11. Petaka

650 57 29
                                    

"Kita harus mengakhiri ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita harus mengakhiri ini." ㅡ Kim Myungsoo

***

"Apa..?"

Myungsoo mengedipkan mata berkali-kali seolah angin kencang sedang menerpanya. Bibir ranumnya terbuka lebar. Setengah tidak percaya.

"Ah, sudahlah lupakan." Aku mengibaskan tangan, menyudahi atsmofer yang terlanjur canggung.

Yang menjadi penyesalan terdalamku adalah ciuman itu. Aku meruntuki kebodohanku. "Soal ciuman tadi... maaf, aku terbawa suasana." Maksud hati ingin mencairkan suasana, tetapi sepertinya Myungsoo salah paham.

Saat aku hendak mengangkat daging yang sudah matang, tiba-tiba Myungsoo menyambar gelas terdekat dan menumpahkan isinya ke wajahku.

"BrengsekㅡApa yang kau lakukan?!" Aku memekik. Sebuah tindakan reflek ketika aku kaget. Alat penjepit di tangan, lepas begitu saja.

Aku menyeka wajah dengan punggung tangan, mengeringkan sisa air yang menempel dan merembes ke jaket. Ketika mata kami bersirobok kembali, Myungsoo menatapku dengan tatapan nyalang.


"Kau yang brengsek! Dasar bajingan!" Ia mendorong dadaku dengan sangat kuat sampai-sampai aku terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Jantungku mencelos ketika tanpa peringatan Myungsoo berhambur keluar gerbang dengan hanya menggunakan selop.

"Hei, Myungsoo! Myungsoo! Berhenti kataku! Aish..." Teriakanku tidak digubris olehnya.

Bocah itu melangkah dengan sangat cepat, menyusuri jalanan sepi. Waktu itu hanya ada satu dua orang yang lalu lalang.

Aku menjadi sangat khawatir saat iaㅡdengan tak acuhㅡ menabrak dua lelaki berpakaian urakan. Kontan dua pria dewasa itu menghentikan laju Myungsoo.
Wajah mereka sangat garang seakan-akan ingin menelan Myungsoo mentah-mentah. Mata mereka makin berapi-api saat Myungsoo menepis kasar tangan yang berusaha menahan lajunya.


"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu," tukas pemuda itu melempar tatapan merendahkan.

Dasar, idiot. Bagaimana bisa dia berkata begitu.

Astaga... bocah ini benar-benar hobi menciptakan masalah ya?

Aku memejamkan mata sejenak, memegangi otot leher yang terasa tegang. Sambil mendongak, kuhembuskan napas dengan kasar hingga membentuk kepulan asap tipis.

BABY'S BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang