"Lucu. Peduli katamu? Otakmu sudah habis dimakan rayap, huh?" ㅡ Kim Sunggyu.
***
Aku meninggalkan Soojung tanpa sepatah kata pun. Sudah kepalang panik waktu mendengar berita buruk dari Sungjong.
Myungsoo, bocah itu... tiada hari tanpa membuat orang susah.
Tanganku mendingin sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Berkali-kali meminta agar driver menambah kecepatan laju kendaraan.
Aku menerawang keluar jendela mobil yang berembun. Melihat satu pemandangan yang mungkin menggambarkan masa depan kami. Potret sebuah keluarga kecil dimana sang ibu dan ayah menggandeng jemari-jemari mungil si buah hati. Lalu dalam sekejap kerongkonganku mulai mengering. Tersemat sekelebat bayangan buruk di otak.
"Tolong lebih cepat lagi, Pak."
Taksi itu melaju dengan cepat hingga mengantarkanku sampai di depan rumah sakit tempat Myungsoo dirawat.
Karena terburu-buru, aku menabraki setiap orang yang menghalangi lajuku. Beberapa dari mereka mengumpat dan mengataiku sinting, tapi aku tak peduli. Pikiran sekusut benang ini tidak membuatku lantas menyesali perbuatanku.
"Dimana Myungsoo?" tanyaku begitu melihat Sungjong, Howon, Dongwoo dan Sungyeol duduk di kursi tunggu.
"Oh, kau sudah datang, Hyung!" Sungjong berdiri dari posisinya kemudian menghampiriku dengan wajah penuh kelegaan.
Saat aku hendak masuk ke dalam kamar rawat Myungsoo, tiba-tiba pintu sudah terbuka lebih dulu. Sunggyu keluar dengan wajah kuyunya.
"Sunggyuㅡ"
Rahangku hampir rontok. Sungjong memekik kaget sementara yang lain langsung berlari menahan Sunggyu.
Aku memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Rasa nyeri menjalar begitu cepat hingga menyentil saraf.
Tidak ada yang menyangka tinju Sunggyu akan bersarang di rahangku secepat ini.
Sambutan di luar ekspetasi.
"Untuk Myungsoo." Sunggyu menjawab tatapan kami sarat kekesalan. "Lepaskan aku, idiot!" Mereka masih belum yakin untuk mengurai jeratan mereka pada Sunggyu.
"Tidak bisa. Kau terlihat sangat emosi. Matamu seolah ingin mengubur Woohyun hidup-hiduo!" Howon menukas.
Dongwoo pun menimpali," Jangan membuat keributan, ini rumah sakit."
"Aku tidak akan menghajarnya lagi bodoh, jadi menyingkirlah!"
Pandangan mereka bersirobok. Saling menelisik, apakah ucapan Sunggyu bisa dipegang.
"Kita harus bicara," ucap Sunggyu saat memandangku kembali.
Aku menelan ludah sambil memegangi sudut bibir yang pecah akibat bogem telaknya. "Aku ingin melihat Myungsoo dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY'S BREATH
FanfictionRasanya seperti terjun dari tebing. Kakimu tidak menapak. Perasaanmu teraduk-aduk. Kaget, kalut dan putus asa bercampur jadi satu. Sama halnya dengan perasaanku waktu dia berdiri di depan pintu rumahku dan berkata: "Aku hamil." A/n : INI WOOSOO MEAN...