KP 22 - Cerita Malam

14 1 0
                                    

Ditengah tonggak penyangga diantara tiga tonggak lainnya yang menahan kokoh deretan bata yang rapih, bahu sanggaannya jadi penopang. Indera dengar mereka tak berguna saat itu, indera rasa mereka saling bersahutan, pernah berfikir bagaimana nasib si hati dan logika yang beradu? Haha, bodoh-penyangga lapuk, berguna tapi tak terpakai, terasingkan? Imajinasinya saja mungkin. Gerombolan pendatang menghampiri sang dua tonggak lainnya, terasa tak berguna kah tonggak lapuk? Mungkin lapuk mu semakin menjerat untuk patah saja. Tak berguna sautnya, menghalangi dua tonggak bercengkrama. Siapa yang mau memungut si Tua Lapuk?! Bahkan jeritnya saja tak terdengar, berlagak tuli. Terlalu kasar ibarat ini, terlalu kotor dan tak pantas. Bahkan tak ada yang mengerti untuk mencerna semua kiasan, karena -ceritamalem-ini untuk mereka yang menikmati.

Kumpulan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang