Chapter 2

238 23 1
                                    

Elisa tidak pernah merasakan tidur senyenyak ini. Ruangan hangat, ranjang yang besar, selimut yang lembut. Hm...kalau seperti ini Elisa rela tidak bangun seharian. Hanya bergelung dikasurnya yang nyaman tanpa memikirkan tugas sekolah dari Mr. Ford.
Tunggu..

Elisa langsung membuka mata didetik kedua setelah mengingat wajah menyeramkan guru killernya disekolah.
Bicara tentang sekolah, dimana dia sekarang?

Elisa terduduk dan terheran-heran dengan keadaan dimana dia saat ini. Dia duduk diatas ranjang king size bertiang empat dengan kelambu keemasan melambai-lambai.

Disamping tempat tidur terdapat bufet dan kaca besar, diatasnya terdapat banyak alat berhias.
Disamping bufet terdapat lemari besar berpintu tiga dari kayu mahoni yang dipenuhi ukiran cantik.
Diseberang ranjangnya jendela besar tertutupi gorden kuning keemasan, sedikit melambai terkena sapuan angin, mengakibatkan seberkas cahaya matahari pagi masuk.

"Ini bukan kamarku!" Bisik Elisa. Walau tak memungkiri keindahan dan kemewahan kamar ini. Siapapun menginginkan kamar seperti ini. Tak terkecuali dirinya. Jangan bandingkan dengan kamarnya, kamarnya tidak ada apa-apanya.

Dengan bingung Elisa bangun dan berjalan menuju jendela besar. Ketika memegang gordennya, Elisa meringis merasakan lembutnya kain sutera ditelapak tangannya.
Menggeser gorden, terpampanglah jendela kaca setinggi dua meter dengan dua pintu. Rupanya jendela ini menuju balkon.
Ketika membuka jendela, Elisa merasakan sapuan udara sejuk menerpa dirinya. Melangkah diatas marmer putih yang dingin. Elisa menggapai tembok balkon sebatas pinggang. Diatasnya berjejer pot-pot bunga.
Ada Aster, mawar, dan lili putih. Mekar dengan indah.
Elisa menghirup udara dalam-dalam sejenak, merasakan kesegaran udara.
Elisa merenung, kalau ini mimpi, kenapa terasa sangat nyata?

Gadis itu mengedarkan pandangannya, didepannya terdapat halaman yang luas, ditumbuhi rumput hijau yang dipotong sama rata serta bunga-bunga beraneka warna.
Berbagai macam bunga yang kenyebarkan bau harum.
Ditengah-tengah terdapat patung berwujud singa jantan yang tengah mengaum dan mengeluarkan air dari mulutnya.
Dibawahnya kolam bunga teratai putih yang tidak terlalu besar.
Diujung taman berdiri gerbang tembok besar berwarna cokelat kemerahan. Dari gerbang jalan setapak selebar dua meter mengarah kearah patung singa dan kemudian terbagi menjadi dua jalur.
Kearah kanan menuju halaman depan rumah ini sedangkan yang kiri menuju kesamping rumah.
Rumah yang luar biasa besar.
Atau ini istana? Batin Elisa.
Bagaimana dia bisa ada disini.
Dia tidak punya teman atau kenalan orang kaya.

"Tok..tok..tok.."

Suara ketukan pintu diluar kamar menyadarkan Elisa dari lamunannya.

"Permisi nona, silahkan bersiap! Anda ditunggu dibawah." Suara seorang wanita terdengar dari balik pintu.

Elisa melangkah cepat menghampiri pintu dan membukanya.

"Maaf bibi, tapi siapa yang menungguku?" Tanya Elisa bingung.

Didepannya kini berdiri seorang wanita berumur kisaran empat puluhan.
"Tuan dan nyonya rumah ini, bersiaplah! mereka menunggu anda diruang makan." Tukas wanita yang rupanya seorang pelayan itu.

"Katakan ini dimana? Kenapa aku bisa ada disini?" Elisa balik bertanya. Keningnya berkerut tanda dia benar-benar kebingungan.
Pelayan itu menatap Elisa heran.

"Sebaiknya anda tanyakan langsung pada mereka, kalau begitu saya permisi." tukas pelayan itu sambil berlalu.
Elisa terdiam, menatap kepergian pelayan tadi yang menghilang dibalik tikungan lorong.

Lorong ini tidak panjang namun temaram dengan lampu bersinar redup berwarna kekuningan.
Dinding terbuat dari kayu kwalitas bagus menambah kemewahanya.
Didepan kamar yang ditempati Elisa saat ini terdapat pintu kayu berwarna cream. Pintunya tertutup, membuatnya tidak tahu apa yang ada didalamnya.
Mungkin juga kamar atau ruangan lain.
Elisa masuk kedalam kamar dan segera bersiap.
Dia ingin cepat mendapat jawaban atas pertanyaannya dan pulang secepatnya.
Kasihan, ibunya tengah sakit saat ini.
Dirinya melangkah kesebuah pintu yang diduganya adalah kamar mandi.
Setelah membuka pintunya, rupanya benar dugaannya.
Setelah mandi dalam kurun waktu 10 menit, Elisa membuka lemari besar itu.
Dirinya bingung, kemana seragam sekolahnya.
Ketika bangun tidur tadi dirinya tidak sadar menggunakan gaun tidur berwarna putih gading.
Setelah memilih-milih pakaian didalam lemari, akhirnya dia memilih gaun paling sederhana dari semua gaun yang ada dalam lemari.
Kalau bisa memilih, dirinya lebih suka menggunakan jeans dan kaos saja.
.
.
.
Elisa menuruni tangga yang berkelok dan sampai diruang keluarga yang luas.
Lantai yang dilapisi karpet bulu yang lembut.
Serta dinding cokelat yang banyak digantungi lukisan-lukisan abstrak.
Dekat dinding ada satu set sofa cream yang besar. Dibelakangnya berbaris lemari dengan banyak buku.
Dia benar-benar takjub, dia tidak pernah membayangkan memiliki rumah sebesar dan semewah ini.

BLOOD PRINCE (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang