9. Abu-abu Polkadot Pink

6.1K 490 21
                                    

Haloha annyeong!
Semoga kalian nggak bosen deh ya sama permintaan author. BINTANG.

Bintang doeloe 🌟🌟🌟
Happy reading!

***

Cella lebih memilih untuk berjalan meninggalkan Dina yang sedari tadi hanya mendongak sana-sini seperti sedang mencari sesuatu. Ralat, seseorang lebih tepatnya. Dia harus masuk ke kelas tanpa ada yang menyadari pelanggaran yang dilakukannya.

"Ngapain lo?"

"Astatang!" Dina terkejut saat bahunya dipegang seketika. Ternyata itu adalah Salsa, pacar Bayu. Dina segera memperlihatkan sederat gigi putihnya. Antara senyum ramah sebagai perkenalan, atau senyum canggung karena Salsa baru saja bersikap sok akrab. "Eh, Sal?"

"Lo kenapa celingak-celinguk gitu?"

"Gue lagi nyari batang idung pacar lo. Takut kena razia!"

Mata Salsa bergerak melihat ke arah sepatu Dina. Pantas, kaos kaki Dina kali ini adalah abu-abu polkadot pink, tentu saja wanita itu harus memastikan terlebih dahulu bahwa Bayu tidak ada di belakang gerbang.

Bayu sering cerita bagaimana pusingnya ia menghadapi siswa seperti Dina. Dia adalah salah satu siswa berprestasi di bidang akademik. Sering mengikuti sejumlah olimpiade bersama teman terdekatnya, Yasna. Anak ini selalu mengikuti tata tertib yang lain, kecuali tentang kaos kaki. Parahnya lagi, Bayu harus menemukan seribu cara supaya berhasil merebut kaos kakinya. Wanita satu itu selalu saja punya ide yang membuat Bayu kesal sendiri.

"Gue bareng lo gak apa-apa, 'kan?"

Salsa hanya mengangguk dan kemudian berjalan berdampingan dengan Dina memasuki lingkungan sekolah.

Semua orang yang ada di sekitar gerbang langsung memandang mereka aneh. Pasalnya, ini pertama kali Dina dan Salsa datang bersamaan ke sekolah. Selain itu, perbedaan penampilan mereka pun terlihat sangat kontras.

Baru saja Dina bisa bernafas lega karena bisa melewati gerbang dengan lancar, tapi kini dia harus meringis karena Bayu sudah berkacak pinggang di depannya. Dina melemparkan senyum yang dipaksakan, meminta pria itu supaya meloloskannya, lagi.

Perlahan Bayu menghampiri Dina dan langsung menggetok kepalanya dengan buku kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Lo gimana sih, Din? Gue udah percaya sama lo, gue juga udah balikin semua kaos kaki lo. Masih aja lo ngelanggar aturan," ceroscos Bayu sambil menunjuk kaos kaki Dina dengan buku kecilnya.

"Sabar, Yu, sabar. Lo nggak malu apa marah-marah di depan pacar lo?" Dina mengangkat kedua tangannya, meminta supaya Bayu menahan amarahnya. "Gue mau ganti kok kalo udah di kelas. Kaos kaki putih gue ilang, gak tahu kemana. Ini gue baru beli pas mau jalan tadi."

"Alesan lo!"

"Beneran! Nih kalo lo nggak percaya," Dina segera membuka tasnya dan mengeluarkan kaos kaki putih yang masih dibungkus plastik, masih baru.

"Yaudah, lo gantinya di sini!"

"Elah, masa lo tega gue buka sepatu sama kaos kaki di parkiran gini? Gak malu sama pacar lo?" sekali lagi Dina menjadikan Salsa sebagai senjata.

"Gak usah bawa-bawa cewek gue!" lagi-lagi Bayu memukul kepala Dina. Dia melirik Salsa, tenggorokannya secara otomatis mengubah nada bicara kesal menjadi selembut mungkin. "Lo duluan aja. Kalo nunggu nih anak, lo bisa telat."

Dina yang mendengarnya malah mengolok-ngolok Bayu. Menirukan apa yang dibicarakan Bayu dengan bibir bebeknya dan tanpa suara. Matanya memicing sinis melihat ke arah Bayu.

Absquatulate [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang