CHAPTER 1

6.2K 1K 30
                                    


Kediaman keluarga Park tidak terlihat ramai, tapi tidak pula hening karena masih ada beberapa pekerja yang lalu-lalang menyelesaikan pekerjaannya. Besok pernikahan antara Seolhee dan Jimin akan dilaksanakan. Putri tunggal keluarga Park akan melepas masa lajangnya, semua orang ikut sibuk mempersiapkan pernikahan tertutup yang begitu dirahasiakan.

Di dalam ruangan bernuansa gelap, Jimin terduduk di sofa hitam dengan ketegangan yang menyelimutinya. Kedua majikannya—yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya—duduk tepat di hadapannya, menatap hangat meski sebenarnya terkandung ketegasan.

“Setelah menikah, kalian akan tinggal di sebuah rumah yang telah kami siapkan. Di pinggir kota yang tidak memiliki banyak penduduk. Seolhee butuh ketenangan untuk proses penyembuhannya.” Tuan Park menjelaskan dengan gamblang alasannya memanggil Jimin ke ruang kerjanya. “Kau ... juga harus bekerja.”

Kerutan halus sedikit terlihat di kening Jimin, seolah pemuda itu tidak mengerti ke arah mana pembicaraan majikannya.
“Kau akan menjadi suami putriku, lalu tentu menjadi ayah dari anak kalian kelak. Aku ingin kau menjadi kepala rumah tangga yang dapat diandalkan, bukan yang hanya bisa berpangku tangan pada kami. Kau harus menghidupi keluargamu dengan jeri payahmu sendiri.”

“Saya mengerti, Tuan.” Sebuah jawaban yang begitu tegas seolah tidak peduli dengan rintangan yang akan dihadapi kelak. “Saya akan bekerja keras untuk menghidupi keluarga kecil saya dan tentunya untuk kesembuhan nona muda.”

“Tidak perlu terlalu sombong,” kata Tuan Park dengan cepat. “Kau akan bekerja di bawah kendaliku. Aku tidak akan membiarkan putriku mati kelaparan karena mengandalkan usahamu.”

“Kami menaruh harapan besar padamu, Jimin.” Satu-satunya wanita yang berada di ruangan itu akhirnya berbicara seraya sedikit memundurkan punggungnya, mencoba merilekskan diri kemudian kembali berucap, “Seolhee putriku satu-satunya. Dia begitu berharga meski semua yang berharga pada dirinya telah hilang, dicuri lalu diinjak-injak begitu beringasnya. Tapi aku begitu percaya padamu, kau pasti bisa mengembalikan semuanya.”

Jimin tersenyum kecil, balik menatap hangat wanita paruh baya yang mungkin seperti ibunya jika saja dia masih memilikinya. “Saya mengerti, Nyonya. Kali ini saya tidak akan gagal lagi dalam melindungi nona muda.”

“Tentu saja kau tidak boleh gagal, Jimin. Aku yang akan memenggal kepalamu jika kau membiarkan putriku dalam bahaya!” sahut tuan Park.

“Tentu tidak, Tuan. Saya akan menjamin keselamatannya dengan nyawa saya sendiri.”
Seulas senyuman terbit di wajah nyonya Park, kali ini ia bisa merasa sedikit tenang. Kehidupan putrinya pasti akan bahagia dengan laki-laki yang tepat—yang sedang berada di hadapannya.

“Terima kasih, Jimin. Tolong maafkan perilaku suamiku juga,” katanya lalu melirik laki-laki yang berada di sampingnya. “Dia hanya terlalu khawatir pada Seolhee. Meskipun Jungjae bukan ayah kandungnya, dia begitu menyayangi putriku selayaknya anak kandung. Dan aku berharap kau bisa lebih menyayangi putriku, Jimin.”

“Tentu, Nyonya.”

Eomma ... mulai sekarang kau bisa memanggilku dengan Eomma karena kami adalah orang tuamu juga, Jimin. Bersikaplah lebih santai, buat dirimu merasa nyaman pada kami.”

“Ba-baik, Eomma. Aku akan menyayangi Seolhee dengan seluruh perasaan yang kumiliki.”

Nyonya Park berdiri, menghampiri Jimin lalu dengan perlahan memberikan pelukan hangatnya. Sebuah pelukan penuh kasih sayang yang sudah lama tidak Jimin dapatkan dari siapa pun. Tidak dari ayah maupun ibunya.

“Aku mempercayaimu, Nak.” Tepukan pelan di pundak pemuda itu bukan hanya sekedar bentuk kepercayaan dari majikannya, namun juga penegasan jika beban pekerjaan Jimin kedepannya akan lebih berat. Tapi jika hanya ditugaskan untuk menjaga Seolhee, ia yakin mampu melakukannya. Sebab lelaki mana pun tidak akan membiarkan tulang rusuknya patah. []

ANGELIC✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang