"Apa kau mulai menyukaiku?"
***
Kedua bola mataku menyipit sesaat setelah kubuka lemari es dan tak menemukan apa pun di dalam sana kecuali sayuran yang hampir membusuk. Aku mendengkus seketika sambil mendorong kuat-kuat pintu kulkas hingga tertutup.
Memikirkan tidak ada stok makanan benar-benar membuatku frustasi. Kenapa Ibu tega sekali pergi tanpa mengisi kulkas dan meninggalkan makanan instan. Bahkan sebiji cup ramyun pun tak ada di lemari penyimpanan.
Kujatuhkan diri di kursi makan yang menghadap kitchen sink. Pandanganku fokus pada keran yang perlahan meneteskan air.
Sepi sekali. Hanya terdengar detik jam yang seolah-olah sedang mencemooh kesendirianku.
Aku memutar badanku sembilan puluh derajat. Memandangi sofa kosong dari sini. Terdiam seperti orang tolol, mulai membayangkan scene demi scene dimana Myungsoo melakukan hal kebodohan.
Biasanya liburan begini, ruangan tengah dipenuhi suara berisik Myungsoo yang tertawa-tawa melihat program komedi televisi. Atau suara ibu dan ayah yang ribut soal cucian kotor.
Ngomong-ngomong apa dia tidak ada rencana untuk pulang? Luar biasa sekali keteguhan hatinya. Myungsoo benar-benar memegang erat ucapannya. Bahkan ketika aku mencoba menghubunginya, beberapa kali itu pula di reject olehnya.
Kupandangi benda elektronik yang sudah dalam genggaman. Kontak Myungsoo terpampang jelas disana. Kira-kira jika sekali ini aku menelponnya apa dia akan mengangkat panggilanku?
Aku menghela napas berat.
Rasa-rasanya mustahil, tapi... aku tidak akan pernah tahu jika tidak mencobanya.
Baiklah, telpon saja. Apabila masih ditolak, akan kususul bocah tengik itu ke rumah.
Selagi menunggu panggilan tersambung, tungkaiku melangkah menuju ruang tengah.
"Apa?!"
Aku nyaris jatuh tersandung karpet. Beruntung satu tanganku menumpu pada lengan sofa. "Ya Tuhan, apa kau tidak bisa lebih lembut sedikit?"
"Tidak bisa! Kau menganggu acara main gameku!"
"Setidaknya beri salam seperti 'Halo', 'Ya?' atau bagaimana."
Kudengar dengkusan sebal dari seberang sana. "Apa sih? Kau menelponku cuma untuk mengomel-ngomel tidak jelas? Kalau tidak ada yang penting, kututup nih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanfictionRasanya seperti terjun dari tebing. Kakimu tidak menapak. Perasaanmu teraduk-aduk. Kaget, kalut dan putus asa bercampur jadi satu. Sama halnya dengan perasaanku waktu dia berdiri di depan pintu rumahku dan berkata: "Aku hamil." A/n : INI WOOSOO MEAN...