Beberapa hari telah berlalu sejak Arshen membawanya ke danau di dalam hutan, ia juga menjalani aktifitasnya seperti biasa. Bangun pagi, sarapan, mengikuti kelas dan kadang belatih memanah. Omong-omong tentang memanah, ia belum menyetujui untuk dilatih memanah oleh Arshen. Tidak ada salahnya bukan, mereka bisa berlatih di danau agar tidak diketahui siswa yang lain.
Menurutnya memiliki keahlian seperti memanah atau pedang sangatlah penting, apalagi di benua Area ini sihir dan pertempuran bukanlah hal mustahil.
Ia juga harus bisa melindungi dirinya sendiri seandainya terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.Saat ini Elisa tengah makan siang bersama kedua sahabatnya di aula makan campuran. Mereka duduk sambil menghadap taman yang siang itu ramai dikunjungi para siswa yang tengah bersantai. Matahari tidak bersinar terlalu terik dan semilir angin tidak terlalu dingin, membuat para siswa senang bersantai dibawah matahari.
"Hah...aku kenyang sekali." Sarah bersandar dikursinya dan bersendawa kecil.
Julie disamping kanannya memutar bola matanya, "kalau kau bersikap seperti itu, kau pikir ada laki-laki yang mau mendekatimu?"
Sarah segera memperbaiki duduknya dan menoleh kesana kemari, memperhatikan sekelompok siswa laki-laki dari kelas emas yang tengah bersenda gurau atau para siswa dari kelas perak yang tengah makan dan segelintir siswa perempuan yang tengah asik bergosip.
Sarah menghela napas lega, bersyukur tidak ada yang memperhatikannya bersikap serampangan didepan umum."Syukurlah tidak ada yang memperhatikanku," ucapnya sembari mengelus dada dramatis.
Elisa mengangguk mengiyakan, "kita tidak sepenting itu untuk diperhatikan."
Sarah dan Julie kompak mengiyakan, antara kecewa dan bersyukur mereka tidak terlalu menarik banyak perhatian. Mereka dapat melakukan hal apapun tanpa harus memikirkan kesan orang lain. Kebanyakan siswa kelas perak baik yang junior atau senior berasal dari kalangan bawah, mereka adalah masyarakat biasa yang memiliki energi sihir dan berharap dapat memiliki pekerjaan yang lebih baik dimasa depan.
"Hei kau! Ikut denganku." Suara melengking dari belakang mengagetkan Elisa dan kedua temannya, dengan segera mereka menoleh kebelakang. Disana berdiri seorang gadis dengan rambut cokelat kemerahan, matanya yang berwarna hazel menatap mereka dengan tajam.
Ia berdiri dengan bertolak pinggang, tubuhnya yang langsing dibalut seragam hitam dengan keliman emas."Erina? Ada urusan apa kau dengan kami?" Julie dengan berani keluar dari kursi dan mendekati gadis bernama Erina itu.
Erina menoleh pada Julie dan mendengkus, "aku tidak bicara padamu, tapi gadis itu." Ia menunjuk Elisa.
"Ada yang harus kubicarakan denganmu, ikut aku sekarang.'Elisa yang terheran-heran dengan tegas menggeleng, "aku tidak mengenalmu dan kalau kau punya urusan denganku, bicaralah disini."
Ia berdiri dengan kesal dan keluar dari kursinya.Erina menyeringai, "baiklah, kau mungkin ingin kedua sahabatmu mendengar tentang skandalmu dengan seorang laki-laki."
Elisa kaget mendengar hal itu dan dengan cepat menoleh pada kedua sabahatnya. Julie dan Sarah menatap Elisa dengan bingung dan berharap Elisa menjelaskan sesuatu pada mereka.
"Itu tidak benar, apa sih sebenarnya yang kau bicarakan?"
Elisa dengan jengkel mendekat pada Erina dan membelakangi kedua sahabatnya.Suasana aula makan yang semula ramai oleh senda gurau atau denting sendok makan, seketika hening dan menimbulkan bisikan di sana-sini. Mereka dengan penasaran ingin tahu apa yang terjadi antara dua gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD PRINCE (Revisi)
RomanceElisa terseret ke dunia penuh sihir dan menjalani takdir sebagai puteri mahkota pengganti. Selain itu ia di hadapkan pada pilihan memenuhi takdirnya atau membuangnya. Nyatanya tidak segampang itu, permusuhan antara dua kerajaan membuatnya ikut ke p...