KP 63 - Perempuan Yang Tak Dihargai

5 1 0
                                    

Perempuan yang tak dihargai;

Kepada zaman patriarki yang tak terkendali,
Yang terus berganti dan mengikis hati nurani,
Begitu manis candu membelenggu perempuan yang diracuni,
Atas hak-hak yang dimiliki, mungkin hampir dieksploitasi?
Selalu ada pengampunan atas kehendak dan kuasa Illahi pada mereka yang mau berserah diri.

Perempuan yang tak dihargai,
Menyimpan banyak kecemasan nurani,
Tentang konstruk-konstruk yang tidak manusiawi,
Yang bisa saja mendiskriminasi,
Yang menggigil tertanam dipangkuan bumi.

Perempuan yang tak dihargai,
Peluh resah hiasi wajah yang selalu berseri,
Mengharap lekuk tubuh yang selalu digilai,
Kemolekan yang semakin dinikmati,
Untuk setiap pesona-pesona yang sulit ditutupi.

Perempuan yang tak dihargai,
Duduk manis depan cermin memandang lekat diri,
Bersolek mempercantik diri,
Menelisik setiap inci yang terlihat dan tak terlihat secara rinci,
Untuk ditampilkan pada setiap lelaki yang akan memuji.

Perempuan yang tak dihargai,
Hanya karena melampaui batas yang dikonstruksi,
Sopan dan santun,
Lemah dan lembut,
Manis dan anggun,
Bagai Indurasmi—lentera gelap dalam kabut,
Mampu menjadi angkara pada mereka yang mencari perkara.

Perempuan yang tak dihargai,
Kian mandiri tak ingin bermain api, karena menghindari Banaspati,
Dikonstruksi oleh sifatnya yang hati-hati,
Selalu malu-malu hingga akhirnya menarik diri.
Bahkan takut terlibat dalam sorak-sorai sosialisasi.

Perempuan yang tak dihargai,
Diam murung tak karuan,
Menyesal pada kehidupan,
Sadar diri sebagai korban kebodohan,
Yang dipermainkan untuk melepas hasrat bajingan.

Perempuan yang tak dihargai,
Di pandangi setiap jengkal tubuh hanya untuk fantasi hasrat nafsu,
Menanggalkan kehormatan bisa-bisa kehilangan segala sesuatu.
Berbicara syahdu dianggap memancing hasrat yang menggebu,
Berbicara kasar dianggap seseorang yang tak terpelajar.

Perempuan yang tak dihargai,
Bergaul bebas seakan tak punya batas,
Apa karena baginya hidup tanpa kelas?
Kebahagiaan kian berubah jadi kesedihan,
Keramaian berubah jadi kesepian,
Orang-orang pergi tak peduli
Karena keindahan diri tak dimiliki lagi.
Usia semakin tua menjadi alasan,
Karena bosan dengan sekadar hiasan,
Hingga nanti ada berita tentang seorang korban.
Korban yang tak dihargai lingkungan.

Perempuan yang akhirnya dihargai,
Sadar akan kehidupan yang terus maju,
Maka perubahan yang dia mau,
Tak ingin banyak korban sepertinya di masa lalu,
Hanya karena perilaku membuat orang-orang terkesan memuji selalu.

Kesalahan telah dilakukan,
Maka menghentikan korban adalah kemuliaan,
Sadar dan berubah adalah tindakan,
Karena perubahan harus diwujudkan.

Menjadi perempuan bukanlah kutukan,
Walau aturan-aturan yang membedakan,
Namun itu adalah keistimewaan,
Karena diam didalamnya adalah kehormatan.

Sadar bahwa diri adalah perempuan,
Maka batasan Tuhan adalah kejelasan,
Kalau kehidupan bukan tentang sebuah pujian,
Tapi yang diangkat dari kisah sebagai hikmah untuk pelajaran bagi mereka yang belum tersadarkan.

Kumpulan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang