Part 6

3.3K 201 5
                                    

Reval sulit memejamkan mata, dia memilih membuka laptop dan mulai menulis sebuah cerita. Sudah lama dia tidak menulis, dan lebih sibuk dengan pekerjaan barunya sebagai pengajar. Kini dia mulai memiliki ide untuk dituangkan dalam sebuah kisah. Tentang cinta berbeda usia.

"Apa aku mencintainya?" gumam Reval menatap hasil tulisan dia malam ini.

Sebari senyuman mengukir wajahnya yang kini lebih ceria daripada sebelumnya. Membuka kembali lama facebook dan masuk profil seorang gadis yang selalu dia goda di ruang obrolan whatsapp.

[Sudah tidur?]

Sapa Reval di pesan whatsapp, hanya terkirim dan belum dibaca. Wajar, waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Mungkin hanya dia yang mash terjaga di tengah malam seperti ini, bahkan mendekati pagi. Hatinya terus gelisah, mencoba mengenali rasa yang telah lama mati dari hatinya, dan kini muncul kembali dalam gelora yang sama namun pada wanita yang berbeda.

"Agita, Naya ...," gumamnya seolah tengah menimang dua nama di hatinya.

Jelas, Agita telah menikah dengan pria lain, dan harapannya kini adalah Naya. Namun terganjal perdedaan usia yang amat jauh bahkan dua kali lipat bedanya.

Dulu dia ditolak Agita karena usia yang hampir sama, sahabatnya itu berusia 18 tahun dan dia 20 tahun. Sang sahabat menyukai pria yang lebih dewasa untuk teman hidupnya.

"Cowok seusia kamu ga cocok jadi suami, Al. Masih labil, ntar dikit-dikit marahan. Ga mengayomi banget. Aku pengen pria yang bisa jadi sahabat sekaligus kakak atau bahkan ayah. Jadi kalau aku marah ya dia meredakan, bukan sama-sama emosi." Itulah kalimat Agita yang sering dia dengar di masa lalu. Bahkan wanita itu tak pernah tahu bahwa dia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Sering menggoda, tapi hanya dianggap candaan. Karena selama bersama sering saling mengerjai, hingga tanda keseriusan tak terasa bagi keduanya.

Agita dan Aldi, atau Revaldi beda dua tingkat saat di Sekolah Menengah Atas. Keakraban mereka terjalin saat acara MOS, sang gadis baru pertama kali masuk ke sekolah tersebut. Sementara Reval yang di masa lalu dipanggil Aldi adalah seorang ketua OSIS yang dikagumi dan disegani.

Di tahun itu, sekitar tahun 1992 kegiatan MOS dengan berbagai kisah semi bullying masih lumrah terjadi. Anak baru akan habis dikerjai kakak kelasnya, begitu juga yang dialami si cantik Agita.

Tidak hanya dikerjai, tapi juga dia diincar banyak pria. Karena meski lahir dari keluarga tidak mampu, dia memiliki paras yang menawan bahkan dikatakan cantik dengan kulit mulus dan putih khas impian para wanita.

Saat itu Agita dikerjai sangat berlebihan oleh rekan Aldi, bahkan mendekati pelecehan. Aldi yang mengetahui itu marah besar dan menghukum rekannya. Di hadapan anak-anak baru meski sang ketua OSIS kejam, tapi sangat tegas dan tidak pandang bulu. Terlebih ketika rok Agita dipotong sebagai hukuman, itu sangat tidak wajar.

"Kamu harus minta maa sama cewek ini! Tindakan lo dah diluar batas!" teriak Aldi pada rekannya.

Sementara Agita hanya terisak dengan wajah pucat. Dia hanya mengangguk lemah ketika kakak kelasnya itu meminta maaf. Kemudian berniat pergi dengan yang lain.

"Tunggu," cegah Aldi menghentikan langkah gadis cantik itu. Menatap gadis di hadapannya yang memang berbeda dari gadis lainnya.

Rambut ikal ujungnya dan sangat tebal juga hitam legam, pipi yang mulus dan putih serta mata yang bulat dan alis yang seolah dibentuk padahal sangat alami.

Cantik sekali.

Ya, paras Agita sangat cantik dan membuat siapa saja akan terpikat padanya. Tidak terkecuali Revaldi Santosa, sang ketua OSIS yang baru saja jdi pahlawan bagi gadis itu.

PHILEIN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang