PERGI KAMU DARI SINI!" Bentak seorang pria kepada lawan bicaranya.
"Baiklah, Aku akan pergi sekarang!" Dengan wajah yang merah akibat marah, wanita itu menaiki anak tangga satu persatu.
Setibanya di kamar, wanita itu segera memasukan baju-bajunya ke dalam koper besar. Selesai melakukannya, ia pun kembali ke lantai dasar dengan emosi yang masih memuncak. Ia melihat seorang pria yang sedang menatapnya sinis. Segera ia melangkah ke arah pintu besar rumah itu.
Anak kecil yang sedari tadi melihat pertengkaran itu segera berlari ke pintu utama rumah. Ia menangis sejadi-jadinya dan memeluk wanita itu. Memohon agar jangan pergi.
"Ma, Mama mau kemana? Jangan tinggalin Feli, Ma." Anak yang masih berusia 11 tahun itu menangis dan memohon.
Wanita itu memalingkan pandangannya ke arah samping, menahan tangis yang sudah membendung di kelopak matanya. Ia melihat ke arah anak kecil yang sedang menangis.
"Feli sayang. Mama harus pergi. Kamu di sini saja ya, Sayang. Kamu baik-baik ya sama Papa. Jangan nakal-nakal." Wanita itu mengusap lembut wajah anaknya. Layak seorang ibu memberi kasih sayang kepada anaknya.
"Tapi Mama mau pergi kemana?" Tanya Anak itu.
"Ke suatu tempat." Lira tersenyum sambil mengusap air matanya. Ia lalu memegang pegangan koper dan pergi meninggalkan rumah. Faleshia yang ingin mengejar ibunya. Namun, secepat kilat Albert menangkapnya. Ia memeluk putri kecilnya yang terus meronta ingin mengejar ibunya.
"Lepasin, Pa. Feli mau ngejar Mama. Mama nggak boleh ninggalin Feli. Karena Feli sayang Mama, Pa." Lagi-lagi ia menangis meratapi ibunya yang sudah pergi.
"Sayang, disini ada Papa. Biarkan Mamamu pergi."
"Kenapa Mama pergi ninggalin Feli, Pa?"
"Karena sesuatu." Albert tertunduk lesu.
"APA?" Tanya Faleshia. Ia langsung berlari ke arah halaman depan ketika Papanya melepaskan pelukannya.
Ia melihat mamanya pergi dengan seorang lelaki lain. Itu bukanlah Papanya, karena semenjak tadi papanya selalu di sisi Faleshia.
"Pa, Mama pergi apa karena om itu?" Tanya Faleshia.
Albert hanya menunduk lesu. Menatap putri semata wayangnya yang lagi-lagi meneteskan air mata.
"Feli benci Mama!" Faleshia langsung pergi menuju kamarnya. Albert hendak mengejarnya tetapi tiba-tiba handphonenya berbunyi. Ia segera mengangkatnya.
Faleshia menangis sejadi-jadinya dan berteriak seperti orang depresi. Ia bersender di samping kasurnya dan menekuk lutut menutup wajah yang memancarkan kesedihan yang mendalam.
Woyooouuuu gaes......🔥🔥🔥Ini cerita pertama yang w publiskan.
Rasanya dag dig duaaarrrr tau nggak😅
Alay? Iye tau😌I'm sorry if there are many typo😊
Maklumin, The first😅
Voment yeee jangan sampe lupa💙💙
Follow juga😉Byeeee❤

KAMU SEDANG MEMBACA
FELICE
Fiksi RemajaKebahagiaan adalah pilihan hidup yang banyak diinginkan oleh manusia. Kebahagiaan sejati lebih tepatnya. Tetapi kebahagiaan sejati tidak akan pernah ada. Pasti di setiap hidup, seseorang akan mengalami yang namanya kesedihan. Begitu pun dengan kehid...