Seberapa kuat usaha menyembunyikan bangkai, bau busuknya akan terendus juga. Jimin tidak berpikir jika waktu bersenang-senang ayahnya bisa usai secepat ini. Padahal ia sendiri merasa belum berusaha kuat untuk mengungkapkan semuanya, masih memberikan sedikit waktu pada ayahnya agar dapat bernapas dengan teratur.
Namun nampaknya nyonya Park tidak dapat menunggu lebih lama. Seorang ibu yang berjuang begitu keras dengan segala kekuasaan yang dimilikinya demi putri satu-satunya, mengabaikan fakta jika ia harus kehilangan cintanya. Tetapi cinta pada putrinya, mengalahkan semuanya. Suaminya menjadi tidak lebih dari sampah.
"Sayang ...."
"Tutup mulutmu!" kata nyonya Park berteriak nyaring. "Kau berengsek Jungjae! Biadab."
Suasana begitu memanas, dipenuhi amarah juga air mata. Beberapa orang yang tidak terlibat dalam pusaran masalah ikut menaruh simpati. Benci bukan main pada majikan laki-laki yang selalu terlihat berwibawa dan otoriter.
Di ujung ruangan Seolhee terisak kuat ditemani Jimin. Dipeluk erat oleh suaminya, menenangkan jiwa lemahnya yang terguncang.
"Apa kau mengetahui semua ini, Jimin?!" Nyonya Park berseru lantang, menatap Jimin dengan begitu menusuk. "Kau mengetahui perbuatan busuk ayahmu?"
Kemudian semuanya jadi tambah keruh. Beberapa orang ikut tidak percaya dengan fakta baru yang lain, begitu pula dengan Seolhee yang langsung menghentikan tangisannya. Jadi benar, Jimin putra kandung tuan Park?
"Jimin ...."
"Maafkan aku, Seolhee." Tubuh Seolhee sukses terhuyung beberapa langkah ke belakang. "Seharusnya aku memberitahumu, tapi kebodohanku mencegahnya. Maafkan aku." Jimin mengucapkannya begitu lirih, air matanya bahkan hampir menetes. Ia menyesal.
Amarah nyonya Park langsung meledak begitu saja, ia kembali dibodohi rupanya. Dengan cepat wanita itu menghampiri menantunya, menamparnya dengan sekuat tenaga. "Ceriakan putriku, Jimin! Ceraikan!!!"
"Eomma ...."
"Diam, Seolhee! Laki-laki ini tidak lebih baik dari ayahnya. Mereka sama-sama bedebah sialan!"
Seolhee bisa melihat raut wajah suaminya yang berubah menegang, terlihat terkejut juga terluka. Ia yakin, Jimin tidak seperti ayahnya. Suaminya menyayanginya dengan perasaan yang tulus.
"Aku tidak mau, Eomma. Biarkan aku tetap bersama Seolhee."
Dagu nyonya Park sukses terangkat, menatap tidak percaya pada pemuda yang sebelumnya begitu ia percayai.
"Lalu kau pikir aku akan membiarkanmu dengan mudah menghancurkan hidup putriku, begitu?" Tangan tuanya terangkat, menarik kerah kemeja Jimin seolah menantangnya. "Dengar, sialan. Ceraikan putriku atau kau akan ikut kubunuh seperti ayahmu!"
Jimin terkejut, ayahnya akan dibunuh? Setega itukah nyonya Park?
"Eomma!" Seolhee berseru, tergopoh-gopoh menghampiri ibundanya. "Eomma aku bersumpah. Jika kau memisahkanku dengan suamiku, aku akan ikut pergi. Lalu jika kau membunuhnya, aku akan ikut mati bersamanya."
"Seolhee!"
"Hidupku sudah hilang sejak malam terkutuk itu. Tapi kini, aku memiliki kehidupan yang baru. Warna baru yang belum pernah kudapatkan. Kumohon Eomma, biarkan kami berbahagia. Suamiku tidak bersalah, kumohon."
Seumur hidupnya nyonya Park tidak pernah melihat putrinya memohon begitu rendahnya, bahkan kini duduk bersimpuh seperti menyembahnya. Tidak sendiri, menantunya ikut menemani. Memohon kemurahan hati darinya. Meski begitu marah, ia bisa melihat ketulusan Jimin. Benar, lelaki itu tidak terlibat, pun tidak sama seperti ayahnya. Hingga anggukan kepalanya menjadi sebuah keajaiban, ia membiarkan putrinya merasakan kebahagiannya. []
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGELIC✓
Fanfiction❝Jika kau terluka, ingatlah untuk selalu datanglah padaku. Gunakan aku, sebagai penawarmu.❞ Started : 12 October 2018 Published : 13 October 2018 (KST) [Special fanfiction for Jimin's birthday] Copyright © Vdr_wings 2018