Kerajaan Darknum merupakan kerajaan dengan salju abadi. Berada di selatan Lightwill. Dilintasi oleh pegunungan tinggi yang membentang membatasi dua kerajaan besar itu. Sepanjang mata memandang hanya putihnya salju dan hitamnya siluet pepohonan dari kejauhan.
Rumah-rumah penduduk yang menyerupai kubah dengan corong asap mendominasi bangunan di kota dan disisi jalan. Orang-orang yang berlalu-lalang disepanjang jalan utama menggunakan pakaian tebal mereka. Pada siang haripun kota ini tetap memiliki suhu yang menggigit.
Disepanjang jalan banyak kedai yang menjajakan dagangan mereka. Berupa minuman hangat dan makanan dari sari jahe. Banyak para pengelana yang singgah hanya untuk melepas lelah.Diujung kota, tepatnya diatas bukit bersalju, berdirilah istana besar kerajaan Darknum. Rajanya bernama Sedric, merupakan seorang raja yang tegas. Ia berwajah kaku dan tubuh tinggi besar, dengan kumis dan jenggot yang hampir memenuhi sisi bawah wajahnya.
Raja Sedric duduk disinggasananya yang berlapis emas. Pakaian kebesarannya berwarna hijau dan perak, raut dingin yang tidak pernah meninggalkan wajahnya kini memandang kedepan.
Disisi kiri raja duduk seorang wanita cantik yang berwajah keibuan. Menggunakan gaun yang senada dengan suaminya.
Didepan mereka, tepatnya dibawah undakan tangga, disepanjang sisinya duduk para menteri dan pejabat negara."Menteri Ramon, aku ingin kau mengusut kasus ini." Menteri yang ada di sebelah kiri membungkuk, rupanya dialah yang dimaksud.
"Dan aku tidak ingin ada kesalahan seperti ini lagi." Raja itu kembali melanjutkan.
"Baik yang mulia!" Menteri Ramon semakin membungkuk hormat.
Raja Sedric mengedarkan pandangannya. "Pertemuan hari ini selesai. Kita akan lanjutkan pertemuannya minggu depan." Ucapnya sambil berdiri dan menuruni undakan diikuti oleh sang istri beserta pelayan-pelayannya.
Para menteri dan pejabat membungkuk hormat ketika penguasa Draknum itu melewati mereka.Ketika raja Sedric keluar ia melihat Edmund berjalan, "Edmund," ia memanggilnya.
Edmund berhenti dan menoleh pada raja Sedric, kemudian berjalan menghampirinya.
"Ya, yang mulia. Apa anda memanggil saya?" Ucapnya setelah membungkuk singkat."Panggil Davian keruanganku, aku menunggu." Perintahnya singkat.
"Baiklah, yang mulia." Edmund kembali menunduk dalam hingga raja Sedric pergi dari sana, barulah ia mengangkat kepalanya. Ia melanjutkan langkahnya ke bagian dalam istana, ketika tiba di bagian belakang istana tepatnya area latihan para prajurit istana, ia menghampiri seorang pemuda yang tengah memanah.
"Yang mulia mencarimu, ia menunggu di ruangannya." Ujarnya sembari mengambil busur juga panah dari tempatnya, ia mengatur posisi dan siap menembakkan anak panahnya.
Slap ...
Sebuah anak panah menancap tepat pada titik papan target, yang mana disana sudah ada beberapa anak panah yang saling berdesakan pada titik tengah papan itu.Edmund melirik pemuda di sampingnya yang baru saja melepaskan anak panahnya.
"Hm ... Aku mengerti." Jawaban terlampau lama itu keluar dari bibir pemuda bernama Davian itu. Ia berambut perak terang dengan iris sewarna matahari. Ia melirik Edmund dan tersenyum miring.
"Bagaimana menurutmu kalau kita bertanding? Siapa yang lebih dulu menembak target dan tepat sasaran, maka dia yang menang." Ia menepuk bahu Edmund beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD PRINCE (Revisi)
RomanceElisa terseret ke dunia penuh sihir dan menjalani takdir sebagai puteri mahkota pengganti. Selain itu ia di hadapkan pada pilihan memenuhi takdirnya atau membuangnya. Nyatanya tidak segampang itu, permusuhan antara dua kerajaan membuatnya ikut ke p...