam, namun tiba-tiba menoleh kearah Gandhi saat sesuatu terlintas dikepalanya.

"Dhi."

"Apa ?"

Latisha berfikir sebentar lalu melanjutkan. "Selama lo kenal gue ? Pernah gak sih lo suka sama gue ?"

Gandhi terkejut. Tidak mengerti kemana arah pembicaraan Latisha. Namun dia juga tidak ingin menggodanya sekarang. Karena wanita itu terlihat sedang tidak ingin bercanda. "Lo mau jawaban jujur apa bohong ?"

"Jujur."

Gandhi mengangguk. "Pernah."

Dahi Latisha berkerut. "Serius ?" tanyanya tidak percaya. Selama ini dia tidak pernah melihat gelagat yang aneh dari Gandhi.

Gandhi mengangguk lagi.

"Kapan ?"

"Udah lama, setahun kita deket kayaknya. Tapi sayang lo nya gak peka-peka." Jawab Gandhi jujur. "Kenapa sih nanyain itu ?"

Latisha menggeleng. "Gak papa. Pengen nanya aja."

"Sekarang giliran gue nanyain pertanyaan yang sama."

"Harus banget gue jawab ?"

Gandhi mengangguk.

Latisha menatap Gandhi ragu. Namun mungkin ini lah saatnya untuk mengakhiri apapun itu yang pernah ia rasakan terhadap Gandhi selama ini. Setidaknya dia sudah jujur dan setelah itu ingin fokus dengan hubungannya bersama Kalandra.

"Gue juga pernah."

"Lo becanda ?" Tanya Gandhi, antusias. Dan dia refleks mengumpat saat Latisha memberikan gelengan sebagai jawaban. "Astaga ! bego banget gue. Harusnya gue nembak lo aja dari dulu."

Latisha tertawa pelan. "Udahlah Dhi, mungkin memang kita cocoknya jadi sahabat doang."

"Kenapa ? Perasaan lo udah berubah ?"

"Memangnya perasaan lo enggak ? Lo udah punya Friska sekarang."

Gandhi terdiam. "Tapi gue sayang sama lo."

Latisha tersenyum tipis. "Gue juga sayang sama lo. Tapi sebagai sahabat doang. Enggak lebih. Dan gue juga yakin rasa sayang yang lo punya itu juga sebagai sahabat doang."

Gandhi dan Latisha sama-sama diam setelahnya. Mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing. Hingga beberapa saat kemudia suara Latisha memecah keheningan.

Kalandra & LatishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang