"Lo yakin mau nonton ini ? Kita masih bisa keluar sekarang kalo lo berubah fikiran." Tanya Kalandra.
Dia dan Latisha sudah berada diruangan bioskop. Dan lima menit lagi film yang berjudul Danur itu akan diputar. Meski belum pernah menontonnya, tapi Kalandra tau bahwa film yang dibintangi oleh Prilly latuconsina tersebut adalah film horror. Dan dia merasa sangsi jika Latisha akan berani menontonnya.
Latisha mengangguk antusias. Dia penggemar film horror, namun tidak pernah berani menonton sendiri. Makanya sebelumnya dia meminta Gandhi untuk menemaninya.
"Lo takut ?" Tanya Latisha.
Kalandra menggeleng. "Gue justru khawatir sama lo."
"Kenapa memang ?"
"Gue khawatir entar malem lo susah tidur habis nonton ini."
"Gak papa. Gue pengen banget nonton ini." Ucapnya kekeh, meski didalam hatinya ia memikirkan apa yang dikatakan Kalandra.
Kalandra mengangguk paham. Tidak lagi bertanya atau mengajak Latisha berbicara. Layar Bioskop sudah mulai menayangkan film tersebut. Suasana horror nan mencekam pun tidak bisa dielakkan. Padahal film baru saja dimulai.
Kalandra melirik Latisha yang sesekali terlihat menutup mata. Lalu mengintip sedikit dari sudut matanya. Ia tertawa didalam hati. Merasa geli dengan tingkah wanita itu. Ia tahu bahwa Latisha penakut, namun malah menyukai film horror.
"Aaaaarghh."
"Astaga !"
"Ibuuuuuuuu."
Itu adalah beberapa kata yang diucapkan oleh Latisha saat hantunya keluar atau saat ada suara yang membuatnya terkejut. Ia bahkan memanggil Ibunya tanpa sadar.
Kalandra sama sekali tidak peduli dengan film yang sedang ditayangkan tersebut. Baginya, Latisha lebih menarik ketimbang Prilly latuconsina. Dia asyik memandangi wanita itu sambil sesekali melirik sekilas kearah layar.
"Aaaargh."
Lagi-lagi Latisha berteriak. Jika tadi dia berteriak sambil menutup mata dengan telapak tangannya. Kali ini dia malah menyembunyikan wajahnya di lengan Kalandra. Suasana pun menjadi canggung saat wanita itu sadar akan apa yang dia lakukan, namun dia tidak berusaha menarik wajahnya sama sekali.
Kalandra yang awalnya terkejut, sekarang mulai mengulurkan tangannya. Mengusap kepala wanita yang sejak pertama kali bertemu telah mencuri perhatiannya. Dia mengusapnya dengan pelan, memberikan kenyaman serta rasa aman bagi Latisha.
"Kalo lo takut, kita bisa keluar sekarang." Bisik Kalandra, masih mengusap kepala Latisha.
Latisha berdeham. Lalu memperbaiki posisi duduknya. Ia kembali menatap layar bioskop. "Nanggung banget tau ! Gue mau nonton sampai habis." Ucapnya kekeh.
Dia tidak berani menatap Kalandra. Dia takut pria itu melihat rona merah dipipinya. Padahal jelas-jelas ruangan itu gelap.
Tiga puluh menit kemudian, film berakhir. Kalandra dan Latisha pun mengikuti penonton yang lainnya untuk keluar dari ruangan tersebut.
"Akting prilly bagus banget yaa." Komentar Latisha sambil melangkah beriringan dengan Kalandra. "Salut banget deh sama dia. Cantik pula." Ucapnya, masih memuji artis Prilly latuconsina.
"Iya, cantik. Banget malah." Jawab Kalandra sambil menatap Latisha. Sebenarnya dia tidak mengomentari artis yang dibicarakan oleh wanita itu. Kata cantik itu justru untuk Latisha sendiri.
Latisha melirik jam dipergelangan tangan kanannya. "Masih jam 9, lo laper gak ?"
Kalandra mengangguk. "Makan dulu yuk." Ajaknya.
Latisha ikut mengangguk. "Boleh deh."
"Tisha !!!" Seseorang memanggil Latisha dari arah belakang.
Latisha dan Kalandra sontak berhenti dan menoleh kebelakang. Kekesalan Latisha kembali muncul saat melihat Gandhi bersama Friska. Ternyata pasangan kekasih itu juga baru saja menonton film Danur. Dan mereka berada diruangan yang sama.
Benar-benar menyebalkan.
"Hai Sha." Sapa Friska. "Nonton Danur juga ? Tau gitu kita barengan aja tadi." Ucapnya.
Latisha tersenyum. "Iya Fris. Kan itungannya udah barengan juga. Satu ruangan kan kita." Ucapnya sambil tertawa.
"Lo sama siapa Sha ?" Tanya Gandhi, menatap Kalandra penuh selidik.
"Oh iya, kenalin ini Kalandra. Temen gue." Ucap Latisha memperkenalkan Kalandra.
Kalandra mengulurkan tangan, memperkenalkan dirinya sendiri.
Gandhi menatap Latisha lama, seolah meminta penjelasan kepada wanita itu. Namun Latisha pura-pura tidak mengerti. Dia malah sibuk berbasa-basi dengan Friska.
Kalandra yang merasa Latisha tidak nyaman pun berinisiatif untuk mengakhiri pertemuan tidak sengaja ini.
"Sha, kita harus pergi sekarang kalo ga mau pulang terlalu malem." Ucap Kalandra.
Latisha mengangguk. Dalam hati merasa bersyukur karena Kalandra telah menyelamatkannya.
"Ya udah, gue cabut duluan ya Dhi, Fris." Pamit Latisha yang diangguki oleh Gandhi dan Friska.
"Ayok." Ajak Kalandra lalu menggandeng tangan Latisha. Menjauhkan wanita itu dari Gandhi yang sekarang menatap tidak suka kearah mereka berdua. Lebih tepatnya kearah tangan Latisha yang digenggam erat oleh Kalandra.
***
Pukul sepuluh lewat lima belas menit, mobil Kalandra sudah berhenti didepan kos-kosan yang dihuni oleh Latisha. Selesai makan, pria itu langsung mengantarkan Latisha pulang.
"Makasih ya Ka. Lo baik banget deh sama gue. Sampe gue gak tau mau ngebalesnya gimana." Ucap Latisha sambil tersenyum tulus.
Kalandra ikut tersenyum. "Sama-sama Sha, gue seneng ngebantu lo. Apapun itu." Ucapnya.
Latisha menatap Kalandra. Merasa bersyukur bisa bertemu pria sebaik Kalandra.
"Hmmm, ya udah, gue turun dulu. Lo hati-hati dijalan."
"Sha..." Panggil Kalandra sambil memegang tangan Latisha. Menahan wanita itu untuk turun dari mobil.
Dahi Latisha mengernyit. "Kenapa Ka ?" Tanyanya heran.
Kalandra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Ia berdeham. "Gue tau ini terlalu cepat dan lo bakalan nganggep gue gila. Tapi gue harus bilang ini." Ucapnya seraya menatap Latisha, tepat dimanik matanya. "Lo mau jadi pacar gue gak ?"
***
Bersambung ~