CHAPTER 10

4.4K 828 6
                                    


Tidak ada hal yang lebih indah daripada berjalan santai melalui keheningan pinggir kota ditengah kilauan matahari yang tidak terlalu terik. Lebih lagi berjalan bersama seseorang yang kau sukai, semuanya terasa lengkap. Hal itu pula yang kini sedang dirasakan oleh Seolhee, tapi berbanding terbalik dengan wanita itu, Jimin diam-diam memiliki banyak pikiran di kepalanya. Tidak bisa menikmati waktu berduanya dengan Seolhee karena masih ada kekhawatiran yang menyergap.

"Jimin ... hey, kau baik-baik saja?" Seolhee bertanya sebab sudah beberapa kali ia menyerukan nama suaminya tapi tidak ada sahutan dari sang pemilik nama. Jimin seperti sedang berada di dunianya sendiri. "Yak, Park Jimin!"

Jimin akhirnya tersentak, mengedipkan beberapa kali bulu matanya lalu bertanya seperti orang bodoh, "Y-ya? Kau memanggilku?"

Jemari tangan yang semula bertautan langsung dihempaskan kasar oleh Seolhee. Ia kesal, benci jika Jimin mengabaikannya.

"Kau sedang memikirkan apa?"

"Apa? Aku tidak memikirkan apa pun. Aku memikirkanmu."

"Jimin, serius!"

Tawa menyegarkan keluar dari bibir pria itu, ia senang menggoda istrinya.

"Aku juga serius, Seol. Aku sedang memikirkanmu. Memikirkan diriku, lalu anak kita. Aku memikirkan keluarga yang bahagia," kata Jimin meyakinkan walau sebenarnya ia sedang menyembunyikan kebohongan yang lain.

Laki-laki itu memikirkan ayahnya, juga gigolo suruhannya. Bertanya-tanya apa lagi yang akan diperbuat ayahnya jika mengetahui Seolhee hamil sebab keduanya memang belum memberitahukan perihal kehamilan Seolhee pada siapa pun. Ayahnya pasti akan membunuh calon cucunya, terlebih jika sampai jenis kelaminnya laki-laki. Calon penerus harta warisan keluarga Park. Bukan hal yang bagus.

Lalu pikirannya beralih pada hukuman yang sepantasnya diterima laki-laki bayaran yang menghancurkan istrinya. Meski dibayar, laki-laki berengsek itu pantas menerima ganjarannya. Atau paling tidak, Jimin ingin memberikan beberapa pukulan mautnya.

Jimin ingin menjebloskan pria paruh baya beserta dengan anak buah suruhannya ke penjara, mengurung keduanya dalam waktu yang lama agar mereka dapat menyesali perbuatannya, namun siapkah dirinya menghancurkan kehidupan ayahnya sendiri? Melihat kembali bagaimana cara kematian orang terkasihnya?

"Memang kau ingin keluarga yang seperti apa?" tanya Seolhee malu-malu. "Aku takut tidak bisa memenuhinya."

Jimin menoleh, tersenyum lembut lalu menatap dalam kedua bola mata istrinya yang begitu ia sukai. "Kau bisa. Kehadiranmu sudah memenuhi mimpi besarku."

"Hanya itu?"

"Ya, karena kau sudah terlalu sempurna untuk melengkapiku. Lalu dengan anak kita, ungkapan keluarga bahagia sudah pantas kuterima." []

ANGELIC✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang