Haloha annyeong!
Apa kabs semuanyaa?
Author lagi bahagiyaa banget! EXO akhirnya mau comeback!
Kalian pasti tau lah, author itu EXOL 😊😊Kuy, bintang dulu baru baca 🌟🌟🌟
Happy reading! ❤❤❤***
Dina menuruni tangganya dengan begitu hati-hati. Beberapa kali dia akan berhenti untuk menetralisir rasa ngilu di kakinya. Sementara di bawah, sudah ada Bi Nani yang sibuk menata makanan di atas meja makan.
Begitu Dina hendak melanjutkan langkahnya, mamah Dina langsung datang membantunya turun. Dina terhenyak saat itu. Semalam, mamahnya itu belum ada di rumah, tapi pagi ini wanita karir itu sudah menggunakan baju kantornya.
"Lho, mamah?"
Bu Yuli tersenyum sambil mencubit dagu Dina dengan gemas.
"Morning, babe! Kok lihat mamah kayak yang lihat hantu sih?"
Dengan cepat Dina mengubah ekspresi di wajahnya. Meski masih tidak menyangka Bu Yuli saat ini ada di depannya, Dina memaksakan Bibirnya tersenyum. Kemudian ia melangkah dengan dibantu oleh mamahnya.
Tentu Dina kaget. Mamahnya itu adalah wanita karir yang gila kerja. Bisa terhitung sekitar satu atau dua hari wanita paruh baya itu ada di rumah. Bisa dihitung berapa jam setiap bulannya Bu Yuli bisa menghabiskan waktu dengan Dina. Karena itulah, Dina lebih dekat dan lebih leluasa menceritakan hal pribadi pada Bi Nani daripada mamahnya sendiri.
Papah Dina? Dia juga sama seperti Bu Yuli.
Begitu sampai di dekat meja makan, dengan gesit Bi Nani menarik kursi yang sudah biasa menjadi tempat Dina makan. Tak lupa dengan piring yang dibalikkan wanita tua itu. dina tersenyum tulus pada wanita itu, dan Bi Nani hanya mengangguk.
"Kaki kamu kok bisa kayak gitu, Din?" ucap Bu Yuli sambil menuangkan nasi ke piring Dina.
"Dina keseleo pas karaokean, mah," singkat Dina.
"Kepala kamu kenapa?" Bu Yuli menunjuk kain kasa yang menempel di kening Dina.
"Kejedot pintu kamar mandi."
Tentu Bu Yuli tidak akan tahu apa yang terjadi pada anak semata wayangnya itu. Sudah jelas jika telepon Yasna kemarin tidak kunjung diangkat olehnya. Alhasil, dia diantar berbondong-bondong dengan menggunakan mobil Arshad kemarin. Dia bisa sampai ke kamarnya saja butuh perjuangan yang rempong dengan teman-temannya.
Dina sudah biasa seperti ini. Berbohong jika ada luka di tubuhnya. Dia sudah biasa menipu mamahnya. Jika Dina menyebutkan hal yang sebenarnya, bisa panjang lagi ceritanya.
Seperti saat dia SMP. Dia pernah terluka karena tergelincir di toilet sekolah. Bu Yuli dengan emosi yang menggebu-gebu datang ke sekolah dan menyalahkan hal itu pada pihak sekolah. Padahal Dina sudah menyebutkan bahwa itu adalah salahnya, tapi Bu Yuli tetap menyalahkan pihak lain. Setelah itu, Bu Yuli hanya akan memintanya untuk menjaga diri lebih baik lagi. Kemudian hilang, seperti biasanya.
"Mamah anter ke sekolah ya. Besok mamah beliin mobil aja buat ka-"
"Dina belum punya SIM," potong Dina.
"Kita bisa urusin SIM kalo mobilnya udah ada."
Dina mengalihkan pandangannya ke sosok yang berdiri di belakang Bu Yuli. Di sana, Bi Nani sedang memberi aba-aba supaya dia menahan perkataannya. Bi Nani terus saja menempelkan telunjuk ke bibirnya sendiri. Jika Bi Nani yang meminta, Dina selalu saja menurut.
"Bi, tolong ayam gorengnya," Bu Yuli sudah membuka ponselnya.
Sebelum Bi Nina berhasil mencapai meja makan, langkahnya terhenti karena Dina sudah menggebrak meja. Tentu saja Bu Yuli, yang berada dekat dengannya, langsung terperanjat karena kaget. Tapi kemudian ia mematung begitu melihat bagaimana cara putrinya itu menatap ke arahnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absquatulate [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[90% isi versi cetak berbeda dengan versi Wattpad] Menjalani hubungan diam-diam itu tidak mudah, apalagi dengan bintang sekolah. Bertambah menyesakkan saat banyak orang menjodohkan sang pacar dengan wanita lain. Tapi Azkadina bertahan, dia mau melak...