5. Gara-gara Ojol

6.6K 641 13
                                    

Haloha Annyeong!
Udah nggak hiatus ini loohh... Baca up sebelumnya ya, tolong kalian baik hati sama author abal-abal ini

Bintang dulu ya 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Dina hanya bisa menatap mobil Tio yang sudah keluar dari halaman sekolah. Tio tidak lagi mengajaknya untuk pulang bersama setelah beberapa kali Dina menolak. Meski tidak secara langsung, tapi Tio rasa itu sudah cukup untuk membuatnya diam di tempat untuk sejenak.

Semua kendaraan sekolah sudah tidak ada lagi yang bersisa, hanya motor bebek Abah dan satu motor ninja merah yang terparkir di jajaran paling depan. Dengan posisi yang seperti itu, Dina bisa menebak bahwa orang itu adalah salah satu siswa yang datang pagi hari ini.

Pantas saja sekolah terasa begitu damai, ini sudah jam lima sore, dan semua siswa dan guru sudah kembali ke rumah mereka. Dengan gontai, Dina terus mendekati gerbang sekolah. Dia lelah, latihan teater hari ini benar-benar keras. Tio terlihat sedang tidak mood untuk menjadi pria baik.

Dina hanya berdiri di pinggir jalan dengan tangan yang terus menatap layar ponselnya dengan cemas. Mendapatkan driver online di jam pulang kerja ternyata sulit juga.

"Akhirnya!" Dina mengusap dadanya begitu ia sudah bisa mendapatkan driver. Kini ia hanya perlu menunggu beberapa saat.

Tangan Dina bergerak membuka aplikasi Whatsapp, di sana, grup yang selalu menjadi forum chatting teratasnya sedang ramai memberi notifikasi pada ponselnya.

Qirani : Hangout kuy! Malem minggu lho!

Dewi : Ada restoran baru lho. Jelajah kuliner 🍻

Qirani : Makanan mulu, Wi!

Saila : Nonton!

Qirani : Mending karaokean. Taylor Swift siap nyumbang 🎤

Yasna : Boleh tuh, semuanya! Plus nginep di rumah Dina! Serbuuuu!

Qirani : Setuju buangeth guwe!

Dewi : Sambil masak-masak yaaa!

Saila : Fiks!

Cepat-cepat Dina segera ikut bergabung dengan ruang group chat itu.

Azkadina : Oke! Tapi gue masih di sekolah, nunggu ojol. Kita nonton aja, jam 7. Oke?

Senyumnya Dina terbit begitu seluruh teman-temannya menyetujui idenya. Mereka memang sangat sering menginap di rumahnya. Ketidakhadiran orang tuanya lah yang membuat mereka leluasa melakukan apapun. Tapi tenang saja, segala bentuk kekacauan yang pasti akan terjadi, akan segera dipertanggungjawabkan.

"Dengan Mbak Azkadina?"

"Eh dino!" Dina terkejut bukan main saat mendengar suara besar itu. Terlalu asyik dengan ponsel serta pemikirannya membuatnya tidak menyadari bahwa sang driver online yang tadi di tunggu sudah ada di hadapannya.

"Maaf, mbak. Saya nggak bermaksud ngagetin," Sang Driver tersenyum tidak enak hati.

"Nyantai kali, pak. Emang saya anak Pak Jokowi? Mukanya tegang gitu," canda Dina sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Baru saja tangannya bergerak menerima helm yang diberikan ojol, lagi-lagi ia tersentak karena seorang tangan ukuran jumbo sudah terlebih dahulu menyambarnya. Mata Dina terus bergerak mengikuti kemana helm itu berpindag. Bahkan saat ini helm itu sudah menempel di satu kepala dan mengapit pipi tembam seorang ibu-ibu.

Absquatulate [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang