•~°Chapter 11•~°

515 37 3
                                    

Happy reading you all 🤗

Happy reading you all 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata kami saling menatap, dengan penuh kebencian dan amarah Melody membalas tatapanku.

Aku meraih tangan Agatha, aku akan menyeretnya berlari sekencang mungkin bersamaku.

Dengan hati hati Melody melangkah mendekati kami.

"Sudah kubilang Aldrian, kau akan kembali padaku." Melody tersenyum miring.

.

.

.

.

.

Aku terlambat menyadari ketika Agatha meraih vas bunga yang terbuat dari kaca di sebelah tangan kirinya.

Aku berdoa semoga lemparan Agatha tepat mengenai kepala Melody sehingga kami bisa kabur saat Melody tak sadarkan diri.

Namun, dugaanku salah.

Agatha menoleh ke arahku dan memukulkan vas kaca itu ke kepalaku.

Genggaman tanganku terlepas dari tangannya, kepalaku serasa berdenyut dan sesuatu telah mengalir dari ujung rambutku.

Pandanganku mengabur, hal terakhir yang aku lihat adalah Melody dan Agatha berdiri di hadapanku dengan senyum miring mereka yang hampir sama.

***

Mataku terbuka perlahan, kepalaku masih terasa sakit dan pusing.

Aku menebak bahwa kini aku berada di loteng, tanganku terikat sangat kencang di belakang tubuhku.

Aku sungguh sangat tidak menyangka telah dikhianati oleh orang yang aku percayai.

Agatha ternyata bersekongkol dengan Melody.

Dan kini, aku tak melihat mereka dimanapun.

Namun aku mendengar suara dua orang yang sedang berdebat tak jauh dari sini.

"Apa yang kau tunggu?" Sepertinya itu suara Agatha.

"Diamlah bodoh, aku merasa diikuti tadi saat perjalan kesini." Suara Melody setengah berbisik.

Diikuti? Apakah mungkin?

Harapan mulai muncul dalam diriku, jika mungkin dia berhasil sampai kesini maka aku harus memanfaatkan waktu.

Pintu loteng terayun membuka, kulihat Agatha dan Melody berdiri sejajar seperti sepasang saudari kembar berjiwa psikopat.

"Apa yang kalian inginkan?" Pertanyaan bodoh terucap dari mulutku.

Melody mencengkram rambutku dan menyentakkan kepalaku keras.

"Apa yang kami inginkan? Kami hanya ingin melihat saudari kami hidup sengsara dan kesepian. " Melody menekankan setiap katanya dihadapan wajahku.

My Psychopath GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang