CHAPTER 9

4.3K 862 18
                                    


"Seolhee kau harus makan."

Perempuan yang dipanggil namanya hanya diam, menggelengkan kepala lalu menutup hidung dan mulutnya dengan kedua tangan karena tidak kuat dengan bau makanan yang tersaji di meja.

"Sayang ...."

"Aku mual, Jim. Tolong singkirkan saja makanannya."

Jimin mengembuskan pasrah napasnya. Seolhee jadi semakin rewel dari hari ke hari semenjak kehamilannya. Meski ia sendiri tidak mempermasalahkannya, sebab Seolhee yang sekarang jadi semakin menggemaskan menurutnya.

"Satu suap lagi, bagaimana?" Jimin masih berusaha menawar, tapi Seolhee masih teguh pada pendiriannya pula. Berganti memandang suaminya dengan bola mata berbinarnya seperti anak kecil. Ia mencoba merayu suaminya. "Aish, iya, iya! Jangan memandangku begitu!" sentak Jimin tak kuasa. Pertahanannya runtuh hanya dengan binar indah mata istrinya.

Seolhee tertawa kecil, senang karena usahanya berhasil. "Kau tidak bekerja? Sudah hampir jam delapan," katanya mengingatkan.

Jimin menggeleng pelan, "Tidak. Aku mau libur saja. Menemani istriku yang begitu rewel seperti bayi. Takut-takut nanti popoknya basah, aku harus membantu menggantinya."

"Yak!!!"

Keduanya tertawa, menikmati kebersamaan yang semakin sering terlewatkan berdua. Mengambil peran masing-masing yang mencoba saling terbuka dan mengerti. Seolhee mengikuti jejak Jimin. Menaruh hati pada prianya dengan harapan berbuah indah. Meski dirinya tidak lagi sempurna, tetapi Jimin selalu menyempurnakannya. Mengembalikan warna kehidupan yang hampir terlupa olehnya.

"Kalau begitu ayo jalan-jalan. Aku ingin berkeliling."

Sebelah alis Jimin terangkat, meyakinkan diri jika istrinya baru saja mengajaknya pergi berkencan-menurutnya.

"Apa istriku sedang merengek? Nada bicaramu lucu sekali, Seol."

"Jimin!!!"

"Ahaha iya, ayo. Ganti pakaianmu dengan yang lebih hangat. Di luar dingin, kau akan sakit jika terkena udaranya."

"Jika aku sakit kau yang akan menyembuhkanku, kan?"

Jimin samar-samar tersenyum, mengangguk perlahan sebelum memberikan jawaban yang begitu yakin, "Ya, aku akan selalu menyembuhkanmu. Jika kau terluka ingatlah untuk selalu datang padaku. Gunakan aku sebagai penawarmu."

"Kau juga," kata Seolhee menyela.

"Hah?"

"Gunakan aku juga sebagai penyembuh lukamu. Sebab luka terbesarmu adalah luka yang kubuat." []

ANGELIC✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang