part 5

3.7K 242 15
                                    

Bagian 5

Rafi menatap istri tercinta dan kedua putrinya yang tengah mengobrol di ruang keluarga. Ketiganya mengomentari acara yang sedang mereka saksikan.

"Serius banget. Sampai nggak ada yang bukain pintu." Rafi melenggang di depan mereka.

"Eh, Papa. Sorry, Pa ... lagi serius." Nasya kembali menoleh ke televisi.

Agita bahkan menghampiri sang suami dengan mata masih mengarah ke layar televisi.

"Ini bukannya film ulangan? Lagian, Maghrib kok malah pada nonton TV," protes Rafi.

"Iya, sih, nemanin anak-anak aja. Kan kamu bilang harus bisa jadi teman mereka." Agita meraih lengan sang suami dan menciumnya.

"Ya ... Namun, kenapa harus nonton Upin Ipin? Ada-ada saja," kekeh Rafi sambil mematikan televisi. Lalu meminta kedua putrinya untuk salat.

"Ah, Papa ganggu aja!" Nasya berdiri dengan manja.

"Nanti Papa panggil Opet kamu kalau nontonnya Upin Ipin terus!" canda Rafi sambil tertawa renyah.

Selanjutnya mereka pergi ke kamar untuk menunaikan ibadah, sementara Rafi pergi ke masjid dan Agita menyiapkan makanan.

Rafi berjalan kaki bersama beberapa orang tetangga yang kebetulan juga menuju masjid. Jalanan sedikit becek akibat hujan. Jadi ketika mobil melintas, cipratannya mengenai orang yang berjalan.

"Hei! Hati-hati kalau jalannya ada lubang!" teriak tetangga Rafi dengan emosi.

"Sabar, Pak. Mungkin bukan orang sini," ujar Rafi menenangkan.

Mobil itu berhenti dan seorang pria keluar dengan tersenyum.

"Maaf, saya tidak lihat ada genangan. Sekali lagi maaf," ujar pria yang ternyata Reval.

"Ya sudah! Saya harus pulang, deh," ucap tetangga Rafi dengan kesal.

Rafi hanya tersenyum dari halaman masjid, meski sepersekian detik kemudian dia menoleh kembali menatap pria yang masuk ke dalam mobil. Ia seperti mengingat sosok yang dia kenali, tapi hatinya meminta untuk tak mendekati pria itu.

Dia segera masuk ke dalam masjid meski pikirannya sedikit tidak tenang.

Jika pria itu ada di kompleks perumahan ini, apa mungkin rumahnya juga di sini? Atau hanya kebetulan lewat?

Sudah sejak menikah dengan Agita, mereka berjanji untuk tidak membahas tentang sahabat istrinya di masa lalu itu. Untuk menghormati hubungan pernikahan mereka. Karena belakangan tersiar kabar, bahwa Revaldi sesungguhnya menyukai Agita. Hanya selalu dia pendam.

***

Naya seperti biasa mengerjakan tugas di perpustakaan. Mencari referensi dari apa yang dia pelajari. Sebenarnya di Google juga banyak, tapi dia tidak menyukai berlama-lama memandang smartphone atau laptop. Dia lebih nyaman membaca.

Sementara Reval, baru saja masuk perpustakaan. Dia mulai jadi perhatian para mahasiswi di sana. Pria maskulin ini memang seperti seorang artis yang tak lekang oleh waktu. Wajahnya seolah tak tersentuh kata tua. Namun, bukan karena menolak tua alias melakukan operasi atau bahkan suntik botox, melainkan karena memang awet muda.

"Prof, di sini kosong," ujar seorang mahasiswi dengan percaya diri.

Reval mengangguk, lalu duduk di kursi dekat mahasiswi tadi. Naya sempat menoleh, tapi dia cuek pada akhirnya dan kembali membaca, lalu sesekali mencacat apa yang dia perlukan.

"Ish, kenapa jadi pengen lihat dia mulu? Bodo amat, kan. Dia mau duduk sama siapa? Toh, kemarin sudah kukasih nomor ke dia, tapi tetap nggak ada yang menghubungiku," gerutu Naya dengan bergumam sendiri.

PHILEIN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang