Chapter 4

145 13 0
                                    

Didalam sebuah ruangan yang besar, duduk seorang pria menggunakan baju kebesarannya. Raut wajahnya yang dingin menambah keagungan yang memancar darinya. Didepannya, meja besar dengan banyak perkamen diatasnya, memintanya untuk diperhatikan. Namun perhatian raja besar dari kerajaan lightwill itu tertuju pada seorang laki-laki yang berdiri di seberang mejanya.

"Jadi bagaimana perkembangan kasusnya?" Ujar raja itu pelan.
Pria itu kian menunduk.

"Sampai saat ini masih belum ditemukan, yang mulia."
Raja Ethan manggut-manggut dikursinya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh orang kepercayaannya.
"Katakan pada Kristian untuk segera menghadapku." Perintahnya.

Lukas segera membungkuk hormat. "Baik yang mulia. Akan saya sampaikan" ujarnya hormat.

Setelah kepergian Lukas, raja Lightwill itu menghela nafas berat. Memijat keningnya sebentar, dirinya bangun dari kursinya dan melangkah ke belakang meja kerjanya. Dari sini dirinya dapat melihat pemandangan bukit dan pegunungan yang menyejukkan matanya.
Dia curiga, kasus hilangnya putri mahkota pasti ada hubungannya dengan pihak dari musuh-musuhnya. Sambil berpunggung tangan sang raja yang masih tampan diusia hampir setengah abad itu merenung.
Bagaimanapun, Scharlet harus ditemukan atau putranya akan menanggung akibatnya. Kepemimpinannya nanti akan diragukan karena kekosongan kursi seorang ratu.

raja itu berjalan kembali kekursinya sambil mendengus keras. Bagaimana bisa mereka tahu kalau Scharletlah sang putri mahkota? Pemilihan putri mahkota dilakukan secara diam-diam dan sangat rahasia, hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya.

Apa ada yang berkhianat padanya? Dirinya benar-harus serius memikirkan kasus ini. Kalau tidak akan besar akibatnya nanti.

. . .

Arshen Scotlight adalah pemuda yang sangat mahir dalam menggunakan pedang. Kemahirannya menyamai seorang petarung handal. Ditambah kekuatan fisik yang mumpuni, serta element sihir yang langka membuatnya disegani oleh teman bahkan guru-gurunya.
Bersama teman-temannya dirinya sering berlatih di area lapangan khusus latihan yang ada dibagian belakang bangunan besar aula akademi. Seperti saat ini.

"Hei,  kalian lihat gadis-gadis yang ada disana?" Tunjuk salah seorang temannya kearah sudut lapangan yang dipenuhi gadis berjejer menontoni mereka sambil berdesakan.

Pemuda berambut pirang yang disisir kebelakang kepalanya mengalihkan pandangan, menatap kearah yang ditunjuk temannya, Leon.
"Menjijikan." Tukasnya.

Berjengit mendengar nada bicara temannya. "Hei, bagaimanapun kaum laki-laki membutuhkan perempuan. Itu mutlak. Jadi Steven berhenti berkata kasar seperti itu." Leon melotot pada Steven yang acuh mendengar omelannya.

Arshen menyeringai memperhatikan teman-temannya. "Kau berkata seperti itu seolah kau senang dengan tingkah mereka yang selalu menguntitmu." Matanya yang sebiru samudera menatap kerumunan gadis yang semakin ramai.

"Yah, itu memang menjengkelkan. " Leon meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Arshen bangun dari duduknya setelah cukup beristirahat. "Aku kembali." Ucapnya sambil mengambil pedangnya  dan menyelipkan dipinggangnya. Berjalan keluar lapangan tanpa melirik teman-temannya lagi.

Ketika melewati teras sebuah ruangan, dirinya kaget mendengar sebuah teriakan. Penasaran, akhirnya ia membuka pintu ruangan itu dan melihat sekelilingnya.
Didalamnya ada seorang gadis yang tengah membelakanginya. Gadis itu kaget ada yang membuka pintu dan menoleh.

BLOOD PRINCE (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang