PROLOG

10.8K 1.1K 50
                                    


Terbangun di sebuah tempat asing dalam kondisi mengenaskan-tanpa sehelai benang, ruam merah di sekujur bagian atas tubuh, aliran darah kering di pangkalan paha-tentu bukan pilihan yang ingin di ambil oleh gadis mana pun. Tidak pula dengan Park Seolhee, wanita berusia 21 tahun yang kini jatuh bersimpuh di depan kedua orang tuanya dengan pandangan kosong dan tubuh yang bergetar hebat karena ketakutan.

Ia mengalami trauma hebat setelah diperkosa begitu bejatnya oleh pria bertopeng yang tidak dikenalinya-miris. Jiwanya terguncang, sudah hampir seminggu mengurung diri di dalam kamar sebelum dibawa paksa untuk menghadap kedua orang tuanya yang kini menapnya begitu pilu. Penampilannya tidak lebih baik dari pasien penghuni rumah sakit jiwa, dengan wajah yang selalu bersembunyi di balik kedua lututnya.

Putri satu-satunya keluarga Park kini hancur, semuanya telah direnggut paksa dan hanya menyisakan aib yang kini harus ditutupi sedemikian rupa. Beberapa hari yang lalu air mata ibunya akan menjadi hal pertama yang dilihat Seolhee, namun kini telah mengering. Berganti dengan kekosongan setelah melihat gambar potongan tubuh putrinya yang diambil di malam terkutuk itu. Seseorang telah memotretnya.

Tubuh sang putri dihancurkan lalu kini dipermalukan di depan semua orang. Masa depan yang selalu ia rencanakan lenyap dalam satu kedip. Tidak ada lagi senyuman manis sang putri, embusan napasnya menjadi satu-satunya yang masih dapat disyukuri.

Kini dalam benak semua orang bercokol sebuah pertanyaan nyata yang harus ada jawabannya. Siapakah pelakunya? Sayangnya tidak akan pernah ada yang tahu, tidak pula sang korban yang kini beringsut di bawah meja. Tidak ada titik terang, bahkan hanya untuk secuil bukti pun tak ada. Tapi terdakwa, tetaplah harus ada. Kemudian, di sinilah Park Jimin berada-di tengah-tengah suasana yang memanas-jatuh tersungkur setelah menerima tamparan keras.

"Dasar berengsek!" Serasa belum cukup, kini tendangan keras di bagian perut turut diterimanya. "Seharusnya kau kubiarkan mati kelaparan, Sialan! Kau bahkan tidak dapat melindungi kehormatan putriku!"

Tidak ada yang berani untuk bergerak membantu, bahkan hanya untuk bersuara pun terasa dicekik paksa. Tidak akan ada yang berani menandingi kemarahan sang raja-yang berkuasa atas hidup orang-orang yang bergantung padanya. Semuanya memilih untuk menundukkan kepala. Bahkan, sang ratu yang biasanya memberikan limpahan kebaikan ikut diam membisu, meratapi kemalangan sang putri.

"Maafkan saya, Tuan. Saya telah lalai dari tugas saya melindungi nona."

"Maaf katamu? Apa kau bisa mengembalikan masa depan putriku dengan omong kosongmu itu?!"

"Saya akan bertanggung jawab."

Hening beberapa saat hingga tawa sinis menggelegar begitu hebatnya, mentertawakan ucapan dari lelaki tidak berdaya yang terlihat semakin mengiris hati. "Dengan cara apa kau mau bertanggung jawab?"

"Izinkan saya untuk menikahi putri Anda." Mutlak, itu adalah jawaban yang diberikan tanpa adanya keraguan. Menantang sang tuan rumah untuk kembali menampari wajah tidak tahu diri sebelum diselamatkan oleh sang nyonya.

"Hantikan!" pekikan kencang itu sudah cukup mampu membuat suasana menjadi hening kembali. Kini deru napas wanita tua itu mengisi keheningan disusul air mata yang pecah. "Ka-kau serius, Jimin? Benarkah kau mau menikahi putriku?"

"Sayang!"

"Diam, Jungjae!" Pria paruh baya itu diam seketika, membiarkan istrinya mengambil langkah lebih jauh. "Ini tentang putriku. Seolhee putri kandungku. Hanya aku yang berhak memutuskan masa depannya!" Bibirnya bergetar, kerutan kasar wajahnya semakin menujukkan betapa lelah dan frustasinya ia akan kehancuran sang putri. "Menikahlah dengan Seolhee, Jimin. Jaga permata kecilku. Bantu ia kembali menjadi putriku yang bahagia. Sembuhkan dia, Jimin, kumohon ...."

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Jimin membawa paksa tungkainya, terseret-seret menuju kolong meja lalu duduk bersimpuh di depan Seolhee. "Nona ...." Tidak ada sahutan, gadis itu masih betah bersembunyi di antara lututnya. "Nona, ini saya, Jimin. Jangan takut."

Perlahan dan begitu lambat, wanita itu mengangkat kecil kepalanya, mengintip di antara surai panjangnya yang tidak tertata. "Ji-jimin...."

"Iya, Nona. Ini saya, Park Jimin. Keluarlah, jangan takut."

Ada keraguan dalam diri wanita itu sebelum mengikuti kata-kata lembut Jimin untuk keluar dari tempat persembunyiannya, tapi senyuman tipis di antara bibir terluka lelaki itu mampu memberikannya ketenangan. Menghilangkan jarak perlindungan yang dibangun kokoh oleh Seolhee.

"Nona, menikahlah dengan saya."

Harap-harap cemas semua orang menanti jawaban atau sekedar reaksi kecil putri tunggal keluarga Park, tapi tidak ada yang terjadi, Park Seolhee tetap diam tanpa suara. Sang nyonya hampir meraung kala mengetahui tidak ada harapan lagi untuk putrinya, tapi Tuhan nampaknya memberikan kesempatan kecil untuk mengembalikan senyuman putrinya.

"Jimin, kau terluka ...." Maka, suara lembut dan sapuan halus tangan tuan putri di wajah Jimin mengawali semuanya. Menegaskan jika Park Jimin kembali mampu menjadi satu-satunya lelaki yang dipercayai oleh Seolhee untuk melindunginya. Tetapi bukan hanya untuk melindungi raganya, melainkan menjaga sebuah hati yang telah diberikan. []

ANGELIC✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang