part 2

4.5K 272 21
                                    

"Hai, Prof. Akhirnya sampai juga, ya, di sini?" sapa seorang dosen yang sedang berada di ruang kantor.

"Ah, jangan panggil saya Prof. Saya belum layak. Sejak tahun 2007, hanya mereka yang memiliki gelar akademik doktor saja yang bisa menjadi profesor. Panggil saja Reval," ujar pria bernama Reval, dia juga yang membuat Naya terjatuh tadi.

"Tapi sedang proses, kan?" balas temannya lagi. Mereka bersalaman, lalu berjalan menuju kursi dan membahas beberapa hal yang menarik.

Reval ternyata adalah dosen jurusan Sastra Indonesia yang baru saja tiba di universitas ini. Dia sebelumnya mengajar di beberapa universitas di luar Pulau Jawa, hingga memutuskan kembali ke kota ini. Bandung.

Sebelum memulai kelas perkuliahan, dia duduk sembari menyiapkan bahan untuk diterangkan. Tak lupa membuka media sosial Facebook dan mengecek notifikasi yang masuk.

Seperti biasa, ribuan komentar dan hampir ratusan ribu like membanjiri page miliknya. Dia hanya tersenyum, tak terlalu tertarik membaca satu per satu. Dia hanya menulis status berikutnya.

Hanya karena cinta, setiap bunga terlihat sama. Begitu juga dengan harumnya, seolah hanya milik dia seorang. Dia yang selalu diam dalam hati. Penghuni yang tak pernah tergantikan.

Setelah itu, Reval keluar dari layar Facebook dan berjalan menuju kelas pertama di mana dia akan mengajar. Bahkan sepanjang jalan, dia tak luput dari pandangan para gadis yang merupakan mahasiswi di sana. Mereka takjub dengan ketampanan dan sikap cueknya.

Reval tidaklah terlalu tampan, hanya memiliki kharisma yang sangat menawan. Rahang keras dengan cambang tipis di pipi, serta mimik wajah yang terkesan ramah meski dia lebih banyak diam. Aura sebagai pria maskulin sangat kental dari caranya berjalan dan membalas sapaan yang dilontarkan padanya.

Tiba di kelas pertama, semua telah duduk rapi menantikan kedatangan sang dosen baru. Sebagian berbisik memuji sosok yang kini bersiap membagikan ilmu pada mereka.

Sejurus mata Reval menangkap sosok gadis yang tadi terluka karena dirinya. Dia duduk di kursi tengah sambil sibuk menaruh buku-buku dari dalam tas ke atas meja. Lalu, seketika memandang ke depan.

"Saya pengajar baru di sini. Kalian bisa panggil saya Reval. Jangan Prof, yah, terlalu keren." Reval tersenyum dingin.

"Kan, emang keren, Pak," celetuk seorang mahasiswi.

"Terima kasih," balasnya sopan.

"Kalau Pak Reval ketuaan kayanya, bagusan Prof. Reval sih," balas yang lain.

Semua tertawa kecil dan sesaat kemudian Reval memutuskan untuk langsung membahas materi yang ingin dia sampaikan. Semua menyimak dengan saksama apa yang dikatakan dan apa yang ditulis di papan putih.

Tak terkecuali Naya, dia sibuk mencatat beberapa hal yang menurut dia penting. Lalu, sesekali membenarkan posisi jilbabnya dan kembali menyimak. Hingga tak terasa jam pelajaran telah usai. Mahasiswa lain langsung berhamburan keluar. Hanya Naya yang masih duduk merapikan buku.

Reval mengemasi apa yang ada di meja dosen dan kembali menoleh pada Naya . Dia mendekat dan menatap dengan seksama ke arah kaki sang mahasiswi.

"Kamu sudah bisa jalan?" tanya Reval merasa bersalah. Namun, , coba dia sembunyikan.

"Sudah, Pak. Nanti diurut di rumah."

"Terus, pulang sama siapa?" tanya Reval lagi.

"Nanti dibonceng adik saya," jawab Naya tersenyum.

"Maaf, sudah bikin kamu cedera. Kalau ada apa-apa bisa hubungi saya." Reval menyerahkan kartu nama.

"Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih," balas Naya sopan.

PHILEIN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang