Part 10

3.3K 204 12
                                    

Naya dan Nasya melesat menembus jalanan yang sempat basah oleh hujan dengan motor matic berwarna biru. Keduanya masih saling diam meski kini berboncengan. Sang adi yang kecewa dan sang kakak yang merasa bersalah, menciptakan kekakuan yang entah kapan akan mencair. Hingga motor memasuki gerbang kampus, Naya langsung menuju parkiran.

Dia melepaskan helm, lalu dia taruh di jok sambil membetulkan penampilannya. Pandangannya terhenti pada sebuah mobil yang baru saja datang dan parkir di tempat khusus mobil tak jauh darinya. Seorang pria keluar dengan gaya kharismatiknya, dan menoleh ke arah gadis yang tersipu malu bahkan pura-pura tak melihat.

Tak lama para mahasiswi yang sejak tadi ada di tempat itu berkerumun mendekati sang dosen favorit, kesemuanya bertanya dengan penuh canda dan manja, mengabaikan rasa cemburu dari seorang gadis yang memang tidak mereka ketahui. Mereka tampak asik bertanya tentang mata pelajaran yang tak mereka faham, meski lebih tampak sebagai aksi cari perhatian. Membuat Naya bergegas meninggalkan parkiran karena jam pelajaran dia sudah akan dimulai.

Reval menatap kepergian gadis pujaannya yang sibuk berjalan tanpa menoleh padanya. Bahkan sibuk merapikan kemeja dan juga celana jeans yang dia kenakan. Lalu tampak merogoh tas ransel yang sejak tadi talinya hanya terpasang sebelah di lengan kiri. Mencari sesuatu, pasti mencari buku kesayangannya.

Pria itu tersenyum dan pamit pada para mahasiswi yang mengerubunginya, lalu membuka gawai dan menyentuh nama Naya di laman whatsapp.

"Ya," jawab Naya dengan dingin.

"Udah dapat orangnya, lupakan saja bukunya," goda Reval dari telepon.

Gadis itu menoleh ke arah belakang, benar saja, sang kekasih hanya berjarak sepuluh meter darinya. Membuat rona merah dan tersipu sulit dia hindarkan. Tapi segera dia hapus karena tatapan sinis Nasya yang masih bersamanya.

"Ke perpus ya," ujar Reval lagi dari seberang telepon.

"Ga dulu, aku diawasin Nasya. Pokoknya belum bisa ketemu, maaf ya," bisik Naya manja.

Benar, sebelum pelajaran mereka dimulai, Nasya sudah seperti bayangan kakaknya. Kemanapun sang kakak pergi akan dia ikuti. Karena dia tidak mau kalau kakaknya pergi dengan kekasih pertamanya yang dia pikir akan membawa dampak buruk. Terlihat dari apa yang terjadi kemarin, baginya traktiran makan tidak akan menjadikan dirinya begitu mudah setuju dengan hubunga mereka.

"Aku masuk dulu," ujar Nasya saat menatap jam di tangannya.

"Masuk aja sih, kok jadi lebay gitu," omel Naya yang sejak tadi memang tidak suka dikuntint sang adik.

Begitu lepas dari bayang-bayang adiknya, Naya segera menghubungi Reval. Namun sayang, sang Philein tengah mengajar di kelas lain. Terpaksa dia menunggu di perpustakaan dan mengirimkan pesan.

[Aku pulang jam tiga, Nasya sih pulang belakangan. Jadi kalau mau ketemu, ya setelah pulang kuliah. Mama udah tahu, dia marah.]

Pesan itu dia kirimkan ke whatsapp Reval, dan langsung bercentang biru dua.

[Ok, nanti kita bahas ya. Aku masih ngajar, kamu ga lagi sedih kan? Nanti kita jalan kemana saja yang kamu mau.]

Balas Reval dengan hati tak karuan. Karena itu adalah untuk pertama kalinya dalam hidup, dia memiliki kekasih. Dia ingin menjadi kekasih terbaik, yang membahagiakan wanita pujaannya dengan cara apapun.

***

Agita masih serius membaca novel di kamar putrinya. Seketika bayangannya berlari ke masa lalu. Ketika pertama kali bertemu dengan suaminya, Rafi. Hai itu dia ceritakan pada Aldi, bahwa ada pria yang membuatnya selalu berdebar jika berdekatan. Meski sahabatnya tidak terlalu pedulli dengan ceritanya itu.

PHILEIN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang